Dua belas tahun yang lalu...
Finda menuntun sepeda mininya keluar rumah. Sore ini dengan rambut diikat dua seperti telinga kelinci, mengenakan pakaian baru bergambar Winnie the pooh dan sandal jepit dengan gambar yang sama, ia bermain sambil memamerkan sepeda mini baru nya ke taman yang tidak jauh dari rumah nya. Disana banyak anak anak sebayanya berkumpul bermain.
Sepeda mini merah muda dengan keranjang putih mungil di bagian depan itu adalah pemberian ibunya di hari ulang tahunnya yang kelima hari ini. Seminggu sebelumnya, ia susah tidur, memikirkan kado ulangtahun yang masih dirahasiakan ibunya. Tetapi pagi ini saat bangun tidur, kado ulang tahun itu telah berdiri tegak tidak jauh dari ranjang nya, diikat dengan pita besar berwarna kuning emas.
"Finda sayang, mainya jangan jauh jauh ya"
Finda menoleh mendapati ibunya berjalan mendekati lalu membuka gerbang. Gadis cilik itu tersenyum lebar "iya ma, finda main nya di taman kok"
Mama tersenyum lembut "nanti mama dan Dino menyusul, adik mungkin harus mandi dulu"
Finda mengangguk lalu menaiki sepeda mini nya melewati gerbang rumah. Ia mengayuh sepeda itu dengan hati riang. Sejak keluar dari pintu rumah, bibir nya terus menyunggingkan senyum manis nya .
Ketika kaki mungilnya mengayuh pedal melewati dua rumah lain, tiba tiba seorang anak laki laku berlalu ke tengah jalan, lalu mengangkat kedua tangan nya ke depan sambil berteriak "stop!"
Farel menghadang laju sepeda mini merah muda itu, membuat gadis cilik yang mengendarai nya terkejut.
Alih alih menggunakan rem setang, finda malah menurun kan kedua kaki nya dari pedal untuk menghentikan laju sepeda nya. Finda dengan sepeda mini nya oleng, tepat beberapa senti didepan orang itu. Finda berdiri dan menengok dengan wajah pucat hanya untuk mendapatkan senyum kemenangan anak laki laki itu. Kemudian dinaiki nya lagi sepeda itu.
Finda menunduk untuk mencari pasangan sandal nya yang terlepas ketika anak laki laki itu mendekat dan menepiskan tangan finda dari tangan nya
"Pergi sana !"
"Lho, ini kan sepeda ku" tukar finda
"Aku pinjam sebentar" sahut Farel. Kini anak itu menggoyangkan setang sepeda mini dengan keras.
"Nggak boleh! Ini sepeda baruku" finda bertahan sekuat tenaga untuk tetap duduk di sadel, sementara itu dengan tubuh gempal nya Farel mendorong-dorong finda.
"Aku mah coba sepeda nya"
"Nggak boleh"
"Sebentar saja"
"Nggak boleh!"
Finda kembali oleng. Lalu gadis cilik itu mengaduh kesakitan ketika jatuh di jalanan. Finda berteriak memanggil ibunya sambil menangis, bukan karena sakit, tetapi karena mendapati sepeda baru nya telah menjauh bersama Farel.***
Tujuh tahun yang lalu ...
Farel mencari finda dan menemukan gadis itu menjongkok didepan rak buku warna kulit salak yang memenuhi dinding ruang kerja ibu nya finda. Farel mengengir diam diam. Kali ini dia akan membalas dendam karena gadis itu telah mempermalukan dengan komentar menyakitkan di sekolah.
Siapa sih yang tidak malu disebut cowok bodoh?! Farel yakin, finda juga akan marah jika dibilang cewek bodoh. Sudah cukup hanya ibunya yang menegur karena kuis matematika jelek. Dan Farel tidak ingin finda meledek nya. Lagian,Farel tidak merasa bodoh. Ia hanya lupa belajar karena ayah nya membelikan Playstation terbaru.
Dengan senyum licik tersungging di wajah Farel, Farel mengendap endap mendekati finda dari belakang layak nya detektif di film film. Setelah merasa cukup dekat, Farel membuka telapak tangan nya kemudian menjatuhkan sesuatu di bahu gadis itu.
"Ihhh! Cicaaaak!"
JEDUK
detik selanjutnya Farel terhuyun dan meraung kesakitan karena finda mendadak berdiri dan sikut gadis itu menghantam keras hidungnya. Farel membekap hidungnya bersamaan dengan cairan merah merambah dari celah-celaj jemari nya-------------------
Thanks for reading, gatau kenapa gua suka banget sama novel ini, ada beberapa yang gua ganti atau skip vote atau comment ya
All the love
Gigihadidstyles
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect scenario
Teen Fiction"dengar ya, kita harus pacaran!" "HAH?" "mulai detik ini, lo pacar gue. Dan selama itu, lo nggak boleh jalan dengan cowok lain!" "eh kamu kesurupan ya, tiba tiba ngomong aneh begitu?" "gue sadar seratus persen. Jadi dengar--" "sori, aku nggak mau!"...