Prolog

411 34 1
                                    

Drap drap drap ..

Suara langkah kaki yang menggebu dan terkesan terburu - buru itu meyusuri trotoar di sepanjang jalan. Ia terus berlari dengan berlinang air mata. Dia bahkan tidak terlalu peduli pada beberapa orang yang dia tabrak. Pandangannya lurus menatap jalan didepannya dan terus berlari dengan kencang.

Di tangannya, ia sedang menggenggam sebuah handphone berwarna putih dengan gantungan sebuah boneka beruang putih dengan kuat. Sesekali ia menyeka air matanya dan terisak kecil, lalu mengeratkan pegangan pada tas punggungnya.

Hosh hosh ..

Nafas gadis itu tersengal-sengal. Ia menyeka keringat yang mengalir deras didahinya dengan lengan jas almamater sekolahnya. Sementara ia mengatur nafas, ia memasukkan handphone miliknya ke dalam saku almamaternya lalu mendorong gerbang rumahnya dengan keras.

Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru halaman rumahnya yang nampak sepi.

Air matanya kembali turun dengan deras. Ia mulai berlari dengan tergesa memasuki rumahnya. Ia langsung memasuki rumahnya -pintu rumahnya terbuka lebar.

"AYAH!! IBU!! DIMANA KALIAN??"

Sambil menangis sesenggukan, gadis itu berteriak memanggil nama orang tuanya dengan mengelilingi seluruh penjuru rumahnya, namun dia tidak menemukan apapun.

Ia hanya mendapati rumahnya yang berantakan. Semua propertinya rusak, pecah, dan berserakan dimanapun.

"Demi Tuhan.. Dimana mereka??"

Gadis itu menangis lagi sambil menarik rambutnya kasar. Kemudian ia pergi ke lantai 2, di pojok ruangan -yang tidak pernah ia masuki selama ia tinggal dirumah ini.

Ayahnya selalu melarangnya masuk. Bahkan dulu ayahnya pernah membentak habis-habisan kakaknya yag ketahuan berusaha memasuki ruangan pribadinya itu.

Kaki gadis itu bergetar hebat, rasanya sangat lemas. Tapi ini adalah satu-satunya ruangan yang belum ia periksa.

Dengan tangan bergetar, ia mulai membuka pintu ruangan itu. Air mata kembali mengalir disaat gadis itu membayangkan beberapa kejadian buruk yan pernah ditontonnya berasama temannya di tv, kini akan benar-benar terjadi pada hidupnya -terutama keluarganya.

Krek ..

Pintu sudah terbuka. Dan dengan refleks, gadis berambut panjang iti menutup mulutnya untuk meredam teriakannya. Air mata kembali mengalir dengan dengan deras. Kakinya yang sudah lemas semakin lemas, dan akhirnya dia terjatuh duduk. Ia menekuk kakinya dan memeluknya dan menenggelamkan kepalanya diantara lengannya sambil terus menangis. Ia benar-benar tidak sanggup melihat semuanya.

Ini terlalu memyakitkan.

Dan ini terlalu menyeramkan.

Ayah dan ibunya telah meninggal dengan sebilah pisau yang menancap diatas kepala mereka masing-masing.

TBC

Besides A NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang