Senja itu seperti lukisan sendu. Selalu merasa patah hati saat melihatnya. Senja itu pilu, seakan tiada kata esok. Nama ku MILO, ya seperti remaja pada umum nya mungkin yg membedakan bahwa aku adalah seorang gay. Iya gay. Aku masih duduk di kelas 3 SMA. Hidup mungkin untuk sebagian orang dapat di lalui dengan mudah. Tapi tidak bagiku. Aku anak broken home.
Dan dalam dua tahun ini aku kehilangan orang-orang yang aku sayangi berturut turut. Aku selalu mencoba mandiri dengan hidupku sendiri ya hal hasil nilai akademik ku tak karuan hhehehe. Bukan karna bodoh tapi karna sering membolos mata pelajaran.
"Teeeeett...." bel sekolah berbunyi nyaring. Tepat saat aku berlari melewati gerbang sekolah yang hampir di tutup.
" Milo... gak kapok kapok ya?!" Seorang guru menegurku. Tetapi hanya tawa ku yg menjawab teguran itu sambil berlari ke kelas.
Hem ada satu cowok disini yang selalu mengalihkan perhatian ku. Ya memang tidak terlalu tampan tapi manis. Bahkan sempat tanpa sengaja aku berkesempatan ngobrol dengan nya. Satu hal yang dapat ku gambarkan dari pribadinya "SMART". Hahaha hal ini yang memang menbuatku makin tertarik.
Namanya Dio, begitu belakangan yang aku tau dari nama di tanda pengenal nya yang tidak sengaja terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, kertas... tissue.
Teen Fictionpengorbanan, mengikhlas kan dan ketulusan itu benar" ada pada sebagian cinta sejenis yang tidak hanya menikirkan seks semata.... karna "Cinta itu....!?"