Cerita ini kutulis saat air di kostan mulai langka, saat aku mulai sibuk dengan segala laporan KK mulai menari-nari di atas kepalaku, saat tumpukan tugas dan nilai murid-muridku melonjak-lonjak untuk segera kukerjakan dengan segera. Cerita ini kutulis dengan jutaan harapan, dengan senyum yang selalu muncul saat tangan ini mulai menari tanpa jeda di atas tuts keyboard, saat mata ini menyusuri desktop laptopku, dan ide nakal yang sering terlintas di otakku. Mungkin masih ada hal yang sangat perlu diperbaiki, namun harapanku adalah... ada secuil saja harapan yang bisa aku ceritakan di tempat ini.
Well... Gaachan mulai mencoba untuk kembali pada penulisan ala fanfiction dengan memakai segala sudut pandang. Just a little try for being different for you... Ok, itadaikimasu!"THEY DO"
#Prince POV
Aku harus mulai dari mana cerita ini? Ah, ya... intinya adalah aku pemeran utama dalam cerita ini. Mungkin terdengar klise untuk sekedar kalian tahu, tapi menurutku aku harus memulai cerita ini dari sebuah nama. Namaku. Namaku Prince Raditya Khaviera, cukup panggil aku Prince. Nama yang cukup bagus menurutku, namaun juga cukup merepotkan. Kalian akan paham rasanya menjadi diriku. Saat orang-orang melihat nama di name tag-ku atau sekedar melihat daftar hadir dan membaca namaku di sana, mereka akan terbengong-bengong lalu mencoba memanggilku. Dengan begitu mereka akan paham bagaimana rupa dari orang yang namanya sama dengan pemeran utama dalam dongeng anak-anak itu!
Aku bukan anak yang menonjol dalam bidang tertentu, namun aku sudah cukup nyaman dengan duniaku. Dengan Mama yang super baik, dengan keluarga yang super hebat, dengan teman-teman yang cukup menerimaku. Sifatku? Ah, ya... apakah aku harus menceritakannya pada kalian? Baik.. baik.. aku memang pemeran utama, tapi tak bisakah kalian mencoba memahamiku dari ceritaku? Kenali sifatku dari ceritaku, tak perlu memaksakan hal tak penting dengan sejuta pikiran bagaimana aku di sekolah, di rumah atau bahkan di masyarakat sekalipun.
Ada satu sifat yang mulai aku benci dari diriku sendiri. Rasa cuek. Tidak peduli. Acuh. Ah, seperti itulah! Eh, tapi tunggu! Kenapa aku harus menceritakannya untuk kalian? Memangnya kalian siapaku? Ah, cukup! Aku mulai saja ceritanya!
Cowok itu muncul di kehidupanku dari sebuah kecelakaan kecil di gerbang kampus. Ya, hanya sekedar kecelakaan kecil yang harus membuatku disalahkan karena tugas-tugas teman sekelasku kotor dan berantakan. Cowok itu dari club basket. Larinya lumayan cepat dan gesit, namun sayangnya matanya beralih ke lutut, sehingga dia tidak melihatku melintas yang saat itu sedang membawa tugas teman-teman sekelasku. Dia menabrakku dan akhirnya tugas-tugas itu pun jatuh ke dalam kubangan lumpur di depanku. Lalu? Kalian bertanya lalu? Tentu saja aku marah, aku kesal, aku emosi! Emosi karena dia sama sekali tidak minta maaf dan langsung meninggalkanku begitu saja, tanpa membantuku memunguti tugas itu kembali. Apa yang harus kulakukan setelah ini? Ya, tentu saja aku harus menerima amukan seisi kelas dan bersedia menulis kembali tugas-tugas yang telah hancur berhiaskan lumpur itu!
"Prince, gimana sih ceritanya kok bisa tugas-tugas anak sekelas pada hancur kayak gini?" Bie, salah seorang temanku bertanya ketika aku mulai menulis tugas salah satu temanku dan menuliskan sebuah nama di sana : Ogi Briandi.
"Udah, deh Bie.. jangan tanya-tanya melulu, bete gue!" aku menjawab judes. Ogah banget kalau ada orang yang membuatku mengingat kejadian tadi. Aku menoleh ke arah Bie dan menatapnya dengan wajah datar andalanku.
"Kenapa? Kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" Bie balas menatapku curiga.
"Bantuin nulis, dong..! Tangan gue keriting ntar kalo harus nulis tigapuluh biji lagi. Satu orang aja dua lembar gini, Bie! Bantuin, lah...!" aku mencoba merayunya, namun aku salah! Bie bukannya simpatik melihat ekspresi memohonku, tapi dia malah menggeleng tegas.
"Sorry, ya.. gue lagi ada kerjaan laen...!" dengan tidak tahu dirinya Bie melambai nista di depan wajahku. Aku menatapnya kesal, apalagi saat tiba-tiba muncul seorang cewek dengan tampang cengar-cengir khas andalannya di pintu kelasku. Siapa lagi kalau bukan cewek absurd itu. Gaachan.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Do (ONESHOOT - BXB)
Teen FictionIni kisah request dari seseorang. Dulu sekali saat kenangan indah itu masih ada... :) ada banyak kenangan di tempat itu sebelum Gaachan menghancurkannya...