Prolog

20 3 2
                                    

Gadis itu menghela napas sekali, dua kali, tiga kali. Lalu duduk. Menghempaskan bokong nya ke lantai.

Ia bosan.

Ini hari minggu, hari kesukaannya. Seharusnya dari tadi pagi ia latihan karate. Pergi ke lapangan dan menonjok samsak. Tapi cuaca tak mendukung sekarang. Diluar sana hujan, tidak lebat, tapi ia tetap tak suka.

Sepertinya musim hujan sudah datang, pikirnya.

Ia tidak suka musim hujan. Tidak suka Hujan. Hujan membuatnya tidak bisa kemana-mana. Terjebak di apartemen kecilnya tanpa melakukan apapun. Menghalanginya melakukan kegiatan sehari - hari nya.

Ia tidak benci, hanya tak suka.

DERT DERT

Handphone nya bergetar. Ia meraih nakas disamping nya. Mengambil handphone nya dan menempelkannya ke telinga. Tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Halo?"

"Arini! Kenapa kau tidak ke kampus sekarang?!"

"Mbak Susi? Ada apa? Ini kan hari minggu. Untuk apa aku ke kampus?"

"Ohh Arini.. kamu lupa? Hari ini kita ada rapat dadakan dengan kampus sebelah tentang event akhir tahun nanti.."

"Oiya! ya ampun mbak aku lupa"

"Duh gimana sih kamu. udah.. sekarang cepat ke sini!"

"Loh? Kemana mbak?"

"Ke Kampus dong Arin!"

"Oiya. ok ok mbak."

"Ok ya. Aku tunggu."

TUT TUT

Huft, gadis itu menghela napas lagi.

"Kenapa aku harus berpergian di hari minggu ini?" gumamnya.

Gadis itu bernama Siti Marlinia Arini. Biasa dipanggil Arini. Gadis 20 Tahun yang berkuliah di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Lahir di Karawang dan besar di Bekasi. Sekarang ia tinggal sendiri di Jogja. Menyewa Apartmen selama masa kuliahnya. Ia menjadi pengurus aktif di kampusnya. Ia juga bekerja menjadi seorang penulis yang cukup dikenal banyak orang.

Walaupun aktif di kampus, Arini bukanlah orang yang pandai bergaul seperti sahabatnya, Cindy Violin. Gadis China yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Gadis cilik yang sekarang menjadi seorang pianis terkenal. Cantik dan supel. Punya banyak teman yang mengelilinginya juga tunangan nya yang tampan.

Beda dengan Arini. Ia merasa dirinya bukanlah apa-apa. Ia masuk UGM pun mungkin hanya keberuntungan. Ia tidak pintar, tidak juga bodoh, Standar. Menjadi penulis yang cukup terkenal, mungkin hanya kebetulan. Ia tak secantik teman- teman disekitarnya. Ia tidak pernah pacaran seperti teman- teman nya yang lain. Bukan karena polos, tapi karena dia belum menemukan yang cocok. Atau mungkin ia menunggu seseorang yang cocok.

Ia menunggu. Entah menunggu apa.

Gadis ini, Arini, menyukai Karate. Menyukai Novel dan penulisan. Tubuhnya tinggi dan berisi. Rambut hitamnya dipotong pendek. Ia selalu memakai sepatu sport atau sepatu flat kemanapun. Ia tidak pernah memakai sepatu hak. Tidak pernah. Bukan karena dia tomboy, ia hanya tidak suka. Ia menyukai warna pink, kalau kalian ingin tahu.

***

Titik-titik hujan masih setia mengguyur kota istimewa ini, airnya menyentuh lembut wajah Arini sejak ia membuka pintu taksi yang ia tumpangi tadi.

Huh.. lagi-lagi terkena wajahku, ucapnya dalam hati.

Detik berikutnya ia mengangkat tas selempangnya untuk menutupi kepala, kemudian berlari kecil menuju gedung utama kampus.

Salahkan hujan yang tidak juga berhenti dari pagi tadi hingga menyebabkan jalanan yg ia lalui digenangi banyak air. Salahkan hujan pula, yang secara tidak langsung mengubah sepatu kets putihnya menjadi kecokelatan saat ini.

"Arin! Ayo cepat! Kita sudah ditunggu," teriak wanita anggun, dengan balutan blezer biru tua di atas baju semiformalnya. Rok dibawah dengkul yang senada dengan blezernya, membuatnya terlihat lebih berwibawa.

Arini, memgembangkan senyum bersalah kemudian mempercepat langkahnya kearah wanita itu.

"Seharusnya kamu tidak setelat ini Arini," keluh wanita berwibawa itu, saat mereka sudah selesai meeting penting.

"Maafkan aku mbak. Aku benar- benar lupa. Aku sangat sangat minta maaf," kata Arini dengan wajah yang ia usahakan sangat memelas.

"Yasudahlah.. ingat ya! Bulan depan, acara perdana kita. Jangan sampai kamu lupa!"

"Aye aye kapiten!"

Lalu mereka berdua tertawa bersama.

ARainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang