Kutipan DiaryTell
Diary ini kupersembahkan untuk semua warna yang telah mengisi hari-hariku dengan goresan pelangi yang tanpa kusadari, mungkin ini terlalu kelam, atau ini terlalu rumit. Kutipan DiaryTell ini kuambil bukan menurut maknanya, bukan menurut artinya, tapi lebih mengarah kepada apa yang telah kuceritakan dan kucurahkan semua riwayat warna pelangi kehidupanku didalam Diary ini.
Mungkin terasa aneh dan tidak sambung dengan kecocokkan bahasa yang mungkin telah kujadikan sebagai judul dari rangkaian-rangkaian tinta hitam ini. Tapi, semoga Kutipan DiaryTell ini dapat mewakilkan salah satu riwayat warna pelangiku dari berjuta-juta keindahan warna pelangi dihidupku. Amiiin… semoga, siapapun kamu yang membacanya dapat menyukainya… Terimakasih J
***
Pernahkah kamu merasakan sebuah penantian yang begitu lama? Hingga kamu perlu mempertahankannya dalam waktu yang tidak begitu singkat, mungkin sekitar dua belas tahun. Pernahkah? Mungkin salah satu dari mereka yang merasakannya kurang dari dua belas tahun, atau bahkan ada yang lebih dari dua belas tahun.
Entahlah… itu tidak begitu penting, kebanyakan dari mereka yang mudah mendapatkan cintanya “Cinta, untuk apa diharapkan dan dinantikan kedatangannya? Toh, cinta akan datang begitu saja bagi mereka semua. Mengharapkan dan mempertahankan sesuatu tentang cinta, belum tentu cinta itu akan berharap kepada kita dan menginginkan sebuah kesetiaan dari kita. Mungkin saja cinta itu akan berbalik menjadi musuh kita?! Pengharapan dan kesetiaan itu sungguh menyedihkan!”
Berbeda halnya dengan mereka yang sulit mendapatkan cintanya “Aku memang bodoh, mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Tapi, apa salahnya aku yang mengharapkan cinta dari seseorang yang sangat aku cintai?! Kesetiaan itu bukanlah hal yang menyedihkan, kesetiaan itu menandakan bahwa kita adalah seseorang yang dapat mempertahankan apa yang telah kita kasihi dan kita sayangi, meskipun hal yang kita sayangi tidak membalasnya… tapi, setidaknya kita dapat memperjuangkan apa yang telah kita usahakan. Kalau cinta, tak mungkin kemana. Kalau jodoh, tak akan berpaling.”
Apa benar itulah arti dari sebuah pengharapan dan kesetiaan dengan cinta?
***
“Aku bukanlah gadis pengharap besar yang menyia-nyiakan waktunya demi seorang lelaki didunia ini. Aku hidup bukanlah untuk menjadi seseorang yang berimajinasi, membayangkan hidup bahagia bersama seseorang yang sangat aku harapkan. Tapi aku, hidup untuk selalu berusaha dan memperjuangkan apa yang sangat ingin kuraih, kurasakan, dan kudapatkan dikehidupanku nanti, dimasa yang kelak akan membuatku bahagia.” Desisnya menguntai, menjajaki setiap rangkaian hitam pada lembar putih dalam Diary kesayangannya.
Gadis itu bernama Aninda Zhaputri, lebih tepatnya Aninda. Aninda adalah gadis paling lugu nan polos yang pernah Karin –sahabatnya, kenal. Selama hidupnya, Aninda hanya menyukai satu orang lelaki yang sejak kecil sampai sekarang Ia pertahankan.
Disaat pertama Karin mengenali Aninda, Karin tak menyangka bahwa Karin adalah sosok yang tidak begitu mengharapkan menjalin sebuah hubungan dengan lelaki manapun, sekalipun lelak itu adalah lelaki yang sangat Ia dambakan. Bagi Aninda, “Apalah arti menjalin sebuah hubungan dengan seorang lelaki dimasa kini jika akhirnya berujung dengan luka dan kepahitan?”
Bukan maksud hati Ia ingin menjadi seorang gadis yang so menjaga hati, tapi memang kenyataannyalah begitu. Walaupun hati sebenarnya ingin sekali merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih, namun hal tersebut tetap tak akan bisa Ia wujudkan.
Aninda selalu takut bila membayangkan Ia benar-benar memiliki seorang kekasih, dalam bayangnya “Apa jadinya, jika aku menjadi seorang kekasih, bila sekolahku saja belum tentu sempurna. Belum lagi kegalauan yang nantinya akan menderaku, belum menjadi seorang kekasih saja galau selalu melanda. Terlebih lagi jika aku menjadi kekasih dari seseorang? Oh no!!”