01

836 38 24
                                    

Aku menatap layar ponselku yang berkedip. Nama Arkha tertera dengan jelas di sana. Aku mengerutkan dahiku. Ini aneh. Selama nyaris satu semester kami sekelas dan nyaris tak pernah benar-benar bicara, tiba-tiba saja cowok itu mengirimkan pesan.

Aku meletakkan pulpenku di atas meja lalu mengambil ponsel dan membuka pesan dari Arkha tadi;

Arkha: Dar

Arkha: Catetan fisika lo lengkap gak?

Aku mendengus geli. Ini pasti gara-gara kejadian tadi pagi saat Devan dan kawan-kawannya mengerjai Arkha yang baru masuk kelas. Mereka selalu senang membuat Arkha terkejut karena ekspresi kagetnya yang ngakak dan tadi pagi mereka bilang bahwa hari ini ada ulangan Fisika padahal Arkha belum belajar bahkan tidak tau menahu tentang adanya ulangan Fisika.

Aku segera mengetikkan jawaban untuk Arkha setelah memeriksa buku catatanku sendiri.

Dara: Lengkap

Dara: Kenapa emang?

Arkha: Yang tentang GLB sama GLBB ada gak? Gue gak nyatet

Dara: Ada

Arkha: Fotoin dong hehe

Dara: Dara sent a photo

Dara: Buat apa sih? Rajin amat

Arkha: Siap tau ntar ada ulangan beneran

Dara: Parno amat mas wkwk

Arkha: Bukan parno tapi jaga jaga

Arkha: Btw, makasih ya

Dara: Iya

Read.

Aku meletakkan ponselku lalu kembali menyalin esai milik Alma yang kata-katanya ku edit supaya tidak menimbulkan kecurigaan.

Pikiranku melayang pada kejadian tadi pagi. Aku teringat ekspresi kaget Arkha. Mulut menganga dan mata melotot. Mungkin dari apa yang ku jelaskan terdengar biasa saja tapi coba kalian liat sendiri pasti bakalan ketawa. Oh, dan jangan lupakan teriakan cowok itu yang membahana karena keseringan dengerin musik rock.

Aku menggelengkan kepalaku. Wajah Arkha saat kaget itu benar-benar priceless.

---

Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Aku mendesah lega. Masalahnya dari tadi kepalaku sudah pusing gara-gara rumus Matematika yang tidak ada habisnya menyerbu otakku. Aku merapikan buku-buku dan alat tulisku sambil mendengarkan perkataan Bu Lilis yang siang itu mengajar Matematika memberikan oleh-oleh buat dibawa pulang ke rumah.

"Nanti kerjain di rumah ya halaman 36 di buku cetak nomer satu, lima, sama delapan. Besok di kumpul. Yang ketahuan ngerjain di sekolah, gak boleh ikut pelajaran Ibu."

"Iya, Bu."

Iyain aja biar cepet keluar.

Aku menyampirkan tasku di bahu lalu menunggu Alma yang masih merapikan buku-bukunya. Setelah itu kami keluar kelas dan berjalan bersama menuju gerbang.

"Lo ngerti gak Matematika tadi?" tanyaku.

"Gak ngerti. Angkanya kebanyakan. Pusing gue."

"Hari ini lo les nggak?"

"Iya."

"Ntar kalo udah dikerjain di les fotoin yak kirim ke gue."

"Sip."

Walaupun Alma malu-maluin, kampungan, otaknya gak bener dan sebagainya tapi dia gak pernah yang namanya gak mau nyontekin jawaban PR buat sahabat gak tau terima kasihnya ini.

Berkat Alma, aku pulang dengan keadaan tanpa beban dan bahagia.

---

Malamnya, aku kembali menyalin jawaban Alma yang dengan senang hati ia berikan. Sesekali aku memeriksa grup kelas yang ribut karena PR Matematika yang diberikan oleh Bu Lilis tadi. Rata-rata mengeluh karena soalnya terlalu memusingkan, ada juga yang minta contekan terang-terangan.

Sambil tersenyum bangga aku meletakkan pulpenku lalu menulis pesan di grup;

Dara: Pada belum ya?? Gue sih udah 😏

Alma: Alah lu nyontek sama gue juga

Reza: *Sticker Syahrini* "Sombong"

Devan: Moga moga jawabannya salah semua

Aku sedang mengetikkan balasan untuk Devan ketika pesan lain masuk. Tapi kali ini pesan pribadi. Aku memeriksanya. Ternyata Arkha lagi. Pasti mau nyontek.

Arkha: Dar, lo mtk udah selesai?

Dara: Iya, kenapa?

Arkha: Lo yang nomer lima apa jawabannya? Gue ragu nih

Cih, tai banget.

Dara: Mau nyontek itu bilang aja gak usah malu malu Ar

Arkha: Idih gue udah selesai ko sori ya

Arkha: Gue cuma ragu trus mau bandingin jawabannya sama punya lo

Dara: Yodah yodah gue C

Dara: Gue nyontek Alma si 😝

Arkha: Lah lo sendiri juga nyontek wkwk

Dara: Biarin yang penting gue ngerjain di rumah

Arkha: Idih sewot

Dara: Hih siapa yang sewot

Arkha: Lah itu barusan

Dara: Bodo

Arkha: Amat

Read.

Arkha: Dih marah beneran dia

Arkha: Dar

Arkha: Dar, yah jan marah dong

Arkha: Maap yak

Arkha: Lagi apa?

Lah kok ujungnya begitu? Ini apaan yang gelitikin perut gue?

classmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang