time means nothing

334 15 0
                                    


Jessica pov)

Suara ombak yang menghantam batuan karang terdengar merdu di telinga ku. Aroma khas lautan yang menghiasi indera penciuman ku begitu menyejukan. Setelah bergulat dengan suasana perkotaan yang begitu bising kini disini lah aku.. Berdiri sembari merentangkan kedua tangan ku dan memejamkan kedua mata ku. Kuhirup sebanyak mungkin udara bak orang yang baru pertama kali merasakan bernafas. Saat ini masih begitu dini hari, sengaja memang karena aku ingin melihat detik detik awal ketika matahari naik memperlihatkan sinar indah nya kepada dunia termasuk kepada ku.
Kubuka mata ku perlahan untuk melihat pemandangan di depan ku sembari memastikan seberapa lama matahari ku akan muncul. Dan tak butuh waktu lama sekitar 3 hingga 4 menit kuperkirakan lalu muncul lah si kuning besar bisa kurasakan wajahku terkena sinar terang nya dan senyum pun langsung menghiasi wajahku.
Tak ada suara manusia, hanya suara nafas ku, hembusan angin, dan deru ombak ahh juga sesekali kudengar suara seperti gerusan kayu namun entah itu berasal darimana aku tak perduli.

Chansung pov)

Pagi ini ombak terlihat tak begitu bersahabat, rencana ku untuk berselancar mau tak mau harus ku tunda sementara hingga ombak cukup tenang. Jadilah kuputus kan untuk mencari kegiatan lain sembari menunggu ombak ku kembali. Kubongkar dashboard mobil ku dan ku ambil bongkahan kayu sebesar lengan ku dan pisau pahatan. Lalu mencari tempat yang akan kujadikan spot untuk memahat kayu ini sembari bersantai menikmati waktu pagi. Saat mataku berkeliaran mencari spot tak sengaja ku lihat bayangan seorang wanita sedang merentangkan kedua lengan nya dengan rambut panjang yang terbang asal mengikuti ayunan angin yang membawa nya.
Namun tak kutanggapi lebih lanjut saat mataku akhirnya menemukan spot nyaman dimana ada bekas batang pohon tua panjang yang bisa kujadikan senderan saat sedang memahat.
Kemudian tangan ku dengan mahir nya menggerus kayu mahoni ini dengan cekatan, baru beberapa detik aku memahat baru lah aku teringat apa yang harus kubentuk?
Sembari berfikir mencari inspirasi mataku kembali terpaku pada wanita yang tadi sedang merentangkan tangan nya dan kini sedang terduduk melipat kaki nya wajah nya masih menghadap ke arah lautan sehingga aku hanya bisa melihat bagian belakang tubuh nya saja dan itu pun masih berupa siluet karena cahaya penerangan yang terbatas hanya tertumpu pada seberkas cahaya sunrise.
Lalu tanpa dikendalikan tangan ku dengan iseng nya menggerus kayu tersebut hingga terbentuk pola seperti seorang yang sedang terduduk dan ide pun mengalir begitu saja.

Author pov)

Saat chansung masih asik dengan karya nya, terdengar suara dering handphone yang ternyata dimiliki oleh jessica.
"Ne, arraso appa" ucap jessica dari kejauhan disusul dengan helaan nafas panjang yang dapat dengan jelas didengar oleh chansung yang hanya berjarak sekitar 8 meter dari jessica.
Kemudian jessica pun berusaha untung berdiri dan membalikan badan saat tepat menoleh kebelakang jessica pun terkejut karena melihat seseorang di belakangnya dan tengah menatap mata nya meskipun wajah orang itu tidak begitu jelas jessica dapat merasakan jika laki laki itu tepat menatap kearah mata nya. Iya pikir sedari tadi iya hanya sendirian disini karena suasana begitu sunyi tapi iya tak menyangka bahwa ada seseorang yg juga berada tak jauh dari nya.
Iya pun langsung tertunduk malu dan segera pergi meninggalkan bibir pantai.
Selama perjalanan menuju cottege, pikiran jessica tertuju pada lelaki yang tadi sedang memegang pahatan kayu sembari menatap nya.wajah nya memerah membayangkan apakah laki laki itu melihat nya saat menikmati sinar matahari dengan bodohnya.
Namun segera mungkin iya menggelengkan kepalanya guna berusaha mengusir pikiran itu.
"Lupakan..lupakan..lupakan sicca" gumam jessica.

Jessica pov)

"Sicca-ya apa kau sudah siap?" kudengar suara appa berteriak dari lantai bawah. Saat ini aku sedang memasukan ipod dan sebuah lembaran peta kota nice.
"Ne Jamkanman appa " balasku berteriak.
Pagi ini sekitar jam 8 aku dan ayahku bersiap untuk mengelilingi kota nice. Aku dan ayahku sedang dalam masa liburan jangka pendek. Namun meski hanya waktu yang singkat kuharap masa masa ini bisa menghilangkan stress dan kejenuhan ku selama beberapa waktu terakhir di seoul.
Aku pun menikmati keindahan kota nice sembari sesekali mengabadikan moment ini dalam bentuk jepretan kamera.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 12 siang waktu kota paris. Kulihat ayahku di sebelahku sedang sibuk dengan handphone nya. Astaga apakah ini yang disebut liburan ketika appa bahkan masih sibuk mengurusi urusan nya.
"Sicca kau lapar hm?" tanya nya dengan mata yang tak lepas dari layar handphone bermerk apple itu. Satu detik.. Dua detik.. Tiga detik..
Sengaja kubiarkan pertanyaan nya mengambang di udara.
"Sicca, appa harus mengunjungi kedutaan untuk mengurus seminar. Apa kau bisa kembali ke cottege sendiri?". Kesal amat kesal, ini bahkan belum ada seperempat hari aku menikmati liburan tapi appa malah seenaknya menyuruhku pulang. "Hm" gumamku menjawab pertanyaan appa tadi dan langsung meninggalkan nya.

incompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang