Che bello!

2.2K 99 19
                                    

Stasiun Termini, Roma.

Sebentar lagi kereta berangkat, namun Giuliano Castello masih mencari-cari tempat duduk yang nyaman—tepatnya di samping jendela. Dan nyatanya ini hari keberuntungannya karena ada satu yang masih kosong di sudut gerbong. Bergegas Giuliano melemparkan jaket merahnya ke kursi tersebut. Detik berikutnya dia terhenyak kaget karena pada saat bersamaan sehelai syal berwarna merah-hitam mendarat di kursi yang sama. Sejenak, sekelebat ingatan tentang keriuhan di stadion hadir dalam benak Giuliano, menyelipkan rasa pedih di hatinya.

Milanistijulukan untuk pendukung AC Milanpikir Giuliano ketika mengangkat wajah untuk menemukan siapa pemilik syal tersebut dan sedikit tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Awalnya Giuliano mengira akan berhadapan dengan seorang pria setengah mabuk yang masih belum bisa menerima kekalahan Milan dari Roma di stadion Olimpico kemarin, namun dia salah.

Seorang gadis, berambut ikal halus berwarna cokelat yang diikat tinggi-tinggi seperti ekor kuda tengah menatapnya garang. Wajahnya khas perempuan Italia, sedikit beraroma latin yang misterius, namun ada kesan hangat di baliknya. Oh, mungkin Giuliano harus menggantinya dengan kata 'panas' sekarang. Gadis itu jelas sedang melotot padanya.

"Ini kursiku," dia berkacak pinggang, menatap Giuliano dengan pandangan menilai. Posisi mereka yang cukup dekat membuat Giuliano bisa melihat matanya yang besar dan berwarna hijau.

"Kenyataannya tidak begitu," balas Giuliano tenang, berusaha keras menyingkirkan rasa kagum terhadap perpaduan langka hijau dan cokelat yang tersaji di hadapannya. Tidak banyak perempuan Italia yang memiliki hijau pada mata mereka. Mau tak mau Giuliano teringat pada Melissa Satta—tunangan pemain Milan, Boateng. Bahkan garis wajahnya pun mirip si presenter terkenal. Pilihan yang tepat, pikir Giuliano sambil mendengus ketika menyadari paduan warna busana—jaket panjang hitam dipadu celana skinny merah—yang dikenakan gadis itu.

"Tapi aku melihatnya lebih dulu," bentak gadis itu keras kepala.

"Maaf, tapi seperti yang kaulihat. Jaketku sudah lebih dulu ada di sana ketimbang syalmu. Jadi, silakan cari kursi yang lain," ujar Giuliano datar lantas menarik syal dan menyerahkannya pada si gadis.

"Apa kau selalu seegois ini?" Dengan kasar gadis itu menyambar syalnya. "Aku merasa kasihan pada orang-orang di sekitarmu," sambungnya dengan nada mencemooh.

Giuliano mengerjap lalu mengembuskan napas keras-keras sebelum kembali bersuara. "Itu urusanku. Sekarang pergilah."

"Kau bahkan tidak pantas disebut pria Italia," teriak gadis itu lagi dengan ekspresi kesal yang tidak bisa ditutupi. Giuliano bisa melihat cuping hidungnya yang kecil mengembang saking marahnya.

"Terserah kau," jawab Giuliano kaku. Sedetik kemudian dia menatap gadis itu kembali dan berkata, "Ngomong-ngomong soal scudetto—gelar yang diperebutkan setiap tahun oleh tim-tim sepakbola yang berlaga dalam kompetisi elit Serie A—musim ini, kurasa tidak akan beralih dari tangan Roma," Giuliano melempar senyum mengejek. "Dan bukannya Milan."

Gadis itu melotot marah sambil mengacungkan tinju ke arahnya. "Terserah kau!" umpatnya kasar sebelum berbalik pergi dengan langkah lebar-lebar.

Giuliano menduduki kursinya sambil berusaha mengabaikan tatapan sepasang lansia di hadapannya. Mereka mungkin akan berpikir sama dengan gadis tadi. Giuliano paham benar betapa istimewanya posisi wanita dalam kultur bangsanya. Mereka selalu menjadi prioritas dalam banyak hal. Tapi hari ini dia sudah terlalu lelah dengan masalahnya sendiri, termasuk memikirkan bagaimana harus berlaku sopan terhadap makhluk lawan jenisnya. Yang Giuliano inginkan sekarang hanyalah duduk di sebelah jendela, menatap hamparan lukisan bergerak bertema pedesaan di sepanjang perjalanan ke Perugia, tanpa harus memikirkan apa pun dan siapa pun, termasuk dirinya sendiri. Mungkin gadis itu benar. Giuliano sekarang merasa dirinya bukan siapa-siapa, apalagi seorang pria Italia sejati.

Cinta, Pasta, dan Sepakbola (Il Gladiatore di Perugia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang