Flash-Back

51 12 0
                                    

"Loh kamu kenapa?" melihatnya menangis membuatku sangat bingung

"Tunggu... jangan pergi dulu aku masih pengen ada di pelukan kamu?!" katanya sambil tambah erat dia memelukku. Aku tidak tau harus berbuat apa saat situasi itu, yang ku lakukan hanya mematung kebingungan di dalam dekapannya kini dia melepaskan pelukannya dengan kepala tertunduk, mungkin dia malu atau sengaja tidak ingin ku lihat ketika dia sedang menangis.

"Maafin aku... " hanya kata itu yang dia katakan.

"Maaf buat apa? emang kamu salah apa sama aku?"

"A... aku... minta maaf sama kamu Ga?" dia kembali meminta maaf sambil terbata-bata dan menahan air matanya.

"Kamu kenal kan sama aku? tolong jelasin semuanya? hubungan kita sebelumnya apa?"

"Kenapa kamu, beragapan kalo kita punya hubungan?" kini dia mulai tenang.

"Terasa aja... lebih tepatnya... aku menganggapnya begitu, setelah melihat epresi wajahmu. Yang penuh sama kerinduan..." lalu dia kembali memelukku dengan sangat erat, lebih erat dari yang tadi.

"A.., a... aku sayang kamu..." setelah dia berkata begitu, secara spontan aku juga mendekapnya seakan tak ingin ku lepaskan, seakan-akan dia adalah hal paling berharga yang telah lama hilang dari diriku. Lalu hujan membuat kami tersadar dari dunia indah tempat kami berpelukan tadi.

"Kamu mau tau semuanya?" katanya padaku

"Iya, tolong jelasin semuanya?" lalu aku di ajaknya kesebuah apartemen, mungkin ini tempat tinggalnya ? pikirku, lalu kami duduk berdua di ruangan itu.

"Apa hubungan kita? sebenernya seberapa deket hubungan kita?" aku bertanya padanya.

"Kamu... kamu... sebenernya..." kini air matanya perlahan-lahan menetes dari mata indahnya ,turun membasi pipinya.

"... aaahh" dia mengambil nafas panjang.

"Kamu... adalah sosok paling berharga yang penah mengisi kehidupanku, dari sejak awal bertemu kamu selalu ada buatku, berkat perjuangan kita semua masalah bisa kita lewati..." dia berhenti sejenak menahan air matanya makin banyak mengalir. Entah kenapa melihatnya menangis membuat dadaku sangat sakit, perlahan air mataku mulai keluar, aku seakan tak sanggup melihatnya seperti itu yang terlihat sangat menderita akan hal ini.

"Tapi di saat yang bersamaan, semua itu membuat rasa sakit dan pedih yang mendalam, aku gak sanggup ngeliat kamu yang menderita karena aku gitu Ga. karena itu... karena itu... kita berdua gak boleh sama-sama lagi, selamanya." air mataku terus menetes saat dia menceritakan hal tadi.

"Aku ngerti kok... jadi kamu gak perlu nangis lagi Ra, aku emang gak pantes buat kamu"

"Kamu jangan bilang gitu..."

"Aku ini cuman sampah kan?"

"Cukup Ga, cukup jangan ngomong kayak gitu..." sambil menangis dia lalu memelukku.

"Terus apa alasan sampe kita gak bisa sama-sama lagi Ra...? jawab!"

"Kalau aku udah dengar jawaban dari kamu... setelah itu... aku gak akan ganggu hidup kamu lagi kok Ra ?"

"Gak boleh...! gak boleh! gak boleh! pokoknya gak! kamu udah terlanjur masuk dalam hidupku Ga... jadi jangan pergi gitu aja seakan-akan gak terjadi apa-apa"

"Kamu bilang kayak gitu tapi kamu sendiri menghindar dariku, kenpa selama ini kamu gak temuin aku Ra? kenapa?"

"Aku ngelakuin semua itu cuman pengen kamu bahagia Ga..."

"Bahagia kata kamu? apa aku sekarang keliatan bahagia hah !! aku yang gak tau apa-apa kayak gini, aku bahkan gak tau sebelumnya kita kayak gimana kamu bilang bahagia...?" air matanya semakin banyak menetes, dia memelukku dengan lemas seakan-akan semua tenaganya telah habis untuk menceritakan hal tadi.

"A... a... aku minta maaf Ga?" lalu dia menatap wajahku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku, makin dekat dan dia menciumku, pada awalnya aku kaget tapi entah kenapa ciuman itu terasa tak asing bagiku, tampa ku sadari kini bibir kami saling berpanggutan. Sekitar 5 menit kami saling berciuman tapi rasanya tak ingin ku lepaskan ciumanku darinya.

"Aaarrrghhh kepalaku!" tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit sekali.

"Ga... kamu kenapa?"

"Arrggh" perlahan kesadaranku mulai hilang. Kini aku melihat diriku dan Rara bersama-sama seperti waktu itu.

"Ga... Rangga... !!! kamu kanapa?" Perlahan dalam mimpi itu semua ingatanku mulai jelas ,tentang apa yang sebenarnya terjadi. Saat tersadar aku sudah di tempat tidur.

"Aku dimana?" aku masih di rumah Rara ternyata, dia terbaring di samping sambil memegang erat tanganku. Lalu aku bangkit dari tempat tidur itu dengan agak lemas dan masih terasa pusing. Aku lihat jam sudah jam 9 malam, aku pergi tadi setengah 3 pasti orang rumah pada nyariin dan benar saja saat aku lihat hpku sudah banyak panggilan masuk.

"Ga kamu udah bangun?" Rara terbangun

"Aku pulang dulu ya? udah malem"

"Jangan!! kalo kamu kenpa-kenapa di jalan gimana?"

"Tenang aja aku udah baikan kok"

"Kamu bakal kesini lagi kan?" dia bertanya sambil menarik tanganku.

"Iya" sambil kudekap dia dan kucium dahinya. Lalu dia mendekapku dengan erat.

"Janji kan"

"Iya sayang"

"kamu udah inget Ga?" dia agak kanget mendengarku memanggilnya sayang.

"Belum, semua masih samar-samar?! tapi seenggaknya aku udah yakin kalo kamu orang yang paling spesial dalam hidupku" lalu akupun pulang, sampai dirumah seperti dugaanku orang rumah pasti bakal ngomel-ngomel. setelah mendapat cermahan aku mandi dan makan malam saat aku makan kebetulan ibu lagi di situ juga.

"Bu... ?"

"Iya, kenapa?"

"Ibu kenal Rara gak?"

"Hah... kamu... udah inget?" sperti dugaanku ibu dan yang lain tau semua tentang Rara dan ingatanku yang hilang, tapi kenapa mereka gak mau jujur?



.....................................................................................................................................

Bersambung....

yogyakarta 18 - oktober - 2015

story by : Putrabimantara

makasih yang udah baca.......... jangan lupa vommentny biar tambah semangat untuk bikin cerita lagi :)

nantikan kelanjutanya ya :)







HILANG (Bukan Akhir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang