"Cinta dalam diam"

30 2 1
                                    

Cinta dalam diam.

A cerpen by ; yoanealyaa.

"Kau boleh acuhkan diriku, Dan anggap ku
tak ada, Tapi takkan merubah perasaanku,
Kepadamu." once - aku mau.
**
-Juni 2013-
"ooh, namanya Fabian, lumayan."
Jadi dia Fabian, lumayan tampan. Dia
kurang terkenal, entah karena apa, aku
sangat mengaguminya, mungkin ini hanya
sekedar kagum. Ya kagum.
"Yas, jadi ke kantin ga?"
"Iya jadi kok." Aku berjalan dibelakang Elgia
tapi mataku masih menatapnya, menatap
Fabian Romanov, pria pendiam dikelasku.
**
Sejak aku mengetahui namanya, aku selalu
ingin mengetahui segala tentangnya, aku
rasa aku menyukainya. Mungkin aku harus
cerita sama sahabatku, Elgia.
Yang aku tau sih Elgia lagi pacaran sama
Rama, tapi dia selalu galau sama Rama. Dia
cantik dan lucu, orangnya humoris.
"El, kayanya aku suka sama Fabian deh,"
Elgia hanya tertawa tawa, apanya yang
lucu?
"El, serius deh, kenapa ketawa?"
Dia hanya tersenyum, "Apa yang kau suka
dari dia, dia itu jelek tau, ga ada bagus
bagusnya," Elgia memandang sinis bangku
Fabian yang berada diujung kanan.
"Dia ganteng El!"
Elgia tersenyum, "Ya, ya terserah."
**
Hari ini aku duduk sama Carisa, dia sahabat
ku juga, dia orangnya polos dan cantik.
Mungkin disini hanya aku yang jelek.
"Yas, Elgia itu suka sama Fabian ya?"
Aku kaget, gak mungkin lah, "Enggak, dia
kan pacarnya Rama," aku berusaha
berpositive thinking.
"Aku gak mau ngadu domba kalian ya, tapi
keliatannya Elgia suka sama Fabian deh,"
"Elgia gak gitu kok! Kamu aja yang salah
denger," kalau Elgia suka sama Fabian terus
Rama gimana, lagian gak mungkin Elgia
suka sama Fabian, dia kan tau aku suka
sama Fabian.
"Iya kali ya, hehe,"
**
Gossip itu benar, Elgia suka sama Fabian,
pantas akhir akhir ini dia sedikit
menjauhiku. Mereka saling suka dan saat
ini mereka berpacaran. Elgia sahabatku
berpacaran dengan Fabian, aku gak
memikirkan lagi dia mau pacaran dengan
siapapun itu.
Aku marah? Ya.
Cemburu? Sangat.
Benci? Tentu saja.
Ingin rasanya aku menampar Elgia dan
berkata bahwa dia penghianat, tapi aku
tidak bisa apa apa, lagi pula itu hak Fabian
ingin menyukai siapapun, aku tak berhak
mengaturnya. Aku hanyalah gadis yang
menyukainya secara diam-diam akhir-akhir
ini.
Untunglah ada Carisa dan Rahmah yang
selalu menyemangatiku, mereka benar lelaki
masih banyak.
**
-Agustus 2013-
Nama Fabian semakin terkenal, banyak
seniorku yang menyukainya, dia semakin
tampan. Dia tidak banyak bicara. Oh iya,
tentang persahabatanku dengan Elgia aku
masih bersahabat baik dengannya, dia
meminta maaf.
Gosip akhir-akhir ini mengatakan kalau
Fabian berpacaran dengan kakak kelas.
Seniorku yang paling galak dan suka
melabrak seseorang, dia juga famous. Tidak
seperti aku.
Sudah beberapa gadis yang Fabian pacari,
semua nya cantik-cantik dan membuatku
minder akan diriku sendiri, yang tidak
sebanding dengan para mantan pacar
Fabian.
Haruskah aku berbicara padanya agar dia
tau bahwa aku menyukainya?
**
Ini adalah bulan-bulan terakhir aku berada
dikelas X karena tahun depan kami semua
akan naik kelas ke kelas XI.
Fabian mulai dekat denganku, bahkan aku
akan bermain bersamanya, dan teman-
teman ku tentunya, mungkin aku yang
terlalu berkhayal bermain berdua
bersamanya. Itu semua hanya mimpi.
Tidak ada kendaraan disini, kami harus
membawa motor, Carisa berniat untuk
membawa motornya namun, motornya
kehabisan bensin ditengah jalan, membuat
aku dan Carisa kebingungan.
"telpon Fabian aja," usul Carisa.
Aku mengangguk dan menelfonnya, lalu
Fabian berjanji akan datang dengan
temannya untuk membantu kami. Kebetulan,
daerah itu terpencil. Kami sedang
merayakan pesta perpisahan saja.
Fabian datang dengan Nando, motor milik
Carisa di letakan di rumah Azza, yang
kebetulan rumahnya dekat. Aku naik motor
dengan Fabian dan Carisa dengan Nando.
Detak jantungku tak bisa diajak
berkompromi, ini adalah pertama kalinya
aku dibonceng oleh Fabian. Fabian
mengendarai motornya dengan cepat sekali,
hingga aku harus memegang tas
gendongnya.
"Fabian! Pelan pelan, kalo jatuh gimana?"
"Iyaa,"
Bolehkah aku terbang?
**
-Juni 2014-
Memang pada dasarnya aja Carisa bawel,
aku tidak mendengarkannya, aku hanya
sibuk dengan novel milik Velisha.
Bruk
Aku melihat kedepan, ternyata aku
menabrak Fabian, matanya menatapku
tajam. Aku gugup. Dia menjadi lebih cuek
kepadaku, ada apa ini? Salah apa aku
padanya?
Mungkinkah dia tau bahwa aku
menyukainya?
**
Ternyata benar, Carisa memberitahuku
bahwa Fabian tau bahwa aku menyukainya,
tetapi, dia hanya diam. Mungkin dia
memang tidak menyukaiku, dan tidak
senang bahwa aku menyukainya. Biar waktu
yang menjawabnya, bagaimana perasaan
Fabian yang sebenarnya kepadaku.
Aku dan Carisa berbeda kelas, kini kami
kelas XI.
Mungkin ini sudah setahun aku
menyukainya.
Dan dia tak pernah menyadari kehadiranku,
dan tak pernah membuka hatinya untukku.
Mungkin aku hanyalah hama dihidupnya.
"Maafkan aku tak bisa memahami maksud
amarahmu,
Membaca dan mengerti isi hatimu." Crisye
- seperti yang kau minta.
**
Dikelas XI aku dekat dengan Raina karena
dia teman sekelasku, kami sebangku, dan
dia tempat curhat Fabian, dan Fabian
bercerita bahwa dia mencintai seorang
gadis lain.
Apa kubilang, dia tak pernah menyadari
kehadiranku.
Raina mengatakan bahwa aku harus bicara
sejujurnya pada Fabian, dan aku bilang
"Semua ada Waktunya,"
**
Fabian membenciku, itu yang aku ketahui.
Aku akan menyatakan sebenarnya dan
mungkin aku akan mengejar Fabian,
berkorban untuknya. Karena yang kutau tak
ada pengorbanan yang sia sia.
Aku selalu chating dengan Fabian di media
social selalu menatapnya penuh harap, dan
aku akan berjuang lebih keras lagi.
**
-Maret 2015-
Semua sia sia, karena aku selalu berjuang
untuknya sedangkan dia selalu berjuang
untuk Amira.
Mungkin ini saatnya aku mengatakan yang
sebenarnya kepada Fabian, ini adalah tahun
ke 2 aku menyukainya, mencintainya
dengan apa adanya.
Aku sadar bahwa aku hanyalah seekor itik
buruk rupa yang, mencintai seorang
pangeran.
**
Sore itu, ditaman belakang sekolah aku
bertemu dengan Fabian dan memintanya
untuk duduk.
"Bener yas, kamu suka sama aku?"
Aku diam dan berkata, "menurut kamu?"
"Iya kamu suka sama aku."
"Fabian, aku suka kamu, suka semua yang
ada di dalam diri kamu, kesederhanaan
kamu, kekurangan kamu, aku bisa terima itu
semua, kamu tau? Bahkan saat orang orang
nanya kenapa aku bisa suka sama kamu,
kenapa aku gak bisa move on dari kamu,
karena aku setia. Setia nunggu kamu. Aku
berjuang untuk kamu yang gak pernah
hargain aku, aku sabar sama sikap kamu
sama aku, intinya aku cinta sama kamu."
"terus? Ada lagi?" ucap Fabian. Sungguh
aku merasa menjadi perempuan tidak tau
diri dan tidak punya harga diri jika
mengatakan semuanya duluan. Aku malu.
"bahkan, jika aku menuliskan semua rasa
sayang aku ke kamu, rasa cinta aku ke
kamu, rasa benci aku kamu, kamu gak akan
pernah ngerti, tentang apa yang aku rasain
selama ini. Aku ingin kita bertukar posisi,
aku jadi kamu, kamu jadi aku. Apa kamu
kuat kaya aku? Aku bertahan buat kamu,
bertahan sendirian,"
Aku pergi menjauhi Fabian, menangis sejadi
jadinya, menumpahkan semuanya, semua
kekecewaanku pada Fabian.
**
"Aku tau ku takkan bisa menjadi seperti yg
engkau minta
Namun selama nafas berhembus aku kan
mencoba
Aku tau dia yg bisa menjadi seperti yg
engkau minta
Namun selama aku bernyawa aku kan
mencoba menjadi seperti yg kau
minta,"Crisye - seperti yang kau minta.
**
Aku menjauhi Fabian, berusaha bergerak
maju kedepan tanpa pernah melihat
kebelakang. Fabian hanyalah sebagian
kenangan dan kisah pahit cintaku, aku yakin
masih banyak cinta yang lebih baik diluar
sana. Yang layak untuk diperjuangkan.
Walaupun Velisha pernah berkata "Fabian
segitunya sama kamu juga, pasti dia pernah
mikirin kamu."
Tapi aku tetap harus menatap lurus
kedepan.
**End
"Bahkan jika aku memberitahu semua yang
kurasakan padamu slama ini, kamu tidak
akan pernah mengerti,"-Yashena.

Tunggu karyaku yang selanjutnya yaa! Vote and comment yuu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

our storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang