"Maaf, Pak saya datang terlambat." Tira sangat menyesal karena ia datang telat ke kantor. Karena kejadian semalam, Tira harus menyelesaikan urusan di kantor polisi dan bank.
"Untuk kali ini saya maafkan tapi lain kali tidak akan saya maafkan."
"Iya, Pak."
"Handphone-mu mengapa tidak bisa dihubungi?" Tanya boss-nya.
"Maaf, Pak semalam tas saya kena jambret. Semuanya hilang, Pak termasuk handphone dan dompet saya. Untungnya semalam saya meninggalkan laptop di meja saya jadi kerjaan aman, Pak." Semua data pekerjaan Tira ada di laptopnya dan Tira tidak tahu akan bagaimana jadinya kalau laptop itu juga harus raib.
"Kamu masih bilang aman setelah kamu kena jambret? Bagaimana kamu bisa seceroboh itu, Tira?"
Tira masih menunduk, "Saya tidak sadar kalau ada yang mengikuti saya, Pak. Kebetulan jembatan busway sepi dan saya tidak bisa berbuat apa-apa."
"Jadi semalam kamu naik busway?"
Tira mengangguk. Tira mengutuk boss-nya dalam hati, ia baru sekali datang telat dan itupun hanya telat setengah jam tapi boss-nya sudah mengintrogasinya habis-habisan.
"Kamu tahu itu berbahaya apalagi kamu wanita. Mengapa kamu tidak naik taxi? Itu jauh lebih aman untuk kamu."
Tidak ada jaminan kalau Tira naik taxi ia akan aman. "Saya sudah biasa naik busway, Pak."
"Tapi kamu pulang larut malam, Ra tidak ada salahnya kamu naik taxi. Masa kamu tidak mampu naik taxi?"
Kali ini perkataan boss-nya menusuk hatinya. Tira naik busway bukan berarti dia tidak mampu naik taxi. Ia tidak menjawab perkataan boss-nya, dia masih diam menunduk.
"Yasudah, sejam lagi rapat akan dimulai. Tolong kamu persiapkan semuanya."
Tira mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan boss-nya. Pagi-pagi Tira sudah dibuat bad mood oleh boss-nya itu. Tira pergi menuju ruang rapat dengan langkah kesal.
***
"Kamu bisa menyetir kan?" Tanya Raga sambil mengendalikan setir mobilnya.
"Bisa, Pak tapi belum begitu lancar." Jawab Tira datar.
"Kalau begitu, kamu coba ikut kursus mengemudi. Mulai minggu depan kamu yang membawa mobil ini."
"Maksudnya, Pak?"
"Jadi kalau ada kerjaan di luar kantor, saya tidak perlu menyetir seperti ini." Sebenarnya itu hanya alasan Raga agar tidak terjadi lagi kejadian seperti semalam yang menimpa Tira. "Dan kamu bisa membawa pulang mobil ini. Tapi itu artinya tugasmu bertambah, kamu yang akan mengantar jemput saya ke kantor dan kemanapun saya pergi."
"Tidak perlu, Pak. Saya akan tetap belajar menyetir jadi kalau ada kerjaan di luar kantor seperti ini saya yang membawa mobil tapi tidak perlu sampai saya bawa pulang, Pak mobilnya." Tira mencoba mencari kata yang tepat untuk menolak permintaan boss-nya. Tira tidak keberatan kalau tugasnya bertambah tapi kalau sampai membawa pulang mobil boss-nya menurutnya itu terlalu berlebihan. "Kalau masalah pulang malam, saya juga sudah punya ojek langganan, Pak jadi semua aman."
Raga sudah menebak Tira pasti akan menolaknya tapi setidaknya Raga bisa bernafas sedikit lega mendengar kalimat terakhir yang disampaikan Tira. Raga tidak berkomentar lagi, mobilnya sudah masuk ke pelataran parkir salah satu pusat perbelanjaan yang terletak di jantung Ibu Kota.
Raga keluar dari mobilnya dan Tira mengikuti langkahnya dari belakang. "Kamu jalannya lelet banget sih, Ra? Kamu bukan keturunan siput atau kura-kura kan? " Raga menarik tangan Tira agar Tira tepat berada di sampingnya.