TIGA

21 5 0
                                    

Lagi, aku dikerjai oleh gadis itu. Kau tau? Sekarang aku berada dalam mobil Diana, dengan sedikit oksigen karena dia hanya membuka sedikit kaca jendela mobilnya, dan mengunci mobil rapat-rapat. Tentu saja aku tak dapat keluar.

Baik, aku akan menceritakan kejadian sebelumnya. Jadi, saat bel pulang berbunyi, aku menuju parkiran dan melihat Diana berada dalam mobilnya. Kuketuk lagi kaca mobilnya seperti kemarin. Tapi dia tidak berbalik ke arahku sedikitpun.

Bagaimanapun, namaku bukan Brian kalau aku tak dapat mendekati Diana. Aku masuk ke dalam mobilnya. Tentu, dia menatapku aneh.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Mm, tidak ada sebenarnya, hanya mencari hawa dingin. Di luar sangat panas, Miller. Sungguh"

"Jangan panggil aku Miller dan keluar dari mobilku sekarang"

Dia mulai lagi. Annoying girl.

"No, I'm not going to that"

"Baiklah"

Diana menurunkan kaca jendela setengah lalu keluar dari mobilnya. "Kau ingin di dalam mobilku, kan? Nikmati sehari semalam dalam sana, ya. Kau pasti menyukainya, B", dia tertawa. Cantik sekali.

"Hey! Apa kau sudah gila? Keluarkan aku dari sini!"

Sepertinya teriak bukan pilihan yang bagus. Untung saja, aku sudah makan dua porsi jumbo mie kuah tadi. Kalau tidak, matilah aku di dalam sini.

Eits, tapi tunggu dulu, kalau aku berada dalam mobil ini sampai besok pagi, lalu Diana akan pulang dengan apa? HAHA. Bodoh. Dia pasti akan kembali lagi kesini lalu membiarkanku keluar. Rasa-

PERKIRAANKU SALAH BESAR. Nathan datang dan sepertinya sedang menawari Diana untuk pulang bersamanya. Mencari kesempatan rupanya. Kurang ajar.

"Jangan mau pulang bersamanya! Lebih baik kau pulang dengan mobilmu daripada pulang bersamanya, Diana!", teriakku.

Namun terlambat, Diana sudah naik di atas motor Nathan, lalu motor itu melesat pergi meninggalkanku sendiri di dalam mobil seorang gadis.

Jadi, ya, begitulah yang terjadi beberapa menit lalu.

***

DIANA MILLER'S POV

Bukannya aku tak punya rasa kasihan pada siapapun. Tapi siapa yang tidak sebal padanya?

Dan, ya, dari aku kecil hingga sekarang, entah kenapa aku tidak pernah peduli pada siapapun kecuali diriku serta keluargaku. Kadang aku juga berpikir, mengapa aku bisa terlihat begitu kejam pada orang lain karena ketidakpedulianku? Maksudku, aku tak pernah bermaksud menyakiti orang lain, sungguh.

Sebenarnya aku agak kasihan juga pada B. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, itu semua salahnya kan? Aku sudah menyuruhnya keluar dari mobilku, tapi dia tetap saja bersikeras ingin berada dalam mobil. Jadi, aku baik kan? Aku hanya mengikuti kemauannya, oke?

Jangan salahkan aku kalau terjadi sesuatu padanya di sana.

***

Ya, sekarang aku seperti orang bodoh yang menunggu sesuatu. Padahal aku tidak menunggu apa-apa. Tapi tak apa kan kalau aku berharap ada seseorang yang akan menjemputku? Entah kenapa, firasatku berkata Nathan akan datang menjemputku karena dia tau mobilku ada di sekolah bersama seseorang yang menyebalkan di dalamnya.

"Butuh tumpangan, cantik?"

Sudah kuduga dia akan datang. Thanks, God.

"Sure. Terima kasih"

"~Kau cantik hari ini dan aku suka~"

"Suaramu bagus, Nath"

Nathan tersenyum. "Aku sudah tau itu dari dulu, Diana"

Aku tertawa kecil dan memukul lengannya pelan. "Tapi bohong"

"Oh, sudahlah. Naiklah cepat!"

Aku mengangguk lalu naik duduk di motor Nathan. Dia tersenyum padaku sebelum menyalakan mesin motornya. Kalau dipikir-pikir, Nathan memang tampan. Begitu juga dengan B. Tapi, sungguh, kalau mereka ingin mendekatiku hanya dengan modal wajah tampan saja, mereka tak mampu. Aku punya banyak kriteria. Pemilih? Ya, aku memang pemilih.

***

BRIAN EVANS' POV

"Hei! Bangunlah!"

Oh, sudah pagi ternyata. Indah sekali pagi ini, dibangunkan oleh si Miller jutek yang cantik itu.

"Ya ya ya. Terima kasih kau telah membuatku tidak makan semalam"

Diana tersenyum lalu tertawa kecil. "Bukannya itu bagus? Kau sedang diet, kan?"

Diet?

"Sejak kapan aku diet? Apa kau tidak lihat? Aku tidak gemuk"

"Sudahlah, B. 5 menit lagi masuk"

Aku mengangguk pasrah. Sungguh, aku benar-benar merasa bahwa aku sangat bau sekarang. Bayangkan saja. Aku masih memakai seragam yang sama sejak kemarin. Aku ini Brian Evans, tampan, terkenal, wangi? Sudah pasti. Aku tidak ingin menjadi orang paling bau di sekolah hari ini. Ini semua gara-gara Diana Miller.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OPPOSITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang