No title

46 1 0
                                    

Seharusnya aku sudah bisa melupakanmu

Menerima semuanya dengan ikhlas. 

Seperti saat aku melepas satu ginjal milikku yang sudah rusak menggantinya dengan ginjal milik orang lain.  

Seharusnya aku bisa seperti itu... Menerima dengan baik hati.  

Tapi pada kenyataannya...aku masih belum bisa.

*** 

Rayhan berdiri di depan gedung bioskop di daerah senayan, tempat di mana terakhir kalinya ia bertemu dengan Alerga, mantan kekasihnya. Ini untuk yang pertama kalinya Rayhan berani menginjakan kakinya di gedung yang sama tempat terakhir kali mereka bertemu selama dua tahun kematian Alerga. Semuanya berawal dari sini, gedung ini, tempat dimana Rayhan berdiri sekarang.  

Ia memejamkan matanya, merasakan rasa sakit yang menyesakkan dadanya. Sakit yang selalu di rasakannya selama dua tahun terakhir, banyaknya waktu yang telah di laluinya tidak membuat sakit di hatinya mereda. 

Seandainya saja dulu ia yang berdiri disini adalah ia yang sekarang, mungkin semua yang terjadi tidak akan terjadi. Dulu ia berdiri di depan bioskop ini dengan kondisi yang mengenaskan, berdiri kokoh tapi dokter memvonis hidupnya tidak akan bertahan lama, hanya bergantung pada obat yang setiap hari di minumnya, tidak ada harapan untuk hidup lebih lama. Tapi sekarang... Ia berdiri di depan gedung dengan sangat kokoh, penuh dengan keyakinan kalau hidupnya akan berlangsung lebih lama lagi dan memang terasa sangat lama setelah tanpa Alerga di sisinya. Waktu seakan berjalan sangat lambat. Menyiksanya dengan rasa bersalahnya yang sampai kapanpun tidak akan bisa di tebusnya, dengan apapun itu.

Alerga tidak mungkin hidup lagi.

Rayhan tersenyum miris mengingatnya.

Besok ia akan berangkat ke Singapura untuk melakukan transpalasi ginjal untuk mengganti ginjalnya yang sudah rusak. Laki-laki itu sama sekali belum bisa mempercayainya kalau Ia telah kehilangan Alerga...  

Ia sudah kehilangan separuh hidupnya. Separuh jiwanya. Pergi meninggalkan dirinya sama seperti gadis yang di cintainya itu. 

Ia ingin bersama Alerga, hidup bersamanya dan mati bersamanya. Tapi siapa yang bisa menentukan kehendak di dunia ini selain tuhan?  

Rayhan koma selama 3 minggu setelah tergeletak di teras rumahnya dengan koran pagi yang di genggamnya dengan erat-koran berita yang memuat tentang kematian Alerga, harusnya saat itu Rayhan tidak perlu mengalami kehidupan lagi, harusnya saat itu ia ikut bersama Alerga ke dunia yang berbeda. Itulah yang Rayhan inginkan.  

Tapi kenyataannya? Di dunia ini tuhanlah yang berkuasa. Sekalipun berkali-kali Rayhan mencoba untuk tidak meminum obatnya supaya ia cepat mati, tetapi kematian itu tak kunjung datang, hanya memperburuk rasa sakitnya. Melawan takdir tidaklah semudah yang di bayangkannya, Rayhan sering mendengar tentang bunuh diri, begitu simplenya, begitu cepatnya menuju sebuah kematian. Tapi bagi Rayhan itu sulit, ia sudah mencoba lebih dari 3 kali dan itu hanya melukai tubuhnya, membuatnya merasakan sakit yang teramat sangat luar biasa sakitnya, dan sialannya ia masih hidup.  

Rayhan pasrah, menyerah pada takdir yang akan membawanya kemana. Dan beberapa bulan terakhir perasaan ingin merasakan sehat bergejolak di benaknya, sudah cukup lelah Rayhan menjalani kesakitannya melawan kuasa tuhan yang masih memberikannya kesempatan untuk hidup. Sedang kan keadaan tidak bisa di kembalikan seperti dulu.

Alerga tidak mungkin hidup lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No titleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang