History I

1.1K 117 159
                                    


"Louis the tommo Tomlinson!"

Sekuat tenaga ku kerahkan tekad membuka mata terpejamku walaupun dalam hati sebenarnya aku masih ingin melanjutkan tidurku yang akhir-akhir ini tidaklah nyenyak sama sekali karena project album made in the am yang dikejar dead line sebelum OTRAT berakhir dan kami berempat benar-benar break setelahnya.

Semburat silau cahaya matahari akhirnya menerpa mataku walaupun sinar itu tidak secara langsung mengenainya dan masih terhalang kaca bus 1 yang sejak awal perjalanan karir One Direction sudah menjadi rumah kedua kami.

Sosok yang menyerukan namaku tadi memasang wajah yang menurutku idiot. Dia tersenyum lebar selebar jidat Michael Clifford, salah satu personil band punk rock yang ada dibawah kendali management kami, Modest!

Mataku yang tadinya menyipit dan enggan terbuka lebar, kini membelalak seolah melihat setan. Dan aku yakin aku tidak mabuk seperti malam-malam sebelumnya yang selalu ku lakukan bersama Niall dan harus menerima teguran Liam dan Harry yang membuat telingaku panas.

Aku sangat yakin bahwa sosok itu nyata berdiri di depanku dan tanpa sadar membuat mulutku menganga.

"Zayn?!" Pekikku dengan suaraku yang masih belum kembali normal setelah bangun tidur.

Ya, aku melihat sosok sahabatku, partner in crime ku, seseorang yang pernah menyelamatkanku dari member ke-enam One Direction di mimpi burukku.

Seseorang yang sudah seluruh dunia tau bahwa dia telah keluar dari grup ini sejak Maret lalu.

"Kenapa kau bisa ada disini Zayn?!" Tanyaku dengan suaraku yang meninggi.

Bagaimanapun juga hubunganku dengan si Malik ini sudah tidak sedekat dulu karena hengkangnya dia dari group dan membuat project bersama Nughty Boy benar-benar membuatku marah besar. Apalagi jika mengingat twit war kami bertiga, mulut si king kong besar kulit hitam itu benar-benar ingin ku jejali dengan sikat wc.

"Tentu saja aku ingin bersenang-senang dengan saudara-saudaraku di One Direction Lou." Sahutnya dengan bad habbit yang selalu melekat pada dirinya. Walaupun kami sudah berbulan-bulan tidak bertatap muka secara langsung, tapi dia masih suka melakukannya.

Menggigit bibir bawah dan menjulur-julurkan lidahnya sendiri.

"Kau tersenyum seolah diantara kita tidak pernah terjadi apa-apa Zayn." Ujarku sarkas sambil menatapnya sinis.

Dia malah tertawa dengan suara tawa khas nya yang menurutku aneh. Setelahnya dia berucap, "Kau tidak suka aku kembali ke band ini?" Tanya nya sambil meletakkan tangannya di bahuku.

Aku menepisnya, "Aku masih marah padamu." Kataku.

"Oh, come on Lou, aku datang jauh-jauh dari London ke L.A. untuk bertemu kalian semua!" Serunya sambil melebarkan kedua tangannya.

Kepalaku celingukan mencari dimana Liam, Niall dan Harry. Bus ini sepi sekali, benar-benar tidak biasanya. Karena biasanya orang yang selalu membangunkanku adalah Liam. Bukannya Zayn. Kalau dia sih malah selalu menjadi orang terakhir yang bangun.

Dengan selalu menepis tangan Liam yang mencoba membangunkannya, dia akan kembali tidur lagi setelah berkata, "Jangan bangunkan aku. Aku adalah vampire."

Dasar sialan kau Zayn.

"Dimana yang lainnya?" Tanyaku pada Zayn. Sial, aku kelepasan. Aku kan masih marah padanya!

"Harry berkencan bersama Kendall, mereka baru saja rujuk. Kalau Liam pergi jogging bersama Sophia. Sedangkan Niall mak-"

"Makan bersama Josh di Nandos. Aku sudah tau, dia baru saja mengirimiku pesan." Aku memotong ucapan Zayn sebelum dia menyelesaikannya sambil memainkan ponselku dan membaca pesan yang dikirimkan Niall.

History: Louis TomlinsonWhere stories live. Discover now