Smoke

20 2 0
                                    

Hera membalikan tubuhnya, membiarkan ia berbaring di lantai marmer apartemennya. Lalu merentangkan tangannya sambil menatap langit-langit ruangan itu. Entah apa yang sedang memenuhi isi pikirannya. Bahkan Leo yang sedari terduduk di sebelahnya seakan tidak memperdulikan keberadaan wanita itu lagi.

Mulutnya tak henti-hentinya mengeluarkan asap dari sebatang nikotin yang kini tergantung di sela jari kanannya. Hera yang sejak tadi menahan sesak di dadanya tetap bungkam. 'Leo sedang butuh ketenangan' Hera tahu persis pemikiran kekasihnya itu. Hari ini adalah hari jadi mereka ke lima tahun. Dan tak ada perayaan apapun yang mereka buat, sama sekali.

Sejak kematian ayahnya setahun lalu, Leo terpaksa menggantikn posisi ayahnya di keluarga, membiayai hidup ibunya, serta kedua adiknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah, juga dirinya dan biaya kuliahnya. Hera sangat mengerti, Leo sedang sangat terpuruk.

Sesak yang Hera rasakan masih terus ia tahan, rasanya dia akan kehabisan oksigen sebentar lagi. Bahkan tak jarang asmanya kambuh lagi, mati-matian Hera menahan batuknya.

"Matikan rokokmu." Akhirnya Hera angkat bicara. Leo hanya membalasnya dengan sebuah decakan lalu membalikan tubuhnya membelakangi tubuh Hera. Tak lama kemudia lelaki itu melemparkan sebuah kotak kecil yang hampir saja mengenai kepala Hera. Wanita tersebut hanya bisa mengehembuskan nafasnya pelan, ia mengambil sebuah pil dari kotak tersebut juga sebotol air minum di samping tubuhnya, lalu meneguk keduanya bersamaan. Cukup membantu dirinya, pernafasannya kian membaik.

Hera menatap punggung di hadapannya, jelas sekali orang itu sedang memiliki beban berat. Hera memeluknya, membiarkan kepalanya menelungkup diantara bahu dan leher pria itu. Melepas seluruh pikirannya saat itu. Leo segera membalikan tubuhnya, mengangkat wajah wanita itu menghadap dirinya, sekali lagi ia menghirup dalam-dalam nikotin dari sela jarinya lalu menghembuskan sisanya dari mulutnya ke hadapan wajah Hera.

Raut cemberut terukir di wajah Hera seketika. Ia memajukan bibir bawahnya menunjukan bahwa ia tidak menyukai hal tadi, yang justru membuat Leo gemas dengan perempuan ini. "Kau tau aku benci asap itu." Leo menganggukan kepalanya beberapa kali. Lalu tersenyum lagi.

Hera dengan cepat merampas sebatang rokok di tangan Leo, meremasnya dengan sebelah telapak tangannya sampai hancur. Membiarkan kulitnya terasa panas terbakar. "HERA! KAU GILA!" Leo yang juga tidak memperkirakan hal itu meneriaki kekasihnya, untung saja ia tidak menampar Hera. Entah raut wajah apa yang ditunjukan Leo, antara kecewa atau memaki wanita itu.

Hera memperhatikan telapak tangan kanannya yang sekarang dipenuhi debu abu-abu bekas aksi bodohnya itu. Hera benci rokok, dan Leo tau hal itu. Seakan tidak jera juga, Leo mengambil sebatang rokok dari tempatnya lagi. Menyelipkan pangkalnya di antara kedua bibirnya, lalu mematikan api di ujung lainnya.

Kali ini Hera segera merampas rokok milik Leo lagi, bahkan sebelum Leo menghisap nikotin tersebut. Ia tidak menghancurkannya kali ini, ia menyelipkan pangkalnya di antara kedua bibirnya, menghisap dalam-dalam nikotin tersebut, lalu terbatuk-batuk setelahnya. "HERA!! KAU INI IDIOT ATAU APA" Leo tidak tahan bila tidak memaki wanita itu sekarang juga. Ia segera mengambil botol air minum disebelah Hera, membuka tutupnya dan mengarahkannya kepada Hera. Namun ia justru menolaknya, mendorong botol itu menjauhi tubuhnya.

Hera menghisapnya dalam-dalam lagi, menahan sisanya di dalam rongga mulutnya, juga menahan sesak di dadanya yang kembali datang. Ia meraih tengkuk Leo, menariknya mendekati dirinya. Lalu meraup bibir Leo saat itu juga, Hera menghembuskan asap di dalam rongga mulutnya saat itu juga, menyalurkannya ke dalam rongga mulut Leo. Membagi asap nikotin tersebut.

Baru saja Hera akan menarik kepalanya kembali, namun tangan Leo sudah lebih dahulu menahan tengkuk Hera mendorongnya agar tetap menyatu dengan bibir Leo didalam sana. Leo meraup bibir Hera saat itu juga, membuat ia lupa waktu seketika. Sepuntung rokok di sela jari Hera bahkan sudah terbakar setengahnya.

Leo melepaskan tautan bibir mereka, dengan segera Hera mendorong pria itu lalu segera mencari oksigen sebanyak-banyaknya. "Kau membuatku hampir mati" Leo justru tertawa mendengan penuturan wanitanya itu. Ia mengambil punting rokok yang masih tergantung di jari Hera. Mematikan ujungnya yang masih sedikit terbakar.

"Aku harap kau tidak menyukainya" Leo tentu saja sebenarnya sangat khawatir dengan keadaan Hera.

"Aku masih sangat membenci asap itu" keduanya tertawa hambar setelahnya.

Leo tau, Hera sangat membenci rokok, dan ia juga sangat ingin seperti itu. Hera bisa mati kapan saja karena terlalu sering menghirup asap nikotin tersebut. Dan Hera tau Leo sudah berusaha mati-matian menghentikan kebiasaannya itu.

"Smoking is bad, but the reason I smoke is worse."

------------------


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 15, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SMOKEWhere stories live. Discover now