Hari ini,lagi lagi aku terbangun di atas meja belajarku. Rasanya tulang rusukku mau patah.
Lagi lagi,hari ini aku harus kembali menjalankan rutinitas yang sangat membosankan.
Hari ini,lagi lagi aku harus duduk dan terdiam selama 9 jam diberi materi materi yang mutlak,materi yang memelototiku saat aku mencoba memaparkan teori lain.
Lagi lagi aku jadi sistem yang dijalankan oleh pemerintah untuk memuaskan hasrat proyek proyek yang dapat menebalkan dompet mereka. Aku dibuat jadi robot hidup oleh keserakahan.
Hari ini,lagi lagi kumpulan wanita wanita cantik, wangi, dan heboh itu-- sayangnya tidak berotak, memekik kegirangan karena pria pria, lalu tidak lama mereka berbisik bisik membicarakan berita berita tidak mutu. Hidupku memang tidak menarik,tapi hidup mereka jauh lebih tidak menarik.
Tapi yang paling membuatku muak,lagi lagi,hari ini aku mulai terbiasa tak tertawa seharian penuh,aku juga mulai terbiasa tak tersenyum pada siapapun--kecuali pada kopi kotak di kantin yang rasanya jauh lebih manis daripada kehidupan.
Kamu memang benar,kamu memang hebat. Aku benar benar terbiasa,tanpa adanya kamu.
Tapi kamu salah tentang aku akan baik baik saja,karena kamu pergi dengan sejuta tawaku,kamu hilang dengan secercah harapan,dan yang paling parah karena aku tau,kamu tidak akan kembali.
YOU ARE READING
Sepenggal Frasa
PoetryIni bukan cerita berbab bab,ini hanyalah sekumpulan frasa yang diperuntukan seorang gadis yang terbiasa dengan ketidakterbiasaan. Yang tertawa dalam tangis. Yang kacau dalam ketenangan. Dan yang jatuh cinta pada kebencian.