Hari ini merupakan hari spesial baginya, dan mungkin juga untukku. Hari ini umurnya menua setahun dan sekaligus juga berkurang setahun. Tepat hari ini--25 Agustus 2015--ia berulang tahun yang ke-18. Mungkin bagi orang lain, tak ada yang spesial dari ulang tahunnya, sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi bagiku, ulang tahun terakhirnya sebagai siswa SMA ini merupakan momen langka yang ingin sekali kuabadikan.
Hari ini, dia--untuk pertama kalinya sejak saat itu--tersenyum tulus kepadaku. Mungkin bagi kalian aku ini terlalu berlebihan, tapi percayalah bahwa ini merupakan suatu kejadian yang mungkin hanya terjadi sekali setahun--atau mungkin tak akan terulang lagi.
Dulu, ia selalu tersenyum kepadaku. Dulu, ia selalu berbicara kepadaku. Dulu, ia selalu saja bersenda gurau kepadaku di setiap kesempatan.
Masih kuingat segala macam candaan yang ia lontarkan padaku setiap kami berbicara dan bagaimana wajahnya saat kami melemparkan gurauan satu sama lain.
Aku masih ingat saat teman-temanku menyuruhku untuk melakukan tantangan saat kami bermain 'Truth or Dare' dan aku memilih untuk menggenggam tangannya untuk melaksanakan dare tersebut.
Masih hangat juga dibenakku saat aku dan dia harus duduk sebangku disertai dengan penuh godaan dari teman-teman sekelas akibat ulah teman sebangkuku yang memaksanya untuk pindah demi hanya untuk duduk dengan teman sebangkunya.
Masih kuingat juga wajahku yang merona padam dengan bibir yang tak henti-hentinya menyangkal semua kata 'cie' yang terucap dari teman-teman sekelasku. "Apaan sih, jealous ya?" bantahku saat itu. Sungguh, mulut dan hati berbanding sangat kontras.
Tapi semua itu telah berlalu. Hal itu terjadi dulu--dua tahun yang lalu--jauh sebelum hari itu tiba dan merusak segalanya.
FLASHBACK MODE : ON
September, 2014.
Tanpa kuduga, Dhana mengirimkan sebaris kalimat pertanyaan melalui social media bernama Blackberry Messanger yang membuatku terkejut bukan main.
Dhana : PING!
Dhana : PING!
Dhana : PING!
Read.
Nara : Kenapa?
Dhana : Bener tuh isu-isu lo suka sama gue?
Detik itu juga tanganku gemetar dan mulutku ingin sekali menjerit saking kagetnya.
Jadi dia udah tau? Mampuslah aku.
Nara : Hah?
Dhana : Yang dibilang anak-anak kalo lo suka sama gue itu bener?
Baiklah, aku nyerah buat nutupin semuanya.
Nara : Iya deh, gue ngaku.
Dhana : Serius?! Jadi isu-isu itu bener?!
Aelah Dhana, nggak tau apa tanganku gemeteran gini ngetiknya.
Nara : Iya elah. Pengen jerit gue nih.
Dhana : Lho jerit kenapa?
Dhana bego ish.
Nara : Lo udah kalau tau gue suka sama lo. Ish lo mah, kayak nggak tau gue hebohnya gimana.
Dhana : Iya juga sih.
Nah lo. Read apa nggak nih? Ayolah otak, berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurt
Teen FictionCinta itu memang terkadang menyakitkan. Tapi rasa sakit itulah yang membuatku mengerti akan bagaimana caranya mencintai dengan tulus. (ONE SHOOT) • • • Copyright 2015 by thestardim Hak Cipta Terlindungi 2015 oleh thestardim