1/1

4K 189 27
                                    

Sebelumnya maaf kalau cerita ku kurang bagus. Aku bukan penulis profesional. Masih pemula, dan masih belajar.

Untuk para readers makasih banyak sudah mau nyempatkan waktunya buat baca cerita ku ini.

Jangan lupa vote dan commentnya ya. Ayo hargai karya anak bangsa:)
Selamat membaca.

---------------------------------------------------

Hangat dan nyaman berada di dalam sini. Tak jarang belaian tangan samar terasa di tubuh ku. Ucapan-ucapan sayang juga selalu diucap. Tidak lupa lantunan doa selalu menghiasi hari-hari ku.

Aku berada di dalam sini berkat kalian. Kedua orang tua yang selalu menyayangiku, meskipun aku belum pernah menatap wajah mereka, tapi aku yakin suatu saat pasti aku bisa mencium dan mengusap lembut pipi mereka.

"Ayah pergi dulu ya sayang. Adik baik-baik di dalam sana ya." samar-samar terdengar di telinga ku. Aku ingin membalasnya, tapi pasti sia-sia. Aku terlalu lemah. Tapi aku selalu mendoakan agar Ayah bisa pulang dengan selamat.

"Hati-hati ya Ayah" itu pasti Bunda. Bunda adalah orang hebat, buktinya aku bisa berada di dalam sini.

"Iya sayang. Jaga Adik baik-baik ya" Ini sering terjadi. Ayah sering meninggalkan kami. Bunda selalu cemas disaat-saat seperi ini.

"Pasti" Ucap bunda Lirih. Bunda tidak pernah ingkar janji. Dia selalu menjagaku dengan kasih sayang.

Aku merasakan hangat saat ayah memeluk bunda. Pasti Bunda sangat khawatir pada Ayah. Tak jarang tangisan Bunda mengiringi kepergian Ayah.

Aku tidak tau Ayah ingin kemana, sampai-sampai membuat Bunda seperti takut kehilangan. Yang jelas aku selalu mendoakan Ayah dari sini.

Aku mendengar suara pintu tertutup. Pasti Ayah sudah pergi. Kenapa dia selalu meninggalkan kami. Apa ada yang lebih penting dari kami.

Aku percaya pada Ayah. Pasti ada alasan yang kuat sampai-sampai dia selalu meninggalkan kami.

***

"Semoga suami hamba bisa pulang dengan selamat..." Itu doa yang selalu bunda panjatkan. Bunda selalu bangun malam-malam hanya untuk mendoakan Ayah. Pasti Bunda sangat mencintainya.

Setelah Bunda selesai berdoa. Aku merasakan ada benda yang masuk ke dalam perut ku melalui tali panjang yang berada di pusar

Aku paling senang bagian ini. Selain perut ku terisi, energi ku juga bertambah. Aku lebih bisa berinteraksi dengan Bunda. Seperti menendang-nendang dan menonjolkan sikut ku. Setelah aku melakukan hal itu, pasti bunda berkata sambil mengelus perutnya "Anak bunda sudah kenyang ya. Aktif terus ya sayang di dalam sana"

Kalimat itu menjadi kebiasaan, jika Bunda tidak mengatakannya, rasanya ada yang kurang.

Hari demi hari ku lalui berdua bersama Bunda. Ayah belum pulang. Tapi aku tidak sedih, karena ada Bunda di sini. Bersama ku.

Lagu yang selalu ia nyanyikan selalu merdu di telinga ku. Ini selalu bunda lakukan sebelum kita tidur.

Bunda juga selalu bercerita tentang aktivitasnya. Aku hanya menjadi pendengar sejati, karena aku terlalu lemah untuk menanggapinya.

Bunda wanita yang kuat. Dia selalu membawa ku kemana-mana. Padahal tubuh ku ini berat sekali. Lebih lebih jika tidak ada ayah, semua bunda lakukan sendiri. Hebat bukan.

Suatu hari, aku merasa ada hentakan kuat pada tubuh ku. Badan ku terasa sakit. Pasti ini belum seberapa dibanding Bunda. Aku khawatir, apa bunda baik-baik saja?

Abdi Negara [One Shot 1/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang