Fahri Alrham Basir, seorang pria normal yang sedang menjalani masa suksesnya. Tapi tiba-tiba ibunya berkata bahwa dia harus cepat menikah karna diusianya yang sudah dibilang matang untuk membawa cucu. Dan usahanya yang memang benar-benar sudah harus menafkahi seorang istri.
Tania Daiya Azhri, seorang wanita muda sahabat dekat Fahri. Yang bekerja diperusahaan Fahri. Ia mempunya perasaan ke Fahri tapi tak terbalas. Ia menyadari sampai kapanpun cinta itu tak akan pernah berbalas. Dan ia sedang berusaha untuk melupakan perasaan itu tapi tak pernah berhasil karna setiap harinya ia bertemu dengan lelaki itu. Tapi ia tetap bertekad akan menghapus perasaan itu. Karna kelak, ia akan sakit hati melihat Fahri bersanding dengan wanita lain, jika saja ia masih memiliki perasaan terhadap Fahri.
Mereka sedang menjalani hidup yang bahagia ini. Saat kecil mereka memang selalu memimpikan akan bekerja dalam satu perusahaan yang sama. Dengan Bos yang tentu saja Fahri. Dan akhirnya impian itu tercapai, Fahri yang menjadi Bos-nya dan Tania yang menjadi sekretaris-nya.
"Tania, dokumen dari perusahaan PT. Kembar Jaya sudah selesai disiapkan?" Itu Fahri bos Tania atau sahabat semasa kecilnya Tania.
"Ah ya pak, ini sedang diurus,"
"Yasudah, kalau sudah siap kamu bawa keruangan saya. Saya akan menandatangani itu segera." Tukas Fahri
"Sekarang pak?" Bukan begitu, Tania memang lemot saat kalau ia sudah disandingkan dengan tugas yang banyak apalagi sedang serius-seriusnya ditanya oleh orang dan orang itu Fahri, dia tidak akan bisa fokus jika sudah begitu. Pasti dia akan bertanya sampai kedetail-annya.
"Aduh Tania kamu ga berubah-berubah ya," Ya Fahri memang sudah mengetahui hal itu. Tentu saja sejak kecil dia selalu dihadapkan dengan kelemot-annya Tania ini. Tapi Fahri tidak pernah bosan dengan itu, karna menurutnya sifat lemotnya itu unik dan hanya satu-satunya orang yang bisa membuat Fahri memukau dengan sifat kelemot-annya itu.
"Ngga Berubah? Ga berubah gimana? Bapak tau ga saya ini tuh makin imut lho terus saya juga makin tinggi deh eh makin cantik juga deh. Yakan? Yakan? Akuin ajalah," Pernyataan beruntut Tania, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. da bingung, benar-benar bingung dengan apa yang Fahri katakan tadi. Coba aja selama ini dia udah nyoba beberapa olahraga yang bisa buat dia tinggi biar dia gapake high heels yang tingginya naujubilah ga kira-kira itu. Capek tau ga?!
Tiba-tiba saja Fahri mendekat kearah Tania dan itu membuat kerja jantung Tania bertambah 5x lipat dari biasanya.
"Kamu.." Fahri menjeda perkataannya dan tiba-tiba saja ia mencubit pipi Tania dengan gemas. "Benar-benar sangat menyebalkan hahahaha,"
Seketika Tania hanya bisa bengong menatap Fahri yang sedang tertawa. Itu membuat Tania kesal karna tawanya itu melebihi kelebihan kuota internet-nya. Selebihnya menormalkan kerja jantungnya.
"Apa apaan sih bapak ini! Bapak tuh yang nyebelin! Ish!" Jeda Tania. "Pertama, bapak dateng tiba-tiba pas saya lagi ngerjain tugas tadi. Kedua, saya nanya buat kapan bapak malah bilang saya ga berubah-berubah padahal kan saya udah ngelakuin ritual apapun biar makin tinggi makin cantik dan imut. Ketiga, bapak malah nyubit pipi saya omg dan itu sakit. Keempat, bapak ketawain saya seenaknya. Cukup ya pak sekarang bapak boleh masuk keruangan bapak dan saya akan taruh dokumen ini dan silahkan tanda tangani. Selesai urusan kita, oke?!" Tania benar-benar kesal dengan Fahri tapi dia benar-benar gatau diri juga sudah berkata seperti itu dan menyuruh bosnya seenak jidat. Dia jadi merasa bersalah sekarang.
Fahri tiba-tiba saja berhenti tertawa dan langsung membalikkan badannya menuju ruangannya dengan wajah datar. Tania takut kalau saja bosnya itu tersinggung dengan apa yang Tania ucapkan barusan. Apakah setelah ini dia dipecat atau tidak yang pasti Tania tidak tahu. Dia bingung sekarang harus apa. Tapi tiba-tiba saja..
