Dentuman lonceng membahana menenuhi lorong gereja, samar-samar terdengar seruan tertahan para tamu berdecak menahan kagum. Gigi-gigi Daniela bergerutuk menahan amarah yang kian memuncak. Andai saja, karpet merah panjang yang terbentang di depannya tidak tertuju pada laki-laki itu, ia pasti dengan senang hati melangkah cepat menuju altar.
Walau kenyataannya, laki-laki itu yang berdiri di sana, dengan wajah tampan dan tubuh berbalut tuxedo hitam licin yang membuat penampilannya tak tercela, mengembangkan senyum yang seolah dibuat bahagia.
Perut Daniela mulas melihat senyum itu. Tangannya terbalut sarung tangan sutra putih panjang, sudah gatal melemparkan rakaian buket bunga yang disusun indah dalam genggamannya. Kemudian mengangkat gaun putih indah berekor panjang yang membungkus tubuh langsingnya tinggi-tinggi, berlari meninggalkan laki-laki itu di altar.
Setidaknya, gagasan itu cukup menghibur Dany. Saat ayah Dany melepaskan himpitan tangan Dany, menyerahkan tangan berbalut sultra halus pada sebuah tangan kokoh yang tengah menyambut di depan altar.
Nafas Dany tercekat, jantungnya bergemuruh kencang. Mata tajam bak elang yang tengah menatapnya, membuat kemarahan Dany menguap menjadi ketakutan yang menjalar ke sekujur tubuh bak bunga es.
Tubuh Dany sekaku es, saat pendeta membacakan janji pernikahan, hawa dingin itu membungkus setiap sendi, tidak menyisahkan sedikit pun celah untuk bisa melarikan diri dari ritual sakral yang tengah berlangsung.
Dentuman lonceng kembali membahana di kepala Dany, berlombang mengirimkan intruksi untuk segera melarikan diri. Namun, kaki Dany yang seolah telah tertanam di atas altar, sedikitpun tak bisa ia gerakan. Saat pendeta mengumumkan status baru dalam tahapan hidupnya, Dany disadarkan pada kenyataan yang menghempaskan tubuhnya pada jurang tak berujung. Terlebih saat sebuah kehangatan yang dengan seenaknya menyecap seluruh permukan lembut bibirnya. Bunga-bunga es di sekujur tubuh Dany pecah bak domino yang membuat mata Dany membelalak kaget. Tangan Dany meraih lengan kokoh yang kini memeluk pinggangnya, mendorong tubuh Dany ke dada bidang berlapis kemeja putih. Kehalusan sultranya membuat pundak terbuka Dany seolah baru saja bersentuhan dengan bara panas yang membuat tubuhnya makin bergelenyar aneh di bawah pelukan laki-laki yang kini berstatus suaminya.
Saat jejak hangat lembut di bibirnya perlahan terpisah, menyisahkan debaran yang menderu kian kencang. Tanpa sadar rasa takut yang melingkupi Dany, berganti menjadi rasa tak terpuaskan. Tanpa pikir panjang Dany membenamkan gengagaman tangannya lebih dalam untuk menahan berat badannya yang seringan kapas, pada lengan kokoh yang tengah merangkulnya, membuat pemilik lengan menyeringai dengan kilat mata memancarkan rasa teramat puas.
Detik berikutnya, seolah tak menyisahkan rasa terkejut apalagi takut pada tubuh Dany. Selali lagi, bibir itu menyentuh bibir Dany, sama sekali berbeda dengan sentuhan formalitas lembut sebelumnya. Dengan leluasa bibir itu menyecap kemudian menghisap bibir mungil Dany, membuat seolah udara ditarik paksa dari Dany.
Dany tersengal, perutnya bergemuruh hebat saat sebuah kelembutan asing mendorong mulutnya dengan keras, menjelajah tiap sudut, menyecap kemudaia menghisap setiap rasa manis di bibirnya. hingga kelembutan yang kian memanas itu bertememu dengan miliknya, mengoda dengan manis setiap inci tubuhnya. Dany tanpa sadar mengikuti tarian yang makin membuat jantungnya kian berdegup kencang hingga akhirnya kelembutan itu secara sepihak dipisahkan dari mulutnya.
Tubuh Dany limbung, mungkin akan langsung jatuh, jika kedua lengan kokoh dipinganggnya masih menahannya kuat. Wajah tampan pemilik lengan itu mendekat, membuat desahan nafas mereka berdua bercampur di udara.
"Kau menikmatinya sayang, setidaknya kita mempunyai ketertarikan fisik yang cukup kuat."
Bisikan itu bagai hawa musim dingin yang membawa Dany pada kenyataan. Dan saat tangah kokoh itu menyelipkan tangan Dany ke di atas tanggannya, kemudian menuntunnya menuruni altar. Dany mencoba sekuat tenaga tersenyum lebar, pada keluarga dan tamu yang tersenyum bahagia pada kemesraannya dan suami.
Walau pada kenyataannya, saat langkah kaki Dany meninggalkan pintu gereja, kemudian memasuki mobil mewah yang akan membawanya pergi. Dany tahu, tak ada kesempatan lari lagi untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Heart
RomanceDaniela tak punya pilihan lain, saat ibu angkatnya tak mengizinkannya menikah dengan orang lain. Masalah ini terlihat mudah saat dia bertunangan dengan Adam Aston, anak laki-laki tertua. Sayangnya, Adam memilih kawin lari dan meninggalkan Dany tepa...