" kamu nggak lihat nilai-nilai kamu ini? Tahun lalu, kalau tidak bapak bantu kamu nggak akan pernah naik kelas." Omelan Bapak Argo menggema di telinga laki-laki berseragam putih abu-abu yang duduk santai bak di tepi pantai, ia sudah sering mendengar teriakan bahkan semua hukuman sudah pernah ia jalankan. Dan ia bangga dengan rekor itu.
" tahun ini kamu udah kelas 12 dan bapak nggak bisa lagi menyulap nilai kelulusan kamu." Dennis nama siswa yang diceramahi itu mengangguk-angguk tanpa meresapi kalimat pak Argo, ia berakting menyesal untuk bisa cepat keluar dari kandang harimau itu.
" kamu nggak bosan ngelihat muka bapak terus? Masuk ke ruang BK terus?" keluh pak Argo.
" bapak orangnya ngangenin makanya terus saya apel tiap hari." Celetuk Denis dengan humor yang tidak pada tempatnya. Hal itu membuat Pak Argo naik pitam.
" DENIISS!!" pekiknya nyaring, Denis menutup telinganya rapat-rapat, sebelum Pak Argo berubah menjadi harimau beneran yang siap menerkam tubuhnya, ia pun permisi dan langsung melarikan diri dari ruangan itu.
Malam harinya, Dennis duduk di balkon kamarnya sambil mengutak-atik kamera dan handycam kesayangannya. Ia ingat setahun terakhir ini ia tak pernah lagi menggunakan 2 benda ini, terakhir ia hunting foto bersama keluarganya di Sydney itupun waktu ia masih SMP sekaligus menjadi kenangan terakhir ia bersama ibunda. Karena sekarang kedua orang tuangnya bercerai, ia pun dengan sangat terpaksa tinggal bersama ayahnya yang sangat sibuk dengan urusan bisnisnya. Dennis sangat terkenal karena kelakuan nakalnya di sekolah, ia mendapat predikat " bad boy" karena serentetan ulahnya, mulai dari bolos sekolah, tidur saat jam pelajaran, berkelahi. Semuanya itu membuat orang enggan dekat dan bersahabat dengannya. Tapi nilai plus dari kelakuan ajaibnya itu, ia menajadi sangat akrab dengan wali kelasnya Pak Argo yang selalu sabar menasehatinya, tapi nilai buruk semester lalu membuat Pak Argo tak bisa bertoleransi lagi. Ia tampak sangat marah dan kecewa. Perkataan Pak Argo teriang kembali olehnya, ia membaringkan badan sambil menutup paksa kedua matanya dengan bantal tapi juga tak bisa. Baru kali ini ancaman pak Argo menghantui fikirannya.
" bulan depan akan ada UTS kalau kamu masih dapat nilai 0 dengan perasaan bahagia bapak akan mengeluarkan kamu dari sekolah ini."
" lah? Saya kan nggak buat salah pak? Nggak berantem kan? Kenapa dikeluarin?"
" apa perlu saya urutin satu-persatu kesalahan kamu?"
" oke! Berapa nilai minimal yang harus saya dapat?"
" 9 untuk masing-masing 4 mata pelajaran."
" WHAT??"
Dennis masuk ke ruang UKS dengan alasan nggak enak badan padahal sebenarnya ia hanya numpang tidur karena semalaman ia bermimpi buruk tentang pak Argo beserta angka 9 itu. Oh Tuhan, membayangkannya saja Dennis tak berani. Mendapat nilai 9 untuk pelajaran matematika baginya seperti memetik bintang diatas langit. Sungguh mustahil. Ditengah pulasnya tidur Dennis, tiba-tiba seorang siswi masuk ke ruang UKS, tampak Andin seorang petugas UKS yang masih berusia 24 tahun itu melayani si siswi dengan baik, terlihat mereka sudah mengenal satu sama lain.
" kamu pasti telat makan lagi deh,"
" iya mbak, aku nggak bawak uang hari ini." Jawab gadis itu dengan badan yang tertunduk lemas.
" udah aku bilang kan sebelumnya, kamu tinggal bilang sama aku. Kita bisa ke kantin bareng."
" makasih mbak, tapi aku selalu ngerepotin mbak." Andin hanya mengeleng-gelengkan kepalanya, takjub dengan temannya satu ini yang bisa bertahan bersekolah dengan krisis ekonomi keluarganya, jangankan untuk jajan di sekolah, makan untuk sehari-hari aja sangat berat untuk Sandara, nama gadis malang itu tapi ia tak pernah bersedih, ia selalu berjuang hingga tumbuh menjadi anak yang pintar, kerja kerasnya itu membuatnya selalu mendapat beasiswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Tree
Short StoryDennis duduk di balkon kamarnya sambil mengutak-atik kamera dan handycam kesayangannya. Ia ingat setahun terakhir ini ia tak pernah lagi menggunakan 2 benda ini, terakhir ia hunting foto bersama keluarganya di Sydney itupun waktu ia masih SMP sekali...