:) dua

17 6 0
                                    

Aku si ingusan dateng lagi nih dengan tulisan abalku. Semoga ada yang baca yaa kawan :)

®®®®®

Hari ini Papa dan Mama mengantarku kerumah temannya yang janda itu, Ibu itu bernama Bu Wulan. Ketika aku sudah sampai di rumah Bu Wulan, Papa dan Mama langsung pergi meninggalkanku dan nggak kerasa air mataku langsung keluar. Tapi ketika Papa dan Mama melihatku menangis mereka berbalik lagi dan langsung memelukku.

"Sayang... maafin Papa dan Mama, kita ngelakuin ini supaya kamu berubah dan menjadi anak yang lebih baik lagi sayang!". Ucap Mama dan masih memelukku.

"Iya, kami harap kamu mengerti . Dan kamu disini jangan nakal yaa!". Sambung Papa.

"Iya Pa, Ma Kinan janji. Kinan akan berubah". Jawabku dan tersenyum.

"Nah gitu dong senyum, kan cantiknya jadi balik lagi". Canda Mama sambil mengacak-ngacak rambutku. "Tapi Mama dan Papa gamau kamu berjanji, kami ingin kamu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi yang lebih baik lagi... dan itu semua bukan untuk kami sayang, semuanya untuk kamu dan masa depanmu".

"Yang diucapkan Mamamu benar sayang, kamu jangan terlalu memaksakan untuk cepat berubah jadi lebih baik.. semuanya butuh proses, dan kamu ngelakuinnya harus dengan ikhlas". Ucap Papa.

"Iya Pa, insyaAllah".

"Papa dan Mama juga insyaAllah akan usahain menjengukmu dua minggu sekali, dan kita juga akan usahakan menelvonmu setiap hari sayang!".

"Bener yaa Pa? Aku pegang omongan Papa!". Tanyaku sambil mengacungkan jari kelingking.

"Siap princess!". Jawab Papa dan menautkan jari kelingkingnya dengan kelingkingku.

"Wulan sahabat lamaku dan selamanya akan tetap jadi sahabatku, kami titip Kinan yaa. Jika Kinan berbuat salah saya harap kamu langsung lapor saja ke kami". Ucap Papa.

"Iya Herman, kalian berdua tenang saja... kita inikan sahabatan dari dulu, jadi kalian nggak usah sungkan". Jawab Bu Wulan.

"Kalo gitu kami pamit yaa!". Izin Mama sambil memeluk Bu Wulan.

"Iyaa, kalian hati-hati dijalan yaa".

Papa dan Mama pun masuk mobil untuk segera pulang. Aku hanya bisa melihat mobilnya, sampai mobilnya tak terlihat. Bu Wulan pun langsung mengajakku masuk ke dalam rumah. Rumah Bu Wulan begitu sederhana bahkan menurutku sangat sempit sekali. Di rumahnya hanya tetdapat dua kamar, satu ruang tv, satu ruang dapur, dan satu kamar mandi di sudut dapur.  Rumahnya beda banget dengan rumahku yang di Jakarta. -beda sekali-

"Ya Allah maafkan aku selama ini aku kurang bersyukur, dan selama ini aku hanya bisa menghamburkan-hamburkan uang orang tuaku untuk hal yang nggak bermanfaat. Padahal di luar sana masih banyak yangembutuhkan! Astagfirullah...". ucapku menyesal dalam hati.

"Nak Kinan, kenapa? Kok bengong? Kaget yaa nak soalnya rumah Ibu jelek dan nggak layak huni?". Tanya Bu Wulan yang membuyarkan lamunanku.

"Nggak kok Bu! Segini mah udah lebih dari cukup Bu..". Jawabku sehalus mungkin agar Bu Wulan tak tersinggung.

"Sebentar yaa nak, Ibu panggilkan dulu anak Ibu". Ucap Bu Wulan dan berlalu pergi.

Bu Wulan pun memanggil anaknya yang ada di kebun belakang rumahnya. Setelah Bu Wulan kembali bersama anaknya, aku kaget melihat anaknya. Dia sangat beda denganku dari cara berpakaiannya saja udah jauh banget dengan aku. Dia anggun dan memakai jilbab sedangkan aku tomboy abis yaa meskipun rambutku panjang. Yaiyalah beda masa iyaa mau sama sih. Aneh-aneh saja aku ini, tapi dia memang beda denganku dan gadis-gadis remaja lainnya.

" dia cantik, dia manis, dia berjilbab, dia sholehah dan subhanallah". Takjubku dalam hati.

"Nak kenalin ini anak Ibu satu-satunya. Dia seumuran denganmu nak. Jadi kalian bisa jadi teman baik". Ucap Bu Wulan memperkenalkan kami.

" Aisyah Azzahra Ibrahim, tapi panggil saja aku Zahra ".  Ucapnya dan mengulurkan tangannya.

" Kinanti Sasmita Wijaya, tapi panggil saja aku Kinan". Jawabku dan membalas uluran tangannya.

Tiba-tiba Zahra memelukku, aku pun membalasnya. Nggak tau kenapa meskipun kita baru bertemu, tapi kita sudah merasa dekat sekali.

"Yasudah semoga kamu betah tinggal disini yaa nak! Zahra sekarang antar nak Kinan ke kamar kamu yaa. Kamu pindah saja ke kamar Ibu, biarkan nak Kinan menempati kamarmu".

" nggak usah Bu, aku sekamar saja dengan Zahra. Biar aku ada temannya Bu!". Tolakku tak enak, dan memang benar aku ingin sekamar dengan Zahra.

"Beneran gapapa nak?". Tanya Bu Wulan memastikan.

" iyaa Bu, beneran gapapa kok!".
®®®®®

Typo berhamburan.

oke cukup segini dulu... si ingusan otaknya udah mampet. Minta vomment nya yaa kawan. Sukron :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis itu, SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang