Chapter 1

98 25 10
                                    

Normal POV

Langit di Kota Jakarta hari ini bisa dibilang cerah. Tidak. Bukan cerah, melainkan sangat cerah. Sakin cerahnya, beberapa murid SMA Harapan Bangsa harus menghapus keringat mereka berulang kali.

Ya, hari ini memang ada upacara yang diadakan dalam rangka Hari Kemerdekaan Negara Indonesia, dan murid-murid memang diwajibkan mengikuti upacara tersebut. Jika tidak masuk tanpa izin dari orang tua, murid tersebut dapat dikenakan sanksi.

Walaupun banyaknya murid yang mengeluh karena panas matahari, beberapa murid terlihat biasa saja, karena tempat mereka berdiri adalah dibawah pohon rindang yang besar.

Murid-murid yang terlihat biasa saja tersebut adalah, murid-murid yang mengikuti ekstrakulikuler paduan suara.

Sebenarnya, hari ini Lisa-salah satu anggota paduan suara- merasa malas untuk masuk sekolah. Seharusnya saat ini ia masih berbaring di tempat tidurnya, karena sebetulnya 17 Agustus adalah hari libur nasional. Tetapi entah kenapa, tiba-tiba Lisa terbawa jiwa nasionalisme nya lagi.

Ini bukan lebay ataupun bohongan, tetapi memang kenyataan bahwa Carlyssa Adriana, gadis kelas 1 SMA itu, memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Tadi saja, ia merasa berdosa karena sempat mempertimbangkan dirinya sendiri untuk bolos hari ini.

"Lisa, lo ngeliat doi gue gak?" bisik seseorang dari belakang punggung Lisa. Seseorang itu adalah Dinda, salah satu teman dekat Lisa.

"Doi lo pea, semua aja lo jadiin doi lo, din." Sambar Rachel, yang juga berteman dekat dengan Lisa dan Dinda.

Rachel pun mendorong Dinda 'pelan', dan kejadian itu menimbulkan 'sedikit' suara.

"Ssh... ih lo berdua ya... jangan berisik kek. Lagi upacara nih." Ujar Lisa bercanda, dengan tampang sok serius, padahal dirinya sudah menyinggungkan senyum usil juga.

"Gatau nih, Lis. Si Rachel agak gila emang hari ini, gara-gara gak disapa tadi sama doi nya. Ya gak, Chel?"

"Eh apa-"

Sebelum percakapan itu berlanjut, mereka bertiga-Rachel, Dinda, dan Lisa- sudah ditegur oleh guru pendamping padus saat itu. Mereka bertiga pun dipisahkan, dengan posisi Dinda di barisan paling depan, diapit dua kakak kelas 11. Rachel ditempatkan di barisan kedua, diapit oleh kedua teman angkatannya yang laki-laki.

Sedangkan Lisa, ditempatkan di barisan keempat, tempat dimana anak kelas 12 berdiri, atau lebih tepatnya anak laki-laki kelas 12 berdiri.

Walaupun dibelakang, Lisa mendapatkan posisi paling kiri pojok. Karena ia tidak begitu tinggi, jadi penglihatannya pada lapangan sebagian besar tertutupi, oleh badan kakak kelas laki-laki yang tinggi-tinggi.

"Gak keliatan ya?" suara asing terdengar di kuping Lisa. Ketika ia menoleh, ia mendapati kakak osis, anak kelas 12, yang ia temui saat masa orientasi siswa beberapa bulan yang lalu.

'Setau gue, dia gak padus. Kok tiba-tiba disini ya?' pikir Lisa dalam hati. Seakan bisa membaca pikiran Lisa, kakak osis itu pun berkata dengan suara pelan, sehingga hanya Lisa yang bisa mendengarnya.

"Gue lagi sakit. Tapi pingin upacara, gue numpang disini dulu ya."

Lisa pun hanya mengangguk-angguk saja, sambil tersenyum kecil. Dan dibalas dengan senyuman manis dari kakak osis tersebut.

Setelah itu, Lisa berusaha berkonsentrasi dengan upacara yang sedang berlangsung, walaupun ia tidak bisa menghiraukan kenyataan, bahwa kakak osis tersebut terkadang menoleh dan tersenyum kearahnya.

Selesai Upacara

Sebelum barisan padus bubar, ada pengumuman dari guru pengawas padus. Tiba-tiba, kakak osis itupun menoleh kearah Lisa,

High School Life: First YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang