Aku benci, dengan kebosanan dunia.
Aku lelah, dengan ketertiban dunia.
Menjadi hal biasa, tidak diperhatikan. Menyeramkan, sunyi, ketakutan dicampur menjadi satu.
Kadang, aku berpikir. Mengapa aku dilahirkn didunia?
Adakah tujuan yg terlampirkan? Menggerakan tubuh sesuai pikiran konyolku.
Selalu sendirian, berbekal keseriusan, dan pikiran utama.
Hingga, munculnya kamu.
Perlukah aku bersyukur karena telah memilikimu?
Karena, kamu sudah merubah duniaku.
******
"Hai Audrey!" sapa Hazrel yang terlihat bahagia. Terlihat juga bahwa ia kangen kepadaku.
"Oh. Hm? Iya"
"Cuek banget. Mungkin butuh pelukan dari Hazrel yang manis ini" balasnya sembari merentangkan tangnnya seperti ingin dipeluk.
Dengan sigap aku segera menendang tangannya. Sebenarnya tendanganku ini tidak terlalu sakit. Tapi, aku bingung kenapa Hazrel meringis kesakitan. Apakah tendanganku bertumbuh kuat? Jika iya, aku akan sering sering melakukan latihan menendang. Tentu saja, dengan bantuan Hazrel.
"Adudududuuuh. Eh udel naga, Sakit tau. Lo punya hati ga sih? Untung lo cantik"
"ENGGAK! Lagian kalo gue punya hati jg gabakal ngasi ke lo"
"Ya Allah jahat bener" ucap Hazrel disertai cemberut.
"Hm. Gapeduli. Lo ngapain dsini?" Tanya aku.
"Gue mau sekolah disini. Barang kali gue dapet cewe cantik. Hihihi"
"Huft. Sebel sm Anjing kaya kamu" kataku dengan sebal.
Sebenarnya aku mencintai Hazrel sejak kecil. Ya, mantanku mungkin sudah tidak bisa kuhitang dengan jari utuhku. Tapi, entah apa yang membuatku tetap bertahan mencintai Hazrel.
Aku selalu menemukan hal-hal yang tidak pernah kubayangkan. Membuatku merasa sangat ingin memilikinya. Tetapi, ada saja hambatan yang harus kutemui dan berhasil membuatku mengurungkan niatku untuk mendekatinya.
"Yaudah. Gue mo ke administrasi dulu. Jangan kangen" kata Hazrel disertai muka yg sok ganteng.
"IH jijik gue kangen sama anjing" kataku dgn santai. Tapi, sebenarnya aku bakal ngerasa kesepian tanpa kehandiranmu, Hazrel.
Sementara si anjing itu pergi mengurusi administrasi. Daripada aku sendirian disini, lebih baik aku pergi menemui sahabatku yang mungkin bisa kusebut sebagai saudariku.
Kyra Ramadhani. Ia sudah menjadi sahabat terbaikku sejak kami 2 smp. Saat itu, muncul seperti bidadari pindahan. Iya, benar benar cantik.
Dibanding diriku, aku benar benar culun dan berambut pendek. Kadang saja aku berpikir, aku benar benar tidak cocok untuk berada disekolah ini.
"Aku akan benar benar selalu disisimu, Audrey"
Kata kata itulah yang selalu kuingat saat aku berada disuatu tempat yang sepi. Jika saja Kyra itu cowok, aku benar benar jatuh cinta kepadanya.
Aku mulai bernyanyi sambil menari untuk menemaniku menulusuri lorong besar ini. Tidak peduli aku sendirian, aku sudah mempunyai Hazrel dan Kyra.
"Greeekk" suara pintu bergeser. Aku membukanya dengan pelan.
Terlihat jelas disitu ada sebuah sosok lelaki yang sedikit familiar menurutku. Ia sedang membawa bunga dan sebuah surat berwarna merah muda. Aku yakin cowo itu akan mengakui perasaannya dengan cewe. Apakah aku harus melakukannya kepada Hazrel? Hmmm, sepertinya tidak.
"Gue suka lo. Please be mine, Kyra"
Apa? Kyra ditembak seorang cowo? Sepertinya ini hal biasa, soalnya Kyra memang pantas untuk mendapatkan sebuah pengakuan cinta. Tidak sepertiku. Tapi, aku heran siapa kah cowo tersebut?
"Iya, I will. Hazrel Reynand"
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent
Teen Fiction"Yo Audrey!" sapa Mike, lelaki yang pantas disebut "ayam" itu mengodorkan sebuah benda yang cukup membuat Audrey melirik. "Apasi Mike, eh ini bukannya-----" "Hai, Audrey. Udah berapa lama ya? Kira kira 10 Tahun deh" "Wh-wh? Haz---" "Iyap, gue Hazrel...