Junhoe, apa kau sudah di rumah? Tolong bukakan pintu.
Received: Tomorrow 21.14 KST
Matahari belum terbit. Bahkan kaca jendela itu masih berembun.
Laki-laki jangkung dengan rambut hitam acak-acakan itu menyeret langkahnya pelan menaiki tangga. Ini masih terlalu pagi dari biasanya.
Matanya beralih lagi menatap layar seukuran telapak tangan itu.
Aegi, eomma dan halmeoni sudah berangkat. Jangan pulang terlalu lama, ya? Eomma sudah siapkan makanan. Kau tinggal hangatkan. Saranghaeyo.
Received: Tomorrow 18.15 KST
Hawa dingin segera menyelimuti tubuhnya begitu ia keluar dari kamar bernuansa klasik kuno tadi. Memang bukan kamarnya, tapi kasur di kamar itu nyaman. Karena itu dia putuskan untuk tidur di situ semalam.
Junhoe memijat-mijat lengannya yang masih terasa pegal, sambil terkadang menggosok kedua lengannya yang kedinginan. Sampai akhirnya dia tiba di depan pintu kamarnya sendiri. Dia membukanya perlahan.
NIT NIT NIT NIT. NIT NIT NIT NIT
Suara alarm begitu berisik, tapi gadis itu masih tertidur pulas seperti tak sadarkan diri. Meringkuk di dalam selimut, menggigil kedinginan di sebelah jendela yang terbuka lebar dengan memakai seragam lengkap.
Apa kau sudah tidur? Kalau iya, aku akan memanjat ke kamarmu. Jangan bilang halmeoni. Jalja.
Received: Tomorrow 21.56 KST
"Baboya." Dia mendecak kesal.
Diceknya lagi ponselnya, menemukan 14 missed call yang semuanya baru dia ketahui pagi ini.
Junhoe duduk di tepi ranjang, menatap wajah gadis itu yang kelihatan sangat lelah, kemudian menutup jendela. Semalam adalah malam yang paling dingin musim gugur ini. Bisa-bisanya dia membiarkan gadis itu beku di luar.
Dielusnya kening gadis itu perlahan. Benar saja, suhu badannya panas.
Bodoh, bagaimana bisa dia lupa di mana terakhir kali menaruh charger dan baru menemukannya barusan? Dan, bagaimana bisa dia malah ketiduran sebelum gadis itu pulang? Setidaknya, harusnya dia ketiduran di sofa karena menunggu gadis itu pulang seperti dalam drama Korea.
Junhoe benar-benar merasa gagal sebagai laki-laki. Bukannya melindungi perempuan, dia malah membuatnya memanjat masuk ke kamar dan tidur kedinginan dengan jendela terbuka lebar sampai badannya panas begini.
Matanya menatap ujung-ujung jemarinya yang masih menyentuh kening gadis itu.
"Cepat sembuh."
Ditutupinya tubuh gadis itu dengan selimut dan ditatapnya sejenak wajah polos gadis itu sebelum akhirnya keluar dari kamar.
***
5 tahun sudah lewat. Dan semuanya berlalu begitu saja seperti mimpi.
Kau tau apa yang mengesankan soal waktu? Adalah ketika kau ada di dalamnya dan menyaksikan semua perubahan.
Ya, memang tidak ada yang berubah dari jalan ini. Seperti jajaran pohon mapple di pinggir jalan yang masih berdiri kokoh meski daunnya kini berubah kecoklatan. Dan toko ramyun yang selalu buka tiap jam 7 pagi. Juga cat-cat rumah yang masih berwarna sama persis. Semuanya masih sama seperti lima tahun lalu, kecuali satu,
KAMU SEDANG MEMBACA
Overcast
FanfictionIni rahasia Goo Junhoe-Ketika hatinya bicara; hati itu bukan otak yang secara logis bekerja. Dia bukan tangan dan pikiran yang bisa diatur seenaknya. Dia bahkan bisa menjadi musuh ketika kau meyadari keberadannya.