"Kim Tae-Hyung-"
Suara Kim Pil-Suk tercekat di ujung tenggorokannya. Bagaimana tidak, indra penglihatannya menangkap sosok yang tengah berdiri beberapa meter dari tempatnya berada sekarang, mengamati Pil-Suk dari ujung kepala hingga ujung kakinya dengan tatapan dingin. Tatapan khas milik Kim Tae-Hyung yang tidak pernah bisa Pil-Suk artikan. Tapi bukan itu yang membuat bicaranya tak lancar, bukan, bukan pula tatapan matanya yang sedingin es. Lidahnya yang mendadak kelu dan jari-jarinya yang gemetar adalah pertanda ia takut dengan kehadiran laki-laki itu.
Pil-Suk takut, karena tidak seharusnya Tae-Hyung ada di beranda rumahnya sekarang. Pria yang terdaftar sebagai tahanan itu harusnya meringkuk di atas ubin dingin penjara.
"Hai, Sayang." Sapa Tae-Hyung dengan suara altonya yang hampir saja melunakkan pertahanan Pil-Suk.
"Kenapa kau ada disini?"
"Aku merindukanmu. Apakah aku tidak boleh datang ke rumah kekasihku?" Tanya Tae-Hyung diiringi sebuah seringai pada akhir kalimatnya. Melihat seringai itu, Pil-Suk merasakan sebuah firasat. Ya, firasatnya mengatakan bahwa tak lama lagi bahaya akan datang menghampirinya.
"Pulanglah." Tegas Pil-Suk. Tangannya masih berusaha sekuat mungkin mencengkeram pintu tanpa membukanya lebih lebar lagi,"Dan jangan pernah datang menemuiku lagi."
"Tapi aku merindukanmu!" sahut Tae-Hyung, masih berada diposisinya.
Walaupun hari telah berganti malam dan pendar cahaya bulan tak mampu mencapai halaman rumahnya, namun dalam keremangan yang menegangkan itu Pil-Suk bisa melihat dengan jelas betapa Tae-Hyung berusaha mati-matian untuk menahan amarahnya. Pria itu berdiri dengan punggungnya yang membungkuk dan kedua tangannya yang dilesakkan dalam-dalam pada saku celananya. Gaya yang hanya dimiliki seorang Kim Tae-Hyung, seingat Pil-Suk. Dan selama mengenal Tae-Hyung, Pil-Suk paham betul, bahwa arti dari pose itu adalah pertanda buruk. Jika Pil-Suk tidak menuruti keingingan pria itu dan membuatnya jengkel, bisa dipastikan dalam beberapa menit ke depan Tae-Hyung akan berubah menjadi monster. Dan sebelum hal itu terjadi, Pil-Suk harus segera mengusirnya.
"Hubungan kita sudah berakhir, Tae-Hyung, apa kau lupa?" Tanya Pil-Suk, yang lebih mirip sebuah desisan.
Mendadak punggung Tae-Hyung menjadi tegak. Ia tersengat oleh kata-kata yang baru saja meluncur dari bibir pujaan hatinya itu. Berakhir? Hubungan mereka?
"Lelucon macam apa itu?" Tanya Tae-Hyung sangsi di sela tawanya. Pil-Suk menelan ludah. Pria ini benar-benar sudah tidak waras, batinnya.
"Hubungan kita sudah berakhir, Kim Tae-Hyung." Ulang Pil-Suk, kali ini dengan nada penuh penekanan di setiap kata-katanya,"Aku memutuskan hubungan kita bulan lalu. Aku terpaksa melakukannya karena kupikir aku sudah gila. Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada seorang psycho sepertimu?!"
Pertahanan Pil-Suk runtuh seiring dengan memuncaknya nada di akhir ucapannya, yang tanpa ia sadari juga menghancurkan sikap dingin Tae-Hyung. Kedua lututnya melemah, menolak untuk menopang beban tubuhnya, dan lebih memilih untuk menuruti gaya gravitasi. Tae-Hyung jatuh terduduk. Tangan kanannya bergerak pelan menuju kepalanya yang tiba-tiba terasa berat. Kata-kata yang Pil-Suk tujukan pada Tae-Hyung sukses membuka segel memori Tae-Hyung yang selama ini ia kunci rapat.
Perlahan-lahan di dalam benak Tae-Hyung muncul silih berganti gambaran wajah orang-orang, yang entah mengapa rasanya tidak asing lagi baginya. Berusaha keras untuk mengingat, akhirnya Tae-Hyung mulai sadar. Mereka adalah orang-orang yang Tae-Hyung lenyapkan dari dunia ini, tiap kali ia berselisih paham dengan mereka. Ia melihat wajah bos di tempatnya bekerja, yang mana bagian belakang tengkoraknya hancur akibat hantaman batu berulang kali yang Tae-Hyung lakukan. Ia juga melihat sosok kedua orang tuanya yang kesakitan karena tali yang melilit leher mereka dan tergantung di langit-langit rumah. Wajah kedua orang tuanya yang membiru karena kehabisan napas dan bunyi sumpah serapah tertahan mereka masih Tae-Hyung ingat dengan jelas. Begitu pula wajah-wajah manusia lain yang meronta dan menangis histeris di bawah tangan Tae-Hyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
FF Why
Fanfiction“Aku merindukanmu. Apakah aku tidak boleh datang ke rumah kekasihku?” Tanya Tae-Hyung diiringi sebuah seringai pada akhir kalimatnya. Melihat seringai itu, Pil-Suk merasakan sebuah firasat. Ya, firasatnya mengatakan bahwa tak lama lagi bahaya akan d...