Aku Ingin Menikah

449 25 6
                                    

Disclimer: Bleach punya Om Tite Kubo.

Warning: OOC, typos dan banyak banget yang lainnya, tapi yang penting yang nggak suka boleh nggak baca kok..

.

Aku Ingin Menikah©miisakura

.

Gadis kecil dengan kombinasi iris amethys langka dan rambut indah langit malam itu terduduk pasrah di tempat tidur yang terlalu besar untuknya. Mata lemon indahnya menatap jauh menembus jendela kokoh transparan ruangan itu. Melirik iri pada bunga-bunga dan pohon-pohon di luar sana yang bersorak gembira menyambut hujaman tetesan-tetesan air langit. Rukia begitu berharap dapat terlibat dalam senandung menenangkan ciptaan alam itu. Ia ingin ikut merasakan dinginnya tetesan hujan saat menyentuh kulit pucatnya. Menguapkan kalor-kalor tubuhnya. Ia ingin ikut menghirup bau tanah yang telah terkontaminasi hujan. Menciptakan aroma candu yang menyemangati. Namun semua itu hanya akan menjadi imajinasi tak terwujud untuknya. Tubuh kecilnya tak akan sanggup bertahan di bawah guyuran berkah langit itu.

Ia sangat paham dengan kondisinya yang berbeda dengan kebanyakan anak. Kegiatan remeh khas anak-anak yang biasa dilakukan anak lain hanya dapat dilihatnya. Ia hanya mampu menatap dari balik ruangan kebesarannya. Sebuah ruangan besar sepuluh kali sepuluh meter yang selalu mengungkungnya. Sebuah ruangan yang dipenuhi berbagai macam alat medis untuk menjamin hidupnya. Yah, apa mau dikata. Kondisi kesehatannya yang begitu fluktuatif sangat sulit diprediksi. Hari ini ia bisa merasa sesehat dan sekokoh pohon mapple besar di halaman rumah sakit, hari berikutnya ia bisa serapuh dan selemah ranting lapuk pohon mati. Koma tak sadarkan diri.

Kaa-chan, dan Tou-sannya serta orang-orang di sekitarnya selalu tersenyum dan mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja, bahwa semua akan baik-baik saja. Ia akan sembuh dan bermain lagi. Nyatanya, vonis dokter yang ia curi dengar beberapa hari yang lalu berkata lain. Membongkar semua kedok senyum palsu mereka yang sarat kesedihan. Tentu saja. Mereka kan tidak mungkin mengatakan secara gamblang bahwa usianya tinggal satu bulan lagi paling lama.

Satu bulan.

Ternyata mimpinya yang sudah ia rancang bertahun-tahun ke depan harus dirangkum dalam satu bulan. Waktu yang terlalu singkat. Mengharuskannya menghapus beberapa mimpinya. Mimpinya untuk masuk fakultas kedokteran Universitas Tokyo delapan tahun mendatang dan lulus dengan predikat cum laude, misalnya. Ia ingin sekali menjadi dokter dan mengobati tubuh ringkih Kaa-channya. Ironis. Kini sang calon dokter malah dipaksa bersiap menghadapi kematiannya bahkan sebelum dirinya mengenyam pendidikan kedokteran.

Dan juga mimpinya untuk menjadi seorang pengantin. Ia ingin sekali menikah. Melakukan prosesi sakral untuk menyatukan dua hati yang mencintai. Ia tidak akan pernah bisa melakukannya. Mana ada pernikahan dengan gadis cilik usia sepuluh tahun sebagai pengantinnya. Menunggu sepuluh tahun lagi jelas ia tak sanggup. Imunitas tubuhnya sudah terkikis. Membuatnya semakin melemah. Lagipula ia juga belum menemukan cintanya. Dan pasti tidak akan bisa ketemu jika sehari-hari ia hanya berputar-putar di sekitar rumah sakit. Siapa juga yang mau mencintainya, gadis yang ringkih sakit-sakitan.

Pintu menjeblak terbuka, menunjukan sosok duplikasi dirinya yang lebih dewasa, sosok Kaa-channya. Ia masuk dengan mengumbar senyum. Tangannya membawa seikat bunga segar untuk mengganti bunga yang mulai layu di sudut ruangan. Membuat ruangan suram bercat putih dan berbau karbol itu sedikit tercerahkan.

"Apa kabarmu hari ini, Sayang?" sapa Hisana seraya mencium pipi Rukia. Sedang yang ditanya hanya tersenyum lirih. Menjawab bahwa dirinya baik-baik saja, tidak sepenuhnya benar dan hanya akan menenangkan Kaa-channya sesaat. Rukia sudah bosan dengan kebohongan-kebohongan yang ada. Dia ingin meminimalisirnya. Mencegah harapan kosong itu melambung untuk kemudian dihancurkan berkeping-keping. Itu akan terasa lebih menyakitkan.

Aku Ingin MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang