Aku membereskan meja kerjaku, bersiap untuk segera pulang. Karena sejujurnya, jam pulang kerja telah lama berlalu.
Hal yang membuatku masih bertahan di sini adalah lembar jawaban dari hasil ujian siswa-siswaku yang menumpuk, yang harus segera selesai aku koreksi, kemudian mengkalkulasikannya dengan nilai-nilai harian mereka, dan diakhiri dengan mengentrikan nilainya.
Batas waktu pengentriannya masih lumayan lama, tapi aku bukan tipe orang yang akan berlama-lama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, jika ada waktu dan kesempatan, aku akan segera menyelesaikannya.
Dari total delapan kelas yang aku ajar, baru empat kelas yang benar-benar telah selesai aku koreksi hasil ujiannya. Ini bukanlah jenis pekerjaan yang melelahkan, hanya saja, ya kalian tau sendirilah...Melihat jawaban yang diberikan oleh siswa-siswaku menunjukkan bahwa mata pelajaran yang aku ampu bukanlah pelajaran favorit bagi mereka. Dan itu sedikit banyaknya menyinggungku.
Apa yang salah memangnya dengan pelajaran yang aku ajarkan? Di mana salahnya? Huh, ya sudahlah... Toh aku lagi tidak ingin menceritakan perihal siswa-siswaku. Apalagi pelajaran yang aku ajarkan. Hanya akan membuat kepala sakit saja. Aku tidak ingin kesal di saat seperti ini.
Saat aku nyaris selesai membereskan meja kerjaku, smartphone-ku berbunyi. Menandakan ada email baru yang masuk. Dengan sedikit enggan aku meraih smartphoneku, melihat siapa yang mengirimiku email pada saat seperti ini. Ternyata itu adalah email dari panitia reuni sekolah SMA tempat aku bersekolah dulu. Meminta konfirmasi apakah aku akan hadir atau tidak.Dan ini adalah email ketiga yang aku terima dalam seminggu hari ini. Sesuatu yang patut untuk dikagetkan. Tidak biasanya.
Aku belum memberikan tanggapan apa-apa atas undangan reuni yang yang kuterima sebelumnya. Dan untuk kali ini aku kembali mengabaikan email tersebut, dan mengantongi smartphone-ku. Menyandang ranselku, kemudian bergegas meninggalkan kantorku. Pulang. Menuju apartemenku.
Ini sudah 10 tahun berlalu aku lulus dari sekolah tersebut. Seperti buih, aku menghilang dari hadapan teman-teman sekolahku tanpa ada kabar berita sekalipun. Karena aku masih menggunakan alamat emailku yang aku buat waktu sekolah dulu, membuat mereka masih bisa menghubungiku.Aku tak pernah memberikan nomor telponku yang baru kepada mereka. Apalagi jejaring sosialku. Semuanya aku tutup. Dan aku telah mengabaikan email-email yang mereka kirimkan padaku. Semenjak kami lulus.
Jangan tanyakan sudah berapa banyak yang telah aku abaikan. Aku tak pernah menghitungnya. Dan aku sama sekali tidak berniat untuk menghitungnya.
Tak satupun dari teman sekolahku dulu yang tau nomor teleponku, apalagi pekerjaan dan alamat rumahku sekarang ini. Seperti yang aku katakana, aku menghilang seperti buih dari hadapan teman-temanku.
Dalam perjalanan pulang, aku kembali mendapatkan email baru. Ketika aku buka, itu ternyata adalah email yang sama dengan yang aku terima tadi. Email undangan reuni yang meminta responku. Dan aku rasa ini sudah berlebihan. Setiap tahun aku selalu menerima undangan reuni. Tapi tidak seperti tahun ini.
Salah satu dari panitia reuni kali ini mungkin adalah teman yang dekat denganku waktu sekolah dulu, sehingga begitu ngotot untuk mengharapkan konfirmasi kehadiranku. Aku berkata seperti ini bukan karena aku sok atau apa, tapi di tahun-tahun sebelumnya, panitianya tidak seperti yang sekarang ini.Mereka hanya mengirinkan email undangan, dan memberikan kesempatan 3 x 24 jam untuk menerima konfirmasi kehadiran setelah undangan diterima. Dan jika melebihi tenggat waktu, berarti dianggap tidak akan hadir. Karena itulah aku bisa beranggapan seperti tadi.
Dan juga, diundangan tersebut diberi tahu bahwa reuni kali ini tidak dipungut biaya. Alias gratis. Seseorang bersedia menjadi sponsor tunggal, untuk membiayai semuanya. Hal ini terasa aneh dan di luar biasanya.
Saat ini aku belum memutuskan apakah aku akan hadir atau tidak. Aku masih ragu. Aku belum pernah sekalipun menghadiri acara reuni SMA semenjak kelulusanku. Dan akan janggal rasanya kalau aku tiba-tiba hadir kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROMANCE: Jungkir Balik Kehidupan Cowok Penghuni Asrama
Teen FictionPaling tidak kita punya seseorang di masa lalu yang membuat dada kita terasa sakit ketika mendengar namanya saat ini, karena dulu kita menyukainya secara diam-diam. Namun kita masih saja mempertahankannya tetap berada dalam hati kita. Kadang kita m...