Apa itu manusia ? Apa artinya itu ? Apakah itu sebuah nama? Sebuah panggilan untuk sesuatu ? Otakku berpacu, mencoba untuk mengingat-ingat dimana tepatnya aku pernah mendengar kata itu.
Manusia. Terdengar seperti mahkluk terlemah.
Ah, ya. Aku pernah mendengar ayahku menyebutkan tentang manusia. Ayahku mengatakan bahwa kami akan pindah ke sebuah planet baru yang memiliki banyak sumber air dan cadangan makanan yang disebut Bumi.
Letak planet itu ±733.027.383.389 kilometer dari planet kami, dan itu tidak cukup jauh. Hanya memerlukan waktu setengah jam saja jika kami mengendarai Teccrock."Blue-Pearl," pintu terbuka otomatis dan ayahku masuk. "Apakah kau sudah siap untuk pergi ke bumi ?" Tanyanya, sejuta senyum penuh makna terlukis disana.
Aku mengangguk. "Tentu saja. Apakah disana aman ? Apa yang harus dan tidak boleh dilakukan ?"
"Kau akan mengerti sesampainya disana. Aku sudah menyiapkan skenario dan mengatur segalanya untukmu. Manusia sudah menyingkir, dan kita sebenarnya sudah bisa untuk pergi kesana."
Mataku menyipit, mengamati ayahku yang berpakaian putih biru, baju kehormatan kami. "Ada beberapa hal yang harus kulakukan menyangkut rakyat kita. Kuharap kau mengerti."
Berdiri, kulangkahkan kakiku menuju dinding kaca besar dan melihat ke planet-ku. Tempat tinggalku selama 2000 tahun terakhir. Semuanya berwarna putih dan biru, kejayaan kami. Tetapi itu sudah berakhir. Kami semua harus segera meninggalkan planet ini. Tempat ini sudah tak aman lagi. Para Detector takkan membiarkan kami untuk tetap hidup. Sejauh apapun kami lari, dari satu planet ke beribu-ribu planet lain, entah dalam kurun waktu yang lama atau dekat, mereka selalu bisa menemukan kami. Dan kami tak memiliki kemampuan khusus dan kurangnya persenjataan setelah perang 200 tahun lalu, kami masih belum sepenuhnya pulih.
Separuh dari orang-orang terbaik kami telah musnah, membuat pikiranku terganggu selama 200 tahun lamanya karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang berada di bawah pimpinanku.
"Blue-Pearl?"
"Oke. Aku akan berangkat esok pagi." Aku menjawab kemudian pergi keluar kamar, meninggalkan ayahku sendirian.
Xxx
Sangat panas, sangat aneh berada disini. Tempat ini sangat berbeda daei planetku. Disini terlihat lebih gersang, tandus, tidak ada tanaman, dan terdapat banyak hewan disini. Menjijikkan.
Kukenakan kacamata hitamku, kemudian berjalan menuju sebuah alat yang memiliki 4 roda dan berwarma hitam. "Meitnerbyte Blue-Pearl." Tag tersenyum. Setelan hitam yang dipakaianya terlihat apik padanya.
"Bolgerbyte Tag."
"Apakah perjalanan Anda menyenangkan ?"
Aku tersenyum, teringat ketika bulan dan bintang tampak begitu indah daei jarak dekat. "Sangat menyenangkan," ujarku berusaha menunjukkan senyum terbaikku. "Benda apa itu ? Mengapa tidak membawa crosstone saja ?"
"Mobil, Meitnerbyte Blue-Pearl. Kegunaannya sama seperti crosstone, tetapi tidak secepat itu. Dan kami harus beradaptasi dengan planet ini secepat mungkin, berpakaian layaknya manusia pada umumnya."
"Dan bicara tentang manusia, aku berada di ambang keingintahuanku, Tag. Bawa aku menemui mereka sekarang."
Tanpa banyak bicara lagi, ia mengangguk, berjalan memutari nemda aneh yang disebut mobil dan membukakan pintu untukku.
Di dalam sini cukup nyaman, kursi yang kududuki terlapis kulit warna krem yang nyaris sama dengan warna kulitku. Terlihat manis dan mengerikan. Tag masuk ke dalam, tetapi tidak duduk denganku. Ia malah berada di kursi depan, sambil memegang sebuah roda kecil entah apa itu. Aku sedang tidak mood untuk bertanya lebih lanjut tentang benda ini, maka dari itu aku tidak bertanya.
Duduk mematung di dalam sini, menikmati hawa dingin di dalam mobil yang juga beraroma seperti jeruk dan lavender, perpaduan yang segar.
Tag melajukan kendaraan ini dengan handal diatas jalanan berpasir yang asing bagiku. Jalanan ini sepi, hanya ada rumput kering yang terkadang bergulung tertiup angin, dan sebuah pohon hijau seperti tanda plus yang tangannya menengadah keatas, dan terdapat banyak duri yang mengelilinginya.
Langit diatasku tampak biru muda, dan tanpa tertutup awan. Sedikit kelegaan menyambutku. Sudah lama aku tidak melihat langit yang berwarma seperti ini. Seingatku, dahulu aku sering melihat langit seperti itu di planetku. Dan semenjak perang aku tak pernah melihatnya lagi. Bahkan langit di planet itu membuatku terpuruk, menghabiskan waktuku di kamar hanya untuk merenung.
Tidak banyak yang kulakukan di dalam mobil, dan bahkan tidak ada. Aku hanya duduk, membiarkan Tag membawaku ke Centraltech, yaitu pusat pemerintahan kami di Bumi. Mobil terus berjalan dengan tenang ketika tiba-tiba.
BLOOM..
Sebuah ledakan terjadi tepat di depan kami. Berwarna merah mengrikan dengan debu-debu yang seketika itu bertebangan, terangkat membentuk gumpalan abu-abu. Tag memberhentikan mobilnya dengan segera.
Ia menyentuh tombol kecil di telinganya. "Bolgerbyte Dynamic. Bolgerbyte Dynamic." Ia mengulangi panggilan itu. "Lokasi GOF 15 pengeboman terjadi disini. Segera kirim Amosbyte dengan jumlah yang cukup untuk memastikan."
"Diterima, Bolgerbyte Tag. Segera bawa Meitnerbyte ke centraltech sekarang juga." Ujar suara perempuan di radio.
"Menuju ke Lokasi. Tunjukkan jalan terdekat untuk kesana." Tag menekan lagi tombol di telinganya, aetelah itu melihatku melalui kaca spion. "Situasi disini memang jauh berbeda. Sangat banyak kecurangan terjadi dimana-mana."
"Siapa yang melakukan kecurangan ?" Tanyaku sambil menelengkan kepala. "Dan mengapa harus begitu ?"
Tag kembali melajukan mobilnya. "Sebenarnya, kami sudah 80% berhasil mengambil planet ini. Tetapi tentu saja, masih banyak manusia yang masih tinggal di sekitar sini. Mereka akan melakukan pembunuhan kepada kami."
"Pembunuhan? Apakah mereka semua waras ?"
Tag mengernyit, "Sepertinya, pembunuhan adalah hal-hal yang biasa di planet ini, Meitnerbyte Blue-Pearl."
aku mengangguk mengerti. "Kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi."
"Tentang mengapa harus melakukan kecurangan ?"
"Ya."
"45 menit lagi kita sampai di Centraltech. Kau akan segera tahu."
Aku diam tak menjawab. Kemudian kembali melanjutkan perjalanan dalam diam. Tag mengemudi dengan cukup baik sehingga tidak menabrak gulungan belukar yang lewat karena tertiup angin.
Sekitar ± 20 menit kemudian, sebuah gerbang yang nyaris kasat mata kulihat. Ini karena gerbang itu diadaptasi dari gerbang di planet asalku -- Hi Tech.
Tag berhenti tepat di depan gerbang, menunjukkan kartu identitas kepada robot mesin dengan menjulurkan tangannya keluar jendela. Robot putih itu awalnya diam, setelah Tag menarik kartunya, warna layar robot berubah menjadi biru, dengan senyum kaku di wajahnya.
"Robot itu ciptaan manusia. Ciptaan yang cukup hebat."
Aku hanya menganggukkan kepalaku.
Setelah itu kami masuk dan Tag memberhentikan mobilnya di dekat sebuah sumber air yang di dalamnya terdapat makhluk bernama ikan. Tetapi ikan disini berbeda. Disana, ikan berwarna putih, sedikit perak dengan sirip berada diatas badan, dan bukannya di samping.
Disini juga ada pohon, berukuran besar, dan aku bisa melihat dari sini bahwa jauh disana, terdapat banyak sekali pohon yang hijau tinggi dan kelihatannya menenangkan. Hutan. Lembab, berlumut, aroma kayu yang menyenangkan.
"Meitnerbyte Blue-Pearl, mari kutunjukkan ruanganmu." Tag mempersilahkanku berjalan di depannya.