Moonlight

185 12 0
                                    

"Tidak peduli jika aku hanya sebagai persinggahan. Karena sesering apapun kau datang, pada akhirnya hanya untuk kembali pergi "

-Moonlight-

.

.

.

Melodi dari sebuah gitar akustik mengalun mengikuti petikan sang tuannya. Ya, malam ini Jimin harus memantapkan latihannya untuk penampilan perdananya besok. Pemuda bersurai blonde itu memejamkan kedua matanya dan mulai mengeluarkan suara merdu dan lembutnya dengan penuh penjiwaan, sambil membayangkan sosok yang paling ia inginkan di dunia ini. Sosok terindah yang pernah ia temui dan takkan pernah ia temukan lagi di bagian bumi manapun. Indah seperti sebuah lukisan . Yang hanya bisa dipandang tapi takkan pernah bisa menjadi nyata.

"Cause all of me, loves all of you..

Love your curve and all your edges

All your perfect imperfections..

Give your all to me.. I'll give my all to you-"

Jimin mengambil nada yang lebih tinggi, meresapi setiap makna dari lirik lagu yang dipopulerkan oleh John Legend tersebut. Lagu yang mewakili segenap perasaannya untuk mencintai seluruh ketidak sempurnaan yang sempurna dalam diri gadis itu. Satu-satunya lagu yang berhasil meruntuhkan benteng pertahanan di pelupuk matanya. Ya, karena lagu itu selalu mengingatkan semua hal tentang gadis bernama – Kim Hyeo Ri.

Gadis yang menjadi satu-satunya alasannya untuk tetap terus berkarya. Membuat gadis itu bangga kemudian beralih padanya ; meninggalkan si keparat yang bernama Jeon Jeongguk itu.

Sampai di tengah lagu, terdengar getar ponsel di atas nakas. Jimin menghentikan aktivitasnya untuk memeriksa siapa sender dari pesan yang masuk.

From : Hyeo Ri

Jimin-ah, Bisakah kau temani aku? Aku ada di dekat sungai Han.

.

.

Jimin melangkahkan kakinya perlahan setelah jarak antaranya dan gadis yang tengah duduk termenung menatap purnama semakin dekat. Kedua tangannya masing-masing menggengam satu cup kopi hangat yang baru saja dibelinya. Senyumnya merekah ; senyum yang jauh lebih hangat dari kopi yang digenggamnya terukir setelah ia berada tepat di belakang gadis yang menjadi fokusnya.

"Kau mengganggu latihanku, Nona Kim."

Gadis bermarga Kim itu menolehkan kepalanya dengan gerakan refleks, kemudian tersenyum sendu ketika irisnya menangkap sosok pria bersurai blonde yang ia tunggu berada tepat di belakangnya.

"Sepertinya aku meminta di waktu yang tidak tepat, ya?"

"Sangat.. sangat tidak tepat." Jawabnya sambil terkekeh kecil, menampilkan eye-smile nya yang menggemaskan.

"Kalau begitu kenapa kau datang?"

"Karena Park Jimin adalah orang yang baik hati."

– Karena aku takkan pernah bisa untuk berkata 'tidak' padamu, Kim Hyeo Ri.—

"Ah, ini." Jimin menyodorkan cup kopi yang tadi dibelinya, "Minumlah supaya tubuhmu hangat."

"Terima kasih banyak, chim."

Mereka meneguk kopi sambil menatap bulan yang bersinar amat terang tanpa ada percakapan apapun. Entah mengapa Jimin menjadi ragu untuk bertanya alasan tiba-tiba Hyeo Ri ingin bertemu dengannya. Apakah ada masalah lagi antaranya dengan Jeongguk? Entahlah, Jimin berpikir sebaiknya ia harus tetap diam. Menunggu Hyeo Ri membuka percakapan dan tak ingin merusak ketenangan Hyeo Ri saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang