Langkah kecil dari kaki mungil itu terdengar sunyi, seakan hanya ada hembusan angin disekitarnya.
Kicauan burung gagak di kastil besar yang dilewatinya, menambahkan perih hatinya saat ini.
Langit yang mendung seakan menggambarkan suasana hatinya.Sedih. Kecewa. Bingung. Tak ada harapan. Tak ada kehidupan.
Mungkin itu yang ia rasakan saat ini.Iya. Jessy. Jessica Sudjana tepatnya. Ia yang saat ini sedang duduk di bangku kelas 2 SD.
Mungkin banyak orang berfikir bagaimana seorang anak perempuan dapat memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.
Ia Jessy. Begitulah teman-teman disekolah memanggilnya.Rambut kuning jagung yang dikepang rapi khas Prancis, kulitnya yang pucat sepucat kertas, matanya yang bulat dengan lensa mata hitam. Iya, Jessy yang lahir di Paris memang masih keturunan Indonesia. Itu yang menyebabkan matanya berbeda.
Sudah hampir 2 tahun orang tuanya berpisah. Sudah hampir 2 tahun juga ia sering menangis dan bertanya pada dirinya sendiri "Apakah ada yang salah denganku?" , "Mengapa mereka berpisah?" , "Apa aku telah membuat kesalahan yang fatal?" . Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di telinganya.
Ia yang kini tinggal bersama ibunya, hanya dapat memendam kepedihannya sendiri. Saat ayahnya entah pergi kemana, ibunya pun sibuk bekerja untuk menghidupinya. Ia hanya tak mau ia hanya menambah beban yang dibawa ibunya dengan menceritakan kepedihannya. Iya, itulah yang dipikirkan Jessy saat itu. Iya, saat itu.
YOU ARE READING
Curly Life
Ngẫu nhiênThis is curly life, not a curly hair. This is my life, not your life. How strong am I? Should I stay? Or move on? Or just let it flow and hurting me? Should i keep it inside me? Or tell everybody around the world? When the winds flip my hairs to my...