5.RamaSinta

10.5K 465 7
                                    

Sinta tersenyum menahan rasa sakit di perutnya. Rama menganguk lalu berjalan mendorong kursi roda keluar restoran. Sinta sebisa mungkin berlari memakai hak 9cm ke WC.

#######

Rama mendudukan ibunya di kursi mobil, "Bunda kan belum sehat, kenapa harus memaksa kan diri sih."

Diana tersenyum mengelus Rambut anak bungsu nyah itu. "Bunda hanya ingin bertemu kalian, apa itu salah?"

Salah,

"Tidak itu tidak salah beristirahatlah Rama sudah menyiapkan kamar untuk Bunda,"

"Baiklah, Sinta mana? Kenapa lama sekali," Tanya Diana yang mulai resah menunggu di mobil

"Sebentar lagi dia kesini. palingan perutnya bermasalah, siapa suruh makan kaya kebo. Untung saja bunda gak merhatiin dia makan." Rama tersenyum menatap Diana

Sinta menatap pantulan dirinya di cermin, tersenyum miring. Melihat ke bawah kakinya "Sepatu ini menyiksa ku, kapan semua ini berakhir." Sinta menghela nafas pendek dan berjalan menuju pintu.

Tenggorokan nya terasa kering, Sinta menghampiri waiter yang membawa nampan berisi segelas air tampa persetujuannya Sinta meneguk air itu hingga habis.

"Ehh... ehh mba, ja.. ja.. gan.." pelayan itu mencoba meraih gelasnya.

"Terimakasih." Sinta mengabaikan ekpresi si pelayan lalu berjalan ke luar restoran.

Padangan Sinta mulai kabur, langkahnya pun sempoyongan. Pelayan itu menghampiri Sinta namun langkahnya terhenti.
Rama berdiri di hadapan Sinta.

" Kak Rama kemana saja ah... " Tubuh Sinta jatuh ke pelukan Rama.

Rama menatap Sinta dingin, "Bocah. kamu ini kenapa? Berdiri lah nanti Bunda melihatmu!"

"Aku lelah, Aku mengantuk." ucap Sinta melingkarkan tangan di pinggang Rama

"Astaga kenapa kamu mengodaku hah? Apa kamu mabuk?" Rama mencium bau alkohol dari mulut Sinta

"Permisi tuan, maaf kan saya. Nona ini barusan meminum segelas vodka" Pelayan itu menunduk.

"Kamu ini kenapa tidak mencegahnya! Apa kamu tau saya bisa menutup restoran ini!" Nada Rama meninggi.

"Maafkan saya Tuan, saya sudah memperingatkannya tapi dia tetap meminumnya dan..."

"Berhentilah memarahinya!" Sinta mendongkak menatap wajah Rama

"Diamlah ini semua karna mu!" Rama menatap tajam Sinta

Di balik kaca mobil Diana melihat anaknya sedang bermesraan di depan pelayan restoran ia tersenyum geli dengan kelakuan anaknya itu. Diana pun memutuskan meninggalkan mereka di restoran.

Sinta menutup matan nya, dengan sigap Rama menangkap tubuhnya yang terhunyung ke belakang. Rama menatap kesal Sinta, menghembuskan nafas pendek.

"Kita selesai kan nanti, Dia pingsan dan saya harus pulang."

Palayan itu pun menundukkan kepalanya dalam-dalam. Rama memangku Sinta berjalan keluar melewati pelayan itu. Rama mendudukan Sinta di kursi depan dan berlari memasuki pintu kemudi.

"Apa Bunda melihatnya semoga dia tak melihatnya, kamu. apa kamu bodoh hah hingga tak bisa membedakan minuman." batin Rama

Rama menjalan mobilnya di kegelapan malam, ia menfokuskan pandangannya kedepan. Dalam perjalan pulang Rama meminggirkan mobilnya ke sisi taman kota. Cahaya remang-remang menyinari mobil jazz itu. Sinta meronta-ronta dan mengangu Rama yang sedang menyetir.

RamaSintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang