5

1.7K 154 1
                                    

Haena pergi ke taman sekolah yang di bawah kelasnya. Haena terduduk di bangku taman dan menangis. D.O. yang melihatnya pun sangat tidak tega.

"Haena-ya..." Dengan pelan, D.O. memeluk Haena yang sedang deras menangis.

"Huuuu~." Suara sorakan dari kelas Haena dan D.O.

Mereka yang ada di atas pun melemparkan sagu, telur, dan air ke arah D.O. dan Haena lewat jendela kelas.

"It's okay, I'm here." D.O. hanya bersabar dan berusaha menghibur Haena sambil memeluknya.

Ketika sudah tiba di rumah sakit...

"Choi Hae-na, kamu ini sudah memasuki kanker otak stadium 4. Sebaiknya, jika kamu tidak terkena penyakit ini, lebih baik kamu di rawat inap." -Dokter.

"Kanker?" Haena dan Ibunya syok.

Ketika di perjalanan pulang...

"Haena-ya, bolehkah kamu libur sebentar?." -Ibunya Haena.

"Apa maksudnya, eomma?." Haena mulai penasaran.

"Eomma belum bisa membayar uang spp sekolahmu bulan ini. Jadi, untuk beberapa hari ke depan, kau tidak bisa sekolah." Haena langsung menunduk sedih seketika mendengar pernyataan ibunya itu.

35 hari kemudian...

"Haena, dimana dia?." Tanya Kai kepada D.O. dan D.O. tidak menghiraukannya.

"D.O., tenang saja, aku sudah insaf kok." Kai memberikan senyuman manisnya untuk D.O., tapi respon D.O. sama, hanya datar.

"Tidak apa, jika kau tak mau berteman denganku." D.O. masih diam.

Tak lama kemudian...

"D.O.-ya, dimana pacarmu yang mantan cleaning service itu?." Tanya Yeonji. Sekelompok Baekhyun juga datang ke meja D.O.

"Baekhyun, Chanyeol, Yeonji, Seuni, Chaeyeon, tidak bisakah kita berteman dengan mereka? Kalian sadar tidak kalau kalian itu terlalu jahat?." Ketika Kai berbicara, keadaan sunyi sejenak.

Tetapi kesunyian itu terpecah karena suara tawa dari Baekhyun dan Chanyeol.

"Hei, Kim Kai, kau ini kemasukan ya? Kita tidak mungkin berteman dengan mereka, dan juga ya, kami sadar kok kalau kami terlalu jahat. Kalau kami tidak sadar, tidak mungkin kami melakukan itu semua." Ocehan panjang dari Chaeyeon.

"Goreoji." -Seuni.

"Kim Kai, aku memang menyukai kamu. Tapi, aku tidak bisa menuruti permintaan kamu kali ini..." -Yeonji.

"Goreoji." -Seuni.

"Berhentilah bertingkah aneh Seuni." -Chaeyeon.

"Goreoji." -Seuni.

Hening.

"Kau berbicara pada siapa?." -Seuni. Semua orang yang ada di ruangan menoleh ke arahnya.

"Ya kau lah, kalau bukan, siapa lagi?." -Chaeyeon.

"Oh ya?." Mereka berdua pura-pura bermusuhan.

"Sudah, berhentilah bertingkah konyol." Kata-kata bijak dari Yeonji.

Hening (lagi).

"Hei, Do Kyung-soo, obat apa yang kau berikan ke dongsaengku ini?, kau racuni pakai apa dia?." -Chanyeol.

Biar masalah tidak panjang, D.O. pun pergi keluar kelas.

"Hei, jawab pertanyaanku!." D.O. tak menghiraukan Chanyeol dan hanya tetap pergi.

D.O. bolos sekolah dan dia pergi ke suatu tempat.

"Haena-ya, dimana kau?." D.O. melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Haena POV

"Eomma, Haena akan pergi bekerja." -Haena.

"Kau bekerja dimana?." -Eomma.

"Eomma akan tahu." -Haena.

D.O. POV

Semakin lama, akhirnya hari pun berubah menjadi gelap. D.O. masih terus mencari Haena yang menghilang. Karena lelah, D.O. pun pergi ke cafe untuk mengistirahatkan dirinya.

"Haena?." Mata D.O. membulat seketika melihat Haena yang sedang sibuk membersihkan meja makan.

"D.O.?, apa kau mau memesan makanan?, minuman?." Haena diam-diam sakit kepala (lagi).

"Kau kenapa tidak sekolah?." Mata D.O. memerah.

"Cepatlah, kau mau pesan apa? Toko bentar lagi tutup." -Haena.

"Jawab pertanyaanku." -D.O.

"Jika kau tidak memesan, lebih baik aku pergi ke belakang." -Haena.

"Haena-ya, ini kunci toko. Kalau kau sudah selesai berbesihan, kunci toko." Kata salah satu pegawai. D.O. tetap duduk diam di kursi.

23.00 pm.

"Tinggal buang sampah, dan selesai." D.O. mengikuti dari belakang, sedangkan Haena sedang sibuk membuang sampah.

"Omo, kepalaku.." Kepala Haena semakin lama semakin sakit.

"Apa kau tidak makan?." Tanya D.O.

"Tidak ada waktu yang cukup luang untuk makan malam." Haena masih sibuk dengan pekerjaannya.

3 menit kemudian...

"Keringatmu mengalir terus, kepalamu sakit, dan kau tidak makan malam. Apa kau tidak sadar kesehatanmu itu sudah menurun?." Haena hanya diam mendengar.

"Kau masih peduli dengan pekerjaanmu, sedangkan kondisimu sedang lemah?." Haena masih diam mengurus sampah.

"Ikut aku." D.O. menarik tangan Haena menuju mobilnya. Dan Haena dengan sekuatnya melepaskan genggaman D.O.

"Apa kau tidak tahu?, uang bagi rakyat miskin sepertiku itu sangat berharga. Ya, kau tidak tahu karena kau orang terhormat. Apa kau tidak tahu betapa sulitnya mencari uang?, dan apa kau tidak tahu betapa sulitnya kedua orang tuamu mencari uang dan kau hanya bisa seenak-enaknya bersandar di sofa yang empuk dan nyaman?." Haena menangis dengan wajah pucatnya. Sementara itu D.O. diam menatap dingin Haena.

"Ya, aku akui kondisiku sedang lemah. Tapi aku berpikir, untuk apa aku hidup jika aku tidak melakukan satu pun kegiatan? Jadi tolong, biarkanlah aku bekerja sesuai dengan keinginanku." Haena menangis dan pergi mengunci toko.

"Kalau begitu, turuti saja keinginanmu itu." D.O. kecewa dan dengan datarnya dia meninggalkan Haena sendirian.

23.45 pm.

Haena pulang ke rumah menggunakan sepeda dengan kepala yang masih nyeri. Sedangkan D.O., dia sudah terlelap di rumahnya.

12 hari kemudian...

Tett.. Tett.... (bunyi bel istirahat).

"Ehm, bu, kenapa Choi Hae-na sudah sebulan lebih ini tidak masuk sekolah? Apa dia pindah?." Tanya D.O. pada gurunya.

"Choi Hae-na, dia tidak masuk karena tidak bisa membayar iuran sekolah." Jelas gurunya.

"Apa dia baru pindah kerja sehingga belum mendapat gajian?." Batin D.O.

To be continued...

Aduh ga tau deh mau bilang apa..
Pokoknya makasih banyak yah udah baca^^

Crying Out [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang