Tegang Nih Yee...
By osolihin
Ogi duduk manis di barisan kursi yang tertata rapi sambil menunggu giliran dipanggil namanya oleh petugas loket pembayaran rekening listrik. Kebetulan Ogi sekolah siang hari. Jadi pagi-pagi udah bisa ngantri untuk bayar tagihan listrik. Ogi dapet nomor antrian 99. Sementara yang sedang dipanggil adalah nomor 50. Jadi masih cukup lama nungguin. Daripada bengong, Ogi baca buku kesayangannya. Sebuah komik. Tapi Ogi nggak mau tahu. Ia nggak pernah jaim. Pokoknya, kalo emang suka ya ia bakalan baca. Komik yang sedang Ogi baca adalah Kobo Chan. Hihihi.. udah segede gitu masih baca komik anak-anak.
"Geser tempat duduknya dong!" seorang bapak dengan asap mengepul dari dalam mulutnya. Jari tangannya menjepit sebatang rokok merek terkenal.
"Hhh.. nggak sopan. Bau naga lagi!" Ogi ngedumel dalam hati. Tapi ia tetap menggeser posisi duduknya untuk memberi ruang kosong kepada si bapak tersebut.
"Kamu kok nggak sekolah, malas sekolah ya? Jangan malas, negeri ini masih butuh banyak orang pinter" si bapak dengan kumis tebel melintang di atas bibirnya ini tiba-tiba nyeramahin Ogi.
"Maaf ya, Pak, tolong matikan dulu rokoknya. Ini kan tempat umum," Ogi tiba-tiba bersuara dan mengagetkan si bapak tersebut. Tapi rupanya si bapak nggak terima. Matanya mendelik kayak mo keluar.
"Kamu tahu apa soal peraturan. Merokok hak saya. Mau apa kamu? Mau nantangin saya ya?" si bapak sewot sambil berdiri kacak pinggang. Ogi diam saja.
"Kamu merasa tersinggung ya saya ceramahin?" si bapak melotot. Kumisnya bergerak-gerak kayak ulet bulu saat dia ngomong. Matanya merah.
"Maaf Pak. Bukan saya marah atau saya nggak suka diceramahin sama bapak..." Ogi nggak ngelanjutin omongannya karena keburu dipotong sama si bapak berwajah garang bin sangar itu.
"Oohh.. jadi kamu bisa ngelawan juga ya. Kamu melawan orangtua ya?" cecar si bapak sambil menarik kerah baju Ogi. Orang-orang di sekitar yang awalnya cuek jadi panik dan segera melerai perselisihan itu.
"Sabar pak, sabar!" orang-orang nasihati si bapak.
"Jangan ikut campur!" gertak si bapak.
Nggak ada yang berani mendekat karena si bapak tadi kemudian mengacungkan sebilah pisau belati yang ia ambil dari balik jaketnya. Suasana makin tegang. Ogi sendiri tetap dalam kondisi leher hampir tercekik. Ogi meronta sebisanya. Tapi rasanya tuh cengkeraman tangan kekar si bapak makin kuat menekan. Sia-sia usaha Ogi.
"Kamu mau jadi jagoan? Kamu nggak tahu siapa saya?" si bapak merah matanya.
"Ma.. ma.. maaf pak, saya bukan mo nantangin bapak, tapi saya..." Ogi gugup.
"Kamu tahu ini apa? Mau kamu saya gores dan tusuk dengan benda tajam ini?" si bapak mengancam. Suasana makin tegang. Beberapa orang kemudian mendekat hendak mengambil benda tajam itu dari tangan si bapak.
"Awas kalian! Kalo mendekat, benda ini akan saya tusukkan ke leher anak kurang ajar ini. Cepat mundur!" si bapak mengancam orang-orang yang hendak merebut belati dari tangannya.
Satu per satu mereka mundur. Menjauh dari si bapak dan Ogi. Beruntung kejadian itu nggak berlangsung lama karena beberapa petugas satpam langsung mengamankan si bapak. Anehnya si bapak ini nggak melakukan perlawanan. Nggak ngancem kayak ke orang-orang tadi.
"Apa dia takut sama satpam?" Ogi membatin setelah tangan si bapak melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Ogi.
Baru saja Ogi mau ngucapin terima kasih ke satpam. Si bapak yang tadinya galak malah tersenyum dan melepaskan kumis. Rupanya itu kumis palsu. Kemudian ia bilang ke Ogi sambil nunjuk ke kamera tersembunyi.