Part 3: Reminisence

95 9 3
                                    

Akhirnya, setelah semua diatur, Nana berangkat bareng Ruby. Semua pengeluaran dibiayain sama kantor. 'Itung-itung ini hadiah dari saya, sebagai tanda terima kasih atas kerja keras kalian selama ini'. Duh Pak Henry memang bos paling pengertian deh!

Minggu pagi, Nana dan Ruby sudah siap di bandara, dengan koper dan ransel duduk manis di troli barang. Debaran hati Nana sangat terasa, sampai ia harus memegang dadanya dan beberapa kali menarik nafas dalam untuk menenangkan degupan jantungnya.

'Please calm down your nerves, Nana. Belum tentu ketemu kan? Ini liburan, nggak usah terlalu mikirin yang macrm-macem, pokoknya liburan.'

"Mbak, let's go? Kita harus masukin koper ke bagasi dulu."

"Oh iya, ya ampun maaf maaf, aku bantuin ya?" Nana tersadar bahwa dia telah mematung melihat papan informasi penerbangan di pintu masuk sambil memikirkan perjalannya.

"Ah apaan sih, Mbak? Orang cuma beginian aja, aku juga bisa sendiri kok. Ayo, pasti nggak sabar pengen cepet pergi kan? Kalungnya nggak lupa? Siapa tau bisa ketemu Mbak, hahaha"

Nana tertawa kecil sambil berjalan di sebelah Ruby. "Mana mungkin Mbak. Sibuk, artis kayak dia. Lagipula, aku jalan-jalan ke Seoul lagi dengan pakai kalung dia udah cukup kok. Tujuannya kan liburan Mbak, bukan cari jodoh! Mbak Ruby tuh yang harusnya cari jodoh! Nanti aku kenalin ke temen-temenku yang orang Korea deh! Ganteng-ganteng loh Mbak, dan pada ngerti Bahasa Inggris, jadi ga perlu repot belajar Bahasa Korea hahaha," tawa Nana mulai terdengar setelah beberapa hari belakangan terpendam dengan pikirannya.

"Wah, boleh juga tuh Mbak! Itung-itung perbaikan keturunan kan?"

"Yeeeeehhh maumu! Nanti berkurang manusia mungil dan manis kayak kamu Mbak! Udah yuk kita masuk, aku nggak sabar menghirup udara Seoul lagi! Kangen banget~"

Gelak tawa pun terdengar dari bibir dua wanita ini. Perjalanan 7 jam sudah di depan mata, dan jantung keduanya berdegup dengan kencang dan meluap-luap.

                                                                       ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

7 jam perjalanan, dan terdengar suara pramugari di speaker pesawat, menandakan bahwa pesawat sebentar lagi mendarat.

"Seoul di bawah kaki kita Mbak. Are you excited?" kata Ruby sambil menyenggol bahu Nana.

"Excited? More like anxious! Ini Seoul, Mbak. Semua bisa terjadi di Seoul. Bisa aja aku dijambret orang, atau bahkan ketemu artis terkenal yang lagi jalan santai. Semua bisa terjadi di Seoul, Mbak. Aku deg-degan hahaha," sambil tertawa,Nana mengelus dadanya. Terasa jantungnya berdegup kencang karena grogi.

"Oh come on! Kenapa mikirnya gitu siih? I wanna have fun with my best friend, don't be such a party pooper," Ruby ngambek. Terus ngeluarin teknik paling jitu: puppy eyes.

"I-iya ampun ampun, nggak usah memelas gitu Mbak... nanti aku mati, jantungku copot loh Mbak, aaaarrgghhhh noooooo-" belum selesai berakting, telapak tangan Ruby udah mendarat di belakang kepala Nana.

"GAUSAH BIKIN CAPEK DEH MBAK! Kita bahkan belum mendarat! Oh Dear Lord, what have I got myself into? Begitu mau sampe Seoul baru keluar jeleknya. Bagus ya Mbak, aku stuck sama kamu yang hyper selama seminggu."

"Sabar ya Mbaaak, ini sebenernya biar ga grogi aja kok! Aslinya di dalem hati mah..... rasanya mau jadi roda pesawat aja biar bisa guling-guling di tanah."

"Wah idenya boleh juga tuh... Yaudah gih Mbak, jadi roda aja."

"LAH KOK GITU?! Jangan tega dong Mbaaak, aku belum menghirup udara Seoul lagi niih!" suara manja Nana mulai keluar, persis anak kecil.

"Duh.... di kantor kamu penampilan sama kayak gini, tapi nggak manja.... dibentak sama narasumber kamu tenang-tenang, dikejar anjing malah kamu tantangin anjingnya. Ke Seoul kok jadi menye begini?" kata Ruby sambil geleng-geleng kepala, gagal paham sama kelakuan Nana. FYI, Nana dan Ruby itu tim redaksi di salah satu media ternama di Jakarta. Kerjaannya? Wawancara, panas-panasan, deadline. Makanya begitu dibolehin ke Seoul sampe dibayarin semua pengeluaranya, senengnya bukan main.

"Abis kalo di kantor nggak bisa lembek Mbak. Mau aku dibuang sama Mas Henry? Nanti aku makan apa?"

"Makan nasi aking aja Mbak. Lumayan sekalian diet," ledek Ruby sambil nunjuk ke perut Nana.

"No way. Aku mau makan puas di sini. Jangan salah, makan banyak di sini nggak bikin gendut, Mbak! Nanti aku bawa ke street vendor favorit aku. Semoga masih inget sih...."

ButterflyWhere stories live. Discover now