ONE DAY WITH YOU

10.6K 304 12
                                    

 Kara berlari-lari melintasi trotoar jalan. Sesekali ia memeriksa jam tangan biru di tangannya dan semakin panik setiap melihat waktunya yang semakin mepet. Hari ini rencananya ia ada interview di agensi milik Omnya. Dan karena kekuarangan orang untuk memeriahkan audisi, Omnya itu dengan sengaja memasukkan namanya ke dalam peserta interview. Dan baru pagi tadi Omnya itu memberitaunya lewat telepon.

Walau jengkel dengan kelakukan Omnya yang seenaknya itu, Kara tetap harus datang ke interview itu. Memang sudah sejak lama Omnya itu selalu berusaha membujuk Kara untuk masuk ke agensinya, akan tetapi Kara menolak. Kara merasa dirinya sudah tak pantas menjadi seorang model lagi. Dulu mungkin ia tampak lucu di kamera, anak kecil mana sih yang tidak imut? Apalagi Kara, gadis mungil berambut ikal panjang, yang memiliki mata kehijauan unik yang didapatnya dari kakek buyutnya yang seorang asing itu. Sekarang pun saat berusia 17 tahun, Kara termasuk anak yang manis, hanya saja perangainya yang agak jutek dan tatapan tajamnya mampu menenggelamkan kemanisannya itu. Makanya Kara merasa canggung bila kembali dihadapkan pada kamera. Hari ini pun ia berniat gagal dalam interview.

Lari Kara mulai melambat saat ia melihat gedung S.S Entertainment.

“Akhirnya,” desah Kara. Ia baru saja hendak menambah kecepatannya saat melihat ada kerumunan ramai di depan pintu agensi. Kening Kara berkerut dan langkahnya menjadi ragu. Ada apa coba ramai-ramai begitu?

Kara benar-benar berhenti melangkah ketika melihat ada seseorang yang berlari memisahkan diri dari kerumunan itu. Dan orang itu menuju ke arahnya! Dengan topi bisbol yang menutupi wajah, jaket hitam besar yang membalut seluruh badannya, orang yang berlari dikejar wartawan itu betul-betul tak bisa dikenali. Kara bersiap menyingkir dari jalur orang itu, akan tetapi orang itu (yang setelah diamati baik-baik pasti seorang laki-laki) menyambar tangan Kara dan menariknya serta.

“Cepat lari!” seru laki-laki itu dan menyeret Kara bersama.

“Hah?? Kenapa aku juga?!” sahut Kara shock, akan tetapi ia berlari juga.

“Kalau kamu tetap diam di sini, kau akan diganyang para wartawan itu!”

Kara tidak punya kesempatan untuk membalas karena laki-laki asing yang tiba-tiba mengajaknya berlari ria itu tiba-tiba membelok ke sebuah gang kecil di antara dua buah toko. Laki-laki itu memeluk Kara dan memunggungi jalanan, menggunakan tumpukan kotak sebagai tameng persembunyian.

“Ke mana dia?!”

“Pasti dia lari ke sana!”

“Cepat kejar! Ini berita yang tidak bisa dilewatkan!”

“Berita kalau Arkha mau rehat dari S.S pasti akan menggemparkan!”

Suara-suara ribut itu lama kelamaan terdengar makin pelan. Kara merasa para wartawan itu sudah pergi jauh, akan tetapi napasnya masih tersengal-sengal dan jantungnya berdegup dengan kencang. Terlebih saat Kara merasakan tangan kekar yang melingkari pinggangnya itu.

“Fuuh, akhirnya mereka pergi juga,” ucap laki-laki yang memeluk Kara itu.

            Kara mendongak dan melihat laki-laki itu melepaskan topi dan tudung jaketnya, menampakkan wajah tampan bak Lucifer yang mampu meluluhkan perempuan. Rambutnya hitam legam, dengan sedikit nuansa kemerahan di ujung-ujung rambutnya. Kara mengerjapkan matanya.

            “Kamu nggak apa-apa kan?” tanya laki-laki itu pada Kara.

            Kara menatap laki-laki itu dengan mata memicing. “Aku capek!! Lagian kamu apa-apaan sih?! Kalau mau lari, ya lari aja sendiri! Ngapain pakai ngajak-ngajak segala?!” hardiknya.

            Sekarang giliran laki-laki itu yang mengerjapkan matanya. “Kamu nggak tau siapa aku?” tanya laki-laki itu, ekspresinya gabungan antara terkejut dan kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE DAY WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang