"Hansel. Gue suka sama lo."
"..."
Hansel pun memeluk dan beberapa saat kemudian melepaskannya.
"Bel, so sorry. Gue gak bermaksud untuk menyakiti perasaan lo, atau bahkan merusak persahabatan kita."
"Kita masih SMP. Dan masa depan kita masih panjang. Gue mau fokus belajar, dan gue gak mau hal ini terganggu karena pacaran."
"..."
"Oh. Okay! Gue paham maksud lo—"
"Kita bisa tetep jadi temen kayak biasanya. Dan soal ini, kita lupain aja."
Mendengar jawaban itu, entah kenapa dada ini rasanya sesak dan berat. Yang gue lakukan hanya bisa menganggukkan kepala dan menerima keputusannya.
Hansel merangkul gue lalu mengajak untuk bergabung bersama yang lain karena saat ini kami sedang belajar bersama di perpustakaan sekolah. Entah ekspresi apa yang harus gue perlihatkan di depan mereka setelah pengakuan ini dan mendengar jawabannya.
.....
2 tahun kemudian
"Adek!!!"
...
"Dek!!!"
Dug dug dug!
Seseorang mengetuk pintu kamar dengan sangat tidak wajar.
Senyap-senyap gue mencoba membuka mata yang rasa sangat berat ini untuk memprotes tindakan yang dilakukan olehnya. Bila di dengar dari suara, itu adalah suara Kak Bryan, kakak gue yang nomor 2.
Ceklek!
Dengan mata yang masih berat menatap gue berdiri di ambang pintu dengan daun pintu yang terbuka penuh.
"Buset! Lo abis kestrum apaan rambut lo macem manusia goa gitu?"
Gue menghela nafas.
"Gak usah basa-basi deh. Buruan! Belen masih ngantuk!"
"Anak cewek pamali bangun siang. Ntar jodohnya di patok ayam lo!"
Lagi-lagi gue menghela nafas mendengar kalimat mitos yang dilontarkannya.
"Bye!"
Baru juga mau tutup pintu, namun tangan Kak Bryan segera menghadang. Tenaganya yang cukup kuat mampu menahan dorong pintu dari gue dengan sekuat tenaga.
Ini yang paling gue malesin sama semua kakak gue. Giliran ada maunya, mereka dateng ke gue dan baik-baikin gue yang walaupun akhirnya ujung-ujungnya gue kena bully mereka terus.
Gue mendengus kesal karena gagal menutup pintu.
"Buruan! Mau ngapain ke kamar Belen?"
Dia pun cengengesan.
"Temenin gue beli kado buat Tasya sama temenin main ke rumahnya."
Lagi, gue menghela nafas cukup dalam.
"Never and ever. Kalo ujung-ujung Belen cuma jadi obat nyamuk kalian mendingan Belen tidur di kamar seharian biar otak tetep waras ngadepin kelakuan kalian semua di rumah."
"Lo nge-rap?"
Seketika mata gue memicing dan berhasil menutup pintu.
"Gue traktir lo makan apa aja selama satu hari ini!"
Gue kembali membuka pintu kamar dan menjabat tangannya.
"Deal!"
Jika berkaitan dengan makan gratis dan enak, siapa sih yang mau nolak?
KAMU SEDANG MEMBACA
17th Seventeen [Remake]
Teen FictionBerkisah tentang Belen, seorang gadis remaja yang akan berusia 17. Sejak kecil Belen hidup bersama ke-4 kakak laki-lakinya. Ibu mereka telah meninggal, dan Ayah mereka kembali ke negara asalnya karena hak izin tinggal-nya telah selesai. Kakak sulung...