Hidup seperti menulis tanpa penghapus

82 5 0
                                    



Sound of Life


BAB I

Hidup seperti menulis tanpa penghapus

"Pergi dari sini!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!!"

Mimpi ini terjadi lagi..

"Kenapa?! Kenapa Vio?! Kenapa kau berkata seperti ini?!"

"Kenapa kau bilang?! Bukankah sudah jelas?! Aku sudah bosan berteman denganmu!! Aku tidak membutuhkanmu lagi!!"

Mimpi yang selalu mengganggu malam-malam lelapku..

"Bukankah kita sudah berteman lama dan mengenal cukup baik?! Jadi, mengapa?!"

"Berteman katamu?!  Huh.. jangan bercanda!! Aku bahkan tidak pernah menganggapmu sebagai teman selama ini!!"

Seorang gadis yang sangat kukenal berdiri tepat di depanku..

Pancaran wajahnya penuh dengan kekecewaan, seakan menunjukan kesedihannya yang mendalam..

Kutekan semua emosiku pada saat melihat raut wajahnya itu..

Meskipun harus kubayar mahal dengan perasaanku yang hancur.

Ia mengangkat tangan kanannya, mulai mengayunkannya dengan sangat kencang..

Seakan tindakannya itu menjadi pertanda kekesalan yang sedang dialaminya..

Benar, dia menamparku disaat aku berkata seperti itu kepadanya..

Apakah aku terlalu lemah? Sampai-sampai tidak bisa melupakan semua ini?

"AKU MEMBENCIMU!!"

Aku hanya bisa memandang tubuhnya dari kejauhan..

Selalu melihatnya tanpa bisa berbuat apa pun..

Bukankah seharusnya aku menjangkau dan menarik tangannya?

Mungkin ini adalah jalan yang terbaik.

Saat aku mengingatmu..

Daun-daun selalu berwarna merah.

***

Alarm berbunyi kencang, memecahkan keheningan dalam tidur lelapku. Sekarang waktu telah menunjukan pukul enam.

Tak terasa, aku telah melewati waktu tidur lebih dari delapan jam. Namun meski begitu, kuakui semua itu tak menghalangi rasa kantuk yang hinggap di mataku.

Kubasuh wajahku dengan air, lalu kuambil segelas untuk kuminum. Saluran air di perdesaan ini terasa sangat nikmat, begitu juga dengan warnanya yang sangat jernih. Saat ini, aku sedang mencoba mengawali rutinitas yang biasa kulakukan di pagi hari.

Tapi pada saat melakukan hal tersebut, selalu saja wajahnya terbayang. Entah sudah berapa lama kejadian itu berlalu, aku pun tak begitu memperdulikannya.

Namun yang pasti, sampai saat ini, aku belum sedikit pun melupakannya.

Segera aku bersiap-siap. Tak lupa kubereskan terlebih dahulu kamar ini yang terlihat lebih berantakan dari tempat bermain anak-anak. Kurasa kegiatan ini takkan memakan waktu cukup lama, kecuali aku bermalas-malasan lebih lama lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sound of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang