Riyaki, why?

145 11 0
                                    

Sampainya dirumah aku membanting tas, dengan segera menyelipkan kaus kaki di sepatu dan langsung berlari ke kamar, dengan pakaian kotor akibat jatuh digenangan tadi. Ibuku tak ada dirumah, ayah apalagi, adikku pergi bertamasya bersama pengasuhnya. Amat sedih, ketika sedih lalu mendapati rumah yang kosong melompong. Sprei kamarku yang asalnya tertata rapi un acakadut karenaku banting. Aku seperti orang kesetanan.

Riyaki baka! Kenapa kau berkata sayang padaku, jika kenyataannya hatimu masih berpihak pada wanita itu. Aku benar-benar tidak bisa menerimanya. Apa artinya kita dekat? Apa artinya perjuangan kita selama beberapa bulan kebelakang? Kau anggap apa aku, Riyaki?

Aku memang kecil, kumal, culun, tapi perlu kau ketahui. Aku juga punya hati. Aku juga seorang wanita yang mudah patah hati. Mudah menangis. Ingin dipahami.

Akupun terlelap dalam tangisku ~~~~

***

Aku berdiri dijalan ini, jalan setapak yang penuh dengan daun maple yang berguguran. Aku duduk seorang diri sambil mendengarkan lantunan irama di earphone ku. Kulihat seorang pria berdiri tegak di depanku. Kuperhatikan dari bawah, sepatu kulit dengan celana sayur hitam. Lengkap dengan kemeja putih berdasi hitam yang dibaluti jas berwarna hitam pula. Aku terbelalak, dia Riyaki. Tangan nya yang melingkar di punggungnya perlahan bergerak menyodorkan serangkaian bunga tulip kuning ke hadapanku.

"Aku sangat mencintaimu, menikahlah denganku, Hana" ucap Riyaki.

Aku hanya terdiam membisu. Anehnya sekarang aku memakai gaun serba putih dengan mahkota yang melingkar di kepalaku.

"Dengan senang hati Yaki. Senang maupun susah aku akan selalu bersamamu" balasku sambil mengambil bunga tersebut.

Riyaki menyambar tanganku, mencium keningku dan memeluk ku, sungguh nyaman dan hangat aku menyayangi Riyaki sampai akhir hayatku.

***

"Kak bangun, mandi sana udah jam 6 nih" tiba tiba suara tak menyenangkan itu membuatku terbangun dari tidurku.

Yatuhan ternyata tadi adalah mimpi, sungguh mimpi yang indah, terimakasih yatuhan. Aku mulai melangkahkan kaki ke toilet. Bermandikan air dan keramas. Kemudian aku pergi ke kamar, melihat ponselku, dan nama Riyaki ada di notification paling atas. Aku penasaran. Ku periksa notification itu dan Riyaki mengirimku sebuah pesan.

"Kenapa kau tetap berlari? padahal kau tahu, kau sudah tak mampu. Mengapa kau terus mencoba menghindar dariku? Lupakan wanita itu. Aishiteru, Hana."

Riyaki baka! Aku takmau lagi berbicara denganmu. Batinku.

Riyaki meneleponku. Kali ini rasanya jantungku mau copot. Tanganku gemetaran dan keringatku megalir deras diwajahku.

"Selamat malam hana oujiku tercinta" ucapnya lembut

Aku tak menjawab.

" apa kau marah padaku?" Ucapnya lagi.

Kali ini aku tak menjawab, air mataku yang menjawab, mereka mengalir deras di pipiku.

"Bicaralah, ouji" ucapnya lagi, dengan nada yang semakin lembut.

"Nandemonai" (artinya tdk apapa) jawabku dengan nada datar.

"Yookata, keluarlah oujiku" ucapnya

Apa apaaan ? Dia menyuruhku keluar, artinya dia ada di depan rumahku? Apa yang harus kulakukan? Aku menutup telepon, dan segera menuruni tangga menghampiri pintu depan. Seorang pria basah kuyup berdiri disana. Itu Riyaki.

Aku menghampiri nya, sembari membawa payung. Riyaki memeluku erat, hingga payungku terjatuh. Aku menangis sekali lagi.

"Maafkan aku Hana, aku tak bermaksud menyakitimu. Aku angat menyayangimu. Tetaplah bersamaku" ucapnya kemudian Riyaki mengecup kening ku. Air mataku mengalir lagi.

Riyaki memegang pipiku, menhapus air mata yang membanjiri pipiku. Aku tak mampu berkata apa apa. yang kubisa hanyalah menangis. Dia menatapku, aku tak berani melirik lagi matanya, sakit hatiku.

Berkali kali ia mengatakan maaf, aku tak mampu menjawabnya.

"Hana, aku sudah tak mencintai Diaru, aku hanya membantunya ketika tadi, kekasihnya telah tiada, ia sedih dan bersandar di pundakku. Kuharap kau mengerti dengan kesalah pahaman ini" tuturnya lembut.

"Aku menyayangimu." Hanya itu yang bisa ku katakan. Lalu aku membalas pelukannya.

Riyaki tersenyum, aku puas sekali, dia sangat tampan. Aku menyuruhnya masuk ke rumah, namun ia menolak, ia memilih pulang karena hujan diluar sana telah reda. Aku melambaikan tangan.

Riyaki kembali melangkah mendekatiku. Aku terdiam, kemudian ia menunjuk langit. Pelangi, disana ada pelangi tepat setelah hujan deras yang melanda negeriku. Kini aku dan Riyaki berbaikan.

***

Aku dan Riyaki kini telah lulus SMA. Kami melanjutkan sekolah, di jurusan yang berbeda. Aku masih tinggal di jepang memilih kuliah jurusan psikologi, sedangkan Riyaki melanjutkan sekolah ke Amerika, jurusan Intelligence, cita-cita dia menjadi tantei (artinya detektif). Kami berjanji akan menjaga hati dan bertemu ketika lulus.

***

"Hana, cepat penghulu nya sudah datang!" Seru ibuku.

"Iya bu sebentar lagi make up nya selesai" kataku pelan pelan.

Aku berdiri anggun an melangkah, mengenakan gaun panjang putih yang indah.

Di atas sana telah berdiri seorang pria berjas hitam. Gagah dan tampan. Riyaki, itulah dia.

"Apakah kau bersedia hidup bersamaku? Dalam susah dan senangku? Apa kau telah siap untuk menjadi pendampingku, Hana?" Riyaki mengatakannya dengan lantang.

"Tentu saja, ouji ku, suamiku." Kemudian Riyaki mencium keningku.

Kami hidup bahagia.

***

Aku yakin, pelangi yang kami lihat hari itu menunjukan bahwa keindahan memang butuh pengorbanan.

Minna, jumpa lagi dengan author yang gaje :v oke oke berakhir disini nih, seneng banget author bikin ending nya haha^^ salam manis :*
Mpe Umpa Gii ^^

Koi wa IttaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang