Shalat adalah mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Gerakannya memang ringan namun jika ditinggalkan mendapatkan dosa. Kadang kita tidak sadar seperti apa manfaat shalat yang telah kita dapatkan, tapi saat kita tinggalkan sesungguhnya hati seakan gersang, tiada petunjuk yang mampu menenangkan, hilang arah untuk melangkah dijalan yang benar.
Shalat memang tidak sepenuhnya menjadikan semua yang menjalankannya menjadi selalu benar, namun shalat mampu mengendalikan diri kita untuk tidak melakukan kesalahan. Karena apa? Karena kita takut pada Allah.Ismi adalah seorang perantau, dimana ini pertamakalinya dia menginjakkan kaki di negri orang. Tentu begitu banyak perbedaan antara negrinya yang sebagian besar adalah umat muslim, sedangkan di negri yang kini ia pijak sebagian besar penduduknya adalah non muslim. Dalam kontrak tertulis tugas Ismi adalah menjaga orang tua atau orang sakit, tapi kenyataannya berbeda. Ismi harus bekerja menjaga seekor anjing dan mengurus membersihkan rumah yang ditempati oleh sepasang suami istri, mereka memiliki seorang anak yang sedang menjalani pendidikan di luar negri juga.
Dari awal Ismi ingin menolak, karena tidak sesuai dengan kontrak kerjanya. Tapi Ismi ingat bahwa semua yang terjadi didunia ini adalah atas kehendakNya, hingga Ismipun berusaha menerima dan menjalani pekerjaan yang penuh resiko itu. Bagaimana tidak beresiko? Menjaga, mengurus, memandikan, memberi makan dan minum, dan pergi kemanapun dia harus bersama anjing. Padahal dulu dimasa lalunya, anjing adalah hewan yang paling Ismi benci, ketika melihat anjing didekat rumahnya pasti akan langsung diusirnya, dengan alasan takut terkena najisnya. Allah memang Maha Adil, apa yang kita benci belum tentu buruk bagi kita, dan apa yang kita sukai belum tentu baik bagi kita, Allah Maha Mengetahui sedangkan kita tidak.
Hari-hari yang dijalani Ismi terasa berat, dia harus bisa menaklukan anjing yang dijaganya, anjing tau mana yang tulus dan tidak, hingga sulit bagi Ismi untuk bisa dekat dengannya, karena Ismi belum bisa menyayanginya dengan tulus. Saat memandikannya tak jarang Ismi terkena gigitannya, dan pemiliknya bukan menolong tapi malah memarahi Ismi. Tiada hari tanpa kesalahan, semua yang dilakukan Ismi seakan selalu salah, sulit untuk Ismi beradaptasi dan menuruti perintah bosnya. Bukan karena Ismi tak mau, tapi karena bagi bosnya yang dikerjakan Ismi tidak sesuai dengan keinginannya. Bosnya sering berkata pada Ismi "aku tau kamu itu tak bodoh, tapi hatimu tidak disini, sehingga yang kamu lakukan tidak sepenuh hati". Tak jarang bosnya mengancam akan mengganti Ismi dengan orang lain, dan Ismi hanya bisa menangis mendengar semua kalimat yang diucapkan bosnya.
Suatu ketika, gurunya Ismi menanyakan kabarnya, dan Ismi menceritakan semua yang dialaminya. Gurunya berpesan "kamu kan sangat menyayangi kucing dan sering merawat kucing, harusnya kamu bisa membayangkan anjing yang kamu jaga itu seperti kucing yang selalu kamu sayangi". Ismi hanya menjawab "itu sulit guru, dari bentuk dan suaranya saja berbeda, bagaimana bisa aku membayangkan itu?". Gurunya terus meyakinkan Ismi "cobalah buka hatimu untuk bisa menyayangi anjing itu, karena anjing mengerti mana uang tulus menyayanginya dan mana yang tidak". "aku akan berusaha guru, terimakasih nasehatnya".
Setelah menerima nasehat dari gurunya, Ismi berusaha sebisa mungkin untuk menyayangi anjing itu. Perlahan Ismi memperhatikan dan mendekati anjing itu, mengelus kepalanya dengan lembut, mengajaknya berbicara, dan bercerita apa yang Ismi rasakan padanya. Hari terus beranjak, perlahan namun pasti Ismi bisa menyayanginya, kini anjing itu tidak meraung lagi saat Ismi mengurusnya, dan tidak menggigit lagi saat Ismi memandikannya. "alhamdulillah tak ada usaha yang sia-sia" batin Ismi.
Namun bukan hidup namanya jika tanpa masalah. Awalnya bosnya sudah bisa bersikap manis pada Ismi, melihat Ismi sudah bisa mengurus peliharaannya dengan baik, peliharaan yang diperlakukannya lebih istimewa dibanding manusia.
Bosnya masih sering mengeluh akan kinerja kerja Ismi, menurutnya Ismi masih sering melakukan kesalahan dan hasil kerjanya tidak sesuai dengan harapannya. Entah untuk keberapa kalinya bosnya mengatakan "kamu itu tidak bodoh tapi hati kamu tidak disini. Atau kamu memang tidak betah disini?"
Ismi hanya menjawabnya dengan permintaan maaf pada bosnya. Dalam hati Ismi menjawab "aku memang kehilangan hatiku, aku merasa berjalan tanpa arah, karena jarangnya aku menghadap pada Illahi".Seorang sahabatnya, yang dulu satu kelas dengan Ismi menghubunginya. Memang itu bukan pertamakalinya mereka saling menyapa, tapi itu pertamakalinya sahabatnya bertanya tentang shalatnya Ismi. Ismi menjawab "aku shalat hanya diwaktu senggang, saat tak ada halangan kerjaan dan saat suci dari najis yang setiap hari harus ku temui, tapi itupun tidak setiap hari". Sahabatnya berusaha menasehati "usahakanlah untuk selalu shalat, dalam sehari ada 24 jam, masa tak ada sedikit saja waktu untuk menjalankannya? Di qadha kan juga bisa. Semoga kamu tak meninggalkan shalat lagi setelah ini, karena Ismi yang ku kenal bukan seperti ini".
Ismi menangis membaca pesan sahabatnya yang ada di sebrang sana, Ismi merasa benar-benar penuh dosa, dan akan berusaha memperbaiki semua kesalahannya. Semoga Allah mengampuninya, aamiin.
Semua yang Ismi kerjakan perlahan mulai membaik, hanya sedikit komplain yang didapat dari bosnya, tidak seperti sebelum-sebelumnya, karena kini hati Ismi tidak kosong lagi, Allah sudah ada dalam hatinya, Ismi sudah bisa menghadap dan menyampaikan rasanya pada Allah semata, walau shalat tidak tepat waktu, namun Ismi berhasil menemukan arah tujuan hidupnya.
Tapi ternyata tidak hanya sampai disitu, karena sebelumnya bosnya Ismi sudah terlanjur meminta pihak kantor untuk mengganti Ismi, dan itu dilakukan beberapa bulan yang lalu saat Ismi selalu melakukan kesalahan dan baru dikabulkan oleh pihak kantor saat semua sudah berjalan membaik.
Kini saatnya Ismi berpindah tempat kerja dan bertemu semua hal-hal yang baru. Ismi menjaga seorang nenek yang sudah renta tapi masih bisa berjalan. Walaupun nenek tidak suka melihat Ismi shalat, tapi ditempat yang baru Ismi bisa shalat dengan sembunyi-sembunyi.
Begitulah cara indah Allah menegur dan mengabulkan doa. Semua yang terjadi didunia ini adalah kehendakNya, saat kita jauh dariNya, saat itulah kita akan kehilangan arah.
Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari cerita Ismi yaa...
^_^