Ruangan itu luas, di cat dengan warna-warna monokrom. Sebuah tempat tidur besar terletak di tengah-tengah ruangan dengan meja nakas di masing-masing sisinya, ada lukisan abstrak yang tergantung di atas tempat tidur dengan ukiran rumit dari kayu jati. Sesosok pria tidur di atasnya dengan bertelanjang dada.
Pria tadi kemudian membuka pelan kelopak mata berwarna alabasternya, ia lalu melirik kesamping dan tidak menemukan seseorang pun di sana. Pria itu lantas bangun dari tidurnya, ia lalu masuk ke dalam kamar mandi, dan keluar dari sana tidak lama setelahnya. Kemudian memakai kaos berwarna putih yang berada di dalam lemari.
Saat keluar dari ruangan tadi yang merupakan sebuah kamar tidur di resort tempatnya berlibur dengan seseorang yang telah di nikahinya seminggu yang lalu. Wangi kopi tercium sesaat ia keluar dari sana, terdengar juga suara musik jazz yang di putar di sebuah gramophone yang ada di resort tersebut.
Pria tinggi dengan warna kulit yang membuat iri itu pun berjalan ke asal suara musik tadi, yang ternyata berasal dari ruang tengah. Sampai di sana pria tadi tak menemukan siapa pun. Namun jendela besar yang tak jauh dari situ terbuka lebar yang terhubung dengan balkon di baliknya, membuat gorden putih melambai di tiup angin pagi yang berasal dari luar. Pria itu lalu melanjutkan langkahnya kesana, saat sampai ia melihat wanita bersurai pirang panjang yang kini hanya ia gelung dengan asal; menyisakan anak-anak rambut di sekitar leher jenjang kecoklatannya. Ia juga memakai kemeja kebesaran di tubuh rampingnya. Wanita pirang tadi berdiri membelakangi pria tampan tadi.
Pria itu pun kemudian mendekat, dan langsung memeluk wanita pirang itu dari belakang; meletakan dagunya di bahu wanita tadi. Wanita itu pun terkesiap dan hampir menjatuhkan cangkir kopi yang di pegangnya. Ia lalu tersenyum sambil mengelus tangan besar yang melilit pinggang rampingnya.
"Sudah bangun, Sasuke?"
"Tentu, kalau aku belum bangun aku tidak akan memelukmu seperti ini" Katanya dengan masih memeluk wanita pirang tadi.
"Mau aku buatkan kopi?"
"Tidak, aku hanya menginginkanmu" Kemudian tersenyum kecil, dan mendapat tepukan ringan dari si wanita pirang.
"Ini masih pagi" Ucapnya sedikit kesal.
"Aku tahu. Tapi morning sex juga tidak buruk, kau tahu" Katanya sambil menyapukan bibirnya di belakang telinga wanita tadi.
"Bagaimana kalau sarapan pagi dulu?" Tawarnya lagi.
"Denganmu ?"
"Oh, ayolah. Berhenti menggodaku" Ucapanya cepat, kemudian melepaskan diri dan menghadap pria di belakangnya.
"Aku tidak menggodamu" Elaknya tak kalah cepat, "Tapi lihat di sekelilingmu, semua suasana tempat ini berteriak menuntut kita untuk bercinta"
"Kita sudah melakukannya semalam" Melipat tangan di depan dada.
Mendengus "Yah, sampai kau tertidur sebelum aku selesai melakukan penetrasi"
"Aku sangat lelah, kita baru tiba kemarin dan kau sudah ingin bercinta dengan gila"
"Kau tidak tahu, betapa sulitnya menahan diri saat bersamamu" Lantas menekankan telapak tangannya di pagar pembatas balkon, tepatnya di kedua sisi bahu wanita pirang tersebut. Membuatnya terkungkung di antara lengan kokoh Sasuke dan pembatas balkon di belakangnya. "Bagiku, kau itu seperti heroin" Bisiknya dengan suara rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marvin Gaye
FanfictionSeks yang baik itu, di lakukan tanpa tergesa-gesa. Nikmati setiap momentnya, dan jangan lupakan sebuah musik sebagai pemanis tambahan. Warning: SasufemNaru! Fanfic PWP! One-shot! "It's not just about sex, but sex with love. It's beautiful, hot, swee...