A Woman

690 10 4
                                    

'... kesempatan untuk jatuh cinta sekali lagi ...'

-Lily Zhang-

"Hufff ...," aku menghela nafas panjang. Kuhempaskan tubuh di atas kasur biruku. Hari yang sangat melelahkan, tidak hanya badan tetapi juga hati. Juga masih di hari ini, aku memeriksa private message. Nihil.

Lagi-lagi dia sama sekali tidak menggubrisku. Kadang-kadang aku heran dengan hubungan kami, apa ada ikatan di antara kami? Ah! Kuacak-acak rambutku untuk mengenyahkan pikiran yang tidak benar. Aku mulai berprasangka lagi.

@@@

"Alexandra, faktur penagihan bulan ini sisa berapa persen?" tanya Pak Bram sembari menggeser sebuah kursi dan duduk memperhatikanku yang sedang sibuk dengan banyak kerjaan. Di kantor, kerjaan Head Finance merupakan yang paling banyak dan kontinu.

"Masih sekitar empat puluh persen, aku sedikit pusing menangani beberapa toko di dalam kota Pak!"

"Apa kendalanya?"

"Bapak bisa bantu?"

Pak Bram yang terkenal kalem namun berkarakter tegas ini memang sangat memerhatikan rekan kerja. Sebagai pimpinan perusahaan cabang, ia sama sekali tidak mewarisi sifat sombong dari rata-rata pimpinan di beberapa perusahaan cabang lain. Bahkan aku sendiri sangat mengidolakannya - seandainya saja tidak mengingat Ricky, kekasih yang kucintai. Ah, pikiran berdosaku ini patut kuenyahkan.

"Ok, terima kasih atas kerjasamanya Bu!" ucapku mengakhiri telepon sore itu. Setelah berkonsultasi dengan Pak Bram tentang masalah yang kuhadapi, akhirnya kudapatkan beberapa solusi yang cukup membantuku. Setidaknya separuh beban yang menghimpit dadaku berkurang.

Masih seperti kemarin - rutinitas yang tidak berubah - aku pulang sendiri lagi, tanpa Ricky. Uh! Kami seperti bukan pasangan. Apa yang dia lakukan sekarang ini?

@@@

Kamu sedang ngapain?

Tanyaku melayangkan pesan messenger singkat, garing. Bukan style-ku memulai sebuah topik membosankan dengan menanyakan kabar, tetapi apa yang harus kukatakan ketika kami sudah hampir dua minggu tidak pernah saling menyapa, bahkan hanya untuk say hi.

Selagi menunggu balasan Ricky, kubuka laptop yang sudah lama teronggok di tepi meja tulisku. Baru saja berhasil masuk ke website komunitas yang kubagun setengah tahun yang lalu, sudah banyak tanda pesan baru yang belum sempat kubaca.

Senyam-senyum kubaca satu persatu thread atau topic dari para member. Banyak sekali cerita dan celoteh mereka yang membuat hatiku riang, membasmi segala kegundahan yang sering kali tidak beranjak dari benakku. Meski banyak celotehan yang tidak penting membanjiri forumku, tetapi selalu diselingi beberapa peluang usaha ataupun property.

Kak, saya member baru. Apakah forum ini terbatas hanya peluang usaha bidang property? Bagaimana kalau saya share novel self publishing saya di sini? Soalnya saya ingin mencari pasar dan berbagi peluang tentang novel self publishing.

Tiba-tiba kutangkap sebuah topic yang segera kubuka tanpa mampir dulu di topic lain. Bahkan saat Blackberry berbunyi pertanda pesan masuk pun tidak kupedulikan.

Kemudian kukomentari :

Tentu saja boleh, Dek Nurul. Berbagi saja semua peluang usaha untuk sahabat APLers. Tidak ada batasan! Jangan terpengaruh dengan judul komunitas. Andra Property Land selalu fleksibel selama itu masih dalam batas kewajaran. J

Wah! Bahkan tidak terpikirkan apa yang disebut novel self publishing. Tentu, ini saatnya aku terus belajar. Bukankah kuingin membuktikan kepada keluarga besarku kalau aku tak pantas diremehkan? Memikirkan hinaan mereka membuatku dongkol.

A WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang