*Liam's POV*
"Liammmmm!!!!!!! Wakey wakeyyy! Sudah jam 8 pagi. Kita bisa terlambat datang ke sekolah! Ini masih hari pertama" Lucy pun membangunkan ku dengan teriakannya.
"Umm,ohhh,uhhh membangunkannya tak usah seperti itu Lucy,aku masih mengantuk. Kau membuat badanku sakit karena pukulan mu itu" Jawab ku dengan nada yang sangat malas.
"Ya sudah,kalau begitu aku akan berangkat sendiri. Dan kau akan jalan kaki sejauh 2 km karena tak akan ada yang mengantarmu!" Lucy segera keluar kamar Liam dan mengancamnya.
"Lucy kau jahat sekali ! Baiklah tunggu aku selama 10 menit. Aku akan segera bersiap-siap." Pintaku seraya langsung berlari ke Kamar Mandi.
- S K I P -
"Jangan lupa dengan perjanjian itu Liam!" Tegas Lucy kepadaku.
"Baiklah Lucy" jawabku santai sambil mendengarkan musik.
**
Akhirnya kami sampai di Universitas Of Wolverhampton yang sangat megah ini. Bangunannya kokoh dan sangat minimalis. Khas British pun terletak di pintu masuknya.
Semoga sekolah ini adalah awal dari kebahagiaan ku dan Lucy. Tidak akan ada lagi kejadian menyakitkan seperti di masa lalu.
Aku dan Lucy segera memasuki pintu masuk nan megah yang berdiri di depan bangunan Universitas itu,cat putih bersih pun menjadi pelengkap kemegahannya.
Tiba-tiba Lucy langsung berlari ke tengah lapangan dan memainkan bola basket nya tanpa ada rasa canggung sebagai murid baru atau apapun. Padahal terdapat banyak murid lama / senior yang tengah berlatih basket di lapangan itu.
Aku segera saja berlari menghampirinya dan memintanya untuk berhenti bermain basket di lapangan itu. Aku takut jika nantinya ia dihajar oleh senior ataupun murid lama.
Shit! Lucy bersikeras untuk tetap melanjutkan permainannya.
"Lucy ayo! Hentikannlah dulu! Kita ini murid baru! Kita harus menemui Mrs.Bownie di ruang kepala sekolah." Ucapku dengan nada setengah keras di depan wajah Lucy.
Oh God,sepertinya aku berbicara terlalu keras! Semua mata tertuju pada kami yang berada di tengah lapangan. Kami merasa seperti seorang bintang terkenal yang sedang di tatap oleh ribuan mata.
Langsung saja aku menarik tangan Lucy dan mengajaknya ke Ruangan Mrs.Bownie.
***
"Selamat pagi Lucy,Liam" Sapa ramah Mrs.Bownie.
"Selamat pagi Mrs.Bownie. Nice to meet you" Balas kami dengan senyuman manis.
"Saudara kembar yang kompak!" Ucap Mrs.Bownie dengan senyuman yang lebar
"Oh,oh please Mrs.Bownie don't call us like that. Kami tak ingin terlihat seperti Saudara Kembar,buatlah kami terlihat hanya sebagai sahabat dekat. Please" Pintaku dengan wajah memelas.
"Baiklah." Jawab Wanita paruh baya berambut Blonde itu dengan tatapan aneh.
"Thank u" Jawab kami
Setelah semua berkas-berkas dan urusan di Ruang Kepala Sekolah selesai kami langsung memasuki kelas mata pelajaran yang telah dijadwalkan.
Oh My God! Kami terlambat! Huh,murid baru terlambat? Awal yang tak menyenangkan. Bagaimana jika aku sudah ketinggalan pokok bahasan pelajaran? Rugi sekali! Ini semua gara-gara tingkah Lucy yang keras kepala bermain basket di Lapangan tadi.
KNOCK KNOCK KNOCK
"Maaf kami telat" Ujar Lucy singkat dan menundukan kepalanya.
"Tak apa,masuklah dan cari bangku kosong segera." Ujar Mr.Ben,guru mata pelajaran Musik yang menurutku baik hati.
1Meja panjang dan tempat duduk yang lumayan panjang di gunakan untuk 2 Mahasiswa. Tidak tersisa satu pun bangku yang bisa ku-duduki berdua dengan Lucy. Akhirnya kami pun berpisah tempat.
Aku duduk di samping gadis cantik berpenampilan sangat glamour,bermata Hazel,dan berambut Brunette indah terurai panjang.
Menurutku,penampilannya perfect. Tapi,aku sama sekali tak tertarik padanya.
*Lucy's POV*
Ku putuskan untuk duduk di bangku dekat jendela baris ke dua bersama Pria berkulit putih pucat,berambut Blonde,dan mempunyai pipi yang Chubby.
Saat ku mendekat terlihat matanya yang sangat bening sedang serius memperhatikan hal yang dijelaskan Mr.Ben. Bola matanya biru seperti langit cerah. Oh God,sungguh ia berhasil memikat hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
When A Problem Giving Happines ( Liam Love Story )
FanfictionDi tolak Gadis sebanyak 22 kali,atau pun di hajar senior itu semua sudah menjadi resiko kami karena perjanjian ini. Perjanjian yang mula-nya menimbulkan resiko yang menyakitkan bisa Liam dan Lucy ubah hingga berakhir bahagia. Kejujuran adalah kunci...