ketiga

1.3K 71 1
                                    

"Oi Shel!" Teriak seseorang yang suaranya sangat gue kenal, Qobaal. Eh, Iqbaal.

Gue turun dari motor Pak Yono, lalu berjalan mendekati Iqbaal. Iqbaal menyambut gue dengan senyuman hangatnya, gue bales sambutannya dengan senyuman gue yang tak kalah hangat dan manis dari bidadari-bidadari surga :3

"Lo mesen apa?" Tanya Iqbaal sambil berjalan masuk menuju tempat dia dan Aldi juga Kiki duduk.

"Apa ya?" Gue berfikir. Lalu gue membuka aplikasi gallery yang ada di hape gue. Gue ada nyimpen capturan menu chatime HAHA. "Gue pure cocoa aja deh. Yang large terus pake pearl abis itu gulanya standart."

Iqbaal menggaruk tengkuknya, "Buset ribet amat Shel," ujarnya.

"Yaudah bilang aja pure cocoa."

"Okede," Iqbaal mengacungkan ibu jarinya. Dan gue terdiam.

Aldi, sama Kiki duduk dimana?

"Oiya, Aldi sama Kiki duduk didalem, masuk aja, ntar langsung ketemu sama merekanya." Ucap Iqbaal tiba-tiba sambil menunjuk sebuah pintu kaca menuju masa depan. Eh. Bukan-bukan, menuju salah satu sisi lain chatime ini.

Gue mendorong pintu kaca itu dan langsung disambut dengan teriakan ala-ala bocah Aldi dan Kiki.

"Woi Shel!"

"Widi, dateng juga. Lama bat lu!"

"Hehehe, sori sori. Tadi rumah gue kaga ada orang. Jadi ya gitu, nunggu gojek dulu." Jelas gue.

"Wwwweeeeeesss! Shela anak gojek!" Teriak Kiki. Beruntung yang ada diruangan ini cuma kami bertiga -gue, Aldi dan Kiki- kalau sempat ramai seperti diruangan depan, mending gue balik kerumah dah.

"Eh Shel, lu kirim apaan tadi? Kok di retract?" Tanya Aldi sambil memperlihatkan layar LCD hapenya.

Sheila bolo-bolo
message retracted

"Apa ya? Ooh, itu tadi waktu didepan, apa ya? Gatau deng gue juga lupa tadi ngirim apa." Ucap gue lalu nyengir.

"Yha, kocag." Lalu Aldi kembali mengerjakan tugas Kimia-nya.

"Ini Shel, pure cocoa punya lo." Tiba-tiba Iqbaal dateng dengan pure cocoa ukuran large ditangannya.

"Weis, sama-sama. Berapaan?" Gue emang agak gesrek, ya gitu lah :-|

"Iya makasih, tadi 23 ribu." Lha dia juga ikutan gesrek.

"Yaah, gaada duit pas Baal, gue bawa limpul."

"Ah, gausah diganti. Ikhlas kok gua, ikhlas."

"Ah, lo mah sekarang aja ikhlas-ikhlas, besok-besok disekolah paling lo minta lagi ke Shela." Ucap Aldi sambil mengerjakan soal-soal.

"HAHAHAHAHA! Enggak lah, buat Shela mah enggak." Iqbaal tertawa kencang, mengingat sifatnya emang gak bakal biarin orang yang ngutang sama dia lari. Cocok nih ntar jadi rentenir.

"Iya nih? Awas kalo lo minta-mintain ya Baal." Ucap gue. Iqbaal mengangguk pasrah. "Eh Di, liat dong." Ucap gue saat Aldi berhenti mengerjakan soal.

"Nih, tapi masih ada yang bolong-bolong Shel," Aldi menyodorkan buku Kimianya kehadapan gue.

Modus gak ya? Pura-pura gak sengaja megang tangannya gitu? Ah gausah deh, ntar dia malah mikir gue yang aneh-aneh.

Gue mengambil buku kimia milik Aldi. "Gapapa, yang penting gue salin pokoknya."

"Eh tapi itu bahasanya agak lo beda-bedain ya? Takut ntar Bu Rina malah nyadari kalo kita berempat saling salin-menyalin." Ucapnya. Gue mengangguk dan mengacungkan ibu jari.

//////////0\\\\\\\\\\

Yooo, yang ketiga gaada chatting-chattingan wkwkwk. Masih belum jelas ada apa sebenarnya antara Shela - Aldi - Iqbaal - Kiki.

Akan dijelaskan di part-part selanjutnya!
Vomments yaaaa!

BBM ✖ cjrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang