P.s : ini edisi aku masih kesel sama Sean.
***
Semenjak Sean menjadi kasar atau lebih tepatnya semalam aku berusaha menjauhi Sean. Apa dia menjadi Sean yang dulu, apa dia akan terus berbuat kasar? Bahkan untuk menjelaskan apa yang terjadi saja aku takut. Takut aku hanya di anggap bohong olehnya.
Hari ini si kembar resmi pindah sekolah. Hanya dalam sekejap yang inginkan Sean terkabulkan.Sarapan pagi yang biasanya hangat kini mendingin. Hanya suara Melvin dan Dei yang terdengar. Aku sengaja tidak ingin bersuara. Bahkan ketika Sean memelukku semalam aku melepaskannya dengan alasan ingin ke toilet, ingin ke dapur. Apapun sampai aku nyaris seperti tidak tidur.
"Aku berangkat dulu sayang" seperti biasa dia menciumku. Aku tidak menolak, aku takut.
"Ingat 3 bulan" desisnya
Aku menelan saliva ku dengan susah payah. Apa si tukang foto itu tidak menjelaskan apa yang terjadi atau memotret semua kejadian dengan baik. Atau merekam setiap adegan biar Sean atau itu kesalahpahaman saja.Aku melambaikan tanganku mengantar ke pergian mereka lalu masuk duduk merenung di dalam kamar. Rasanya aku bukan Atika D. Franklin, istri Sean, ibu dari anak kembar 3. Tapi rasanya aku baru bangun dari tidurku dan tiba-tiba ada Sean sama seperti ketika aku ketemu Sean pertama kali. Menyedihkan
***
Siang hari Sean pulang dengan 3 anak kembarku. Dia yang menjemput pastinya. Melvin dan Dei menghambur di paha ku. Kelvin seperti biasa masih di belakang mereka. Melvin mulai menceritakan kisahnya di sekolah baru. Miris sekali aku hanya bosa tersenyum menanggapi setiap omongan Melvin yang cadel.
"Gendut kaya Kelvin" celoteh Melvin menceritakan anak lelaki yang katanya gendut seperti Kelvin. Kelvin diam tidak berekspresi. Dasar.
Aku langsung mengajak mereka makan, seolah tidak melihat Sean yang berdiri disana. Aku merasa asing. Perlakuan kasarnya kemarin benar-benar menakutkan.
"Sayang" panggil Sean. Aku menoleh, melihatnya seperti menunggu sesuatu. Apa?
Aku tidak peduli, aku terus menggiring si kembar untuk ganti pakaian dan makan pancake yang tadi aku sempat buat untuk mereka.
Melvin terus bercerita tentang anak di sekolah mereka yang lucu."Nanti mama jemput ya bial ketemu teman balu Melvin"
Aku hanya meng-iyakan. Jauh di dalam hati aku ingin menangis. Bukan karena aku tidak bisa menjemput anakku, tapi teringat perilaku Sean. Seharusnya aku menjelaskan apa yang terjadi, sayangnya aku terlalu takut.
Dan sepertinya Sean tidak ingin penjelasan, dia lebih percaya pada hasil tangkapan oleh photographer sialan itu. Apa aku kabur saja?
Pikiran bodoh, jelas Sean bisa membunuhku jika itu terjadi.***
"Im in love with a monster" gumamku.
Sama seperti judul lagu Im in Love with a Monster . Bagiku saat ini Sean sama seperti monster, menakutkan. Bahkan wajahnya tidak sehangat dulu. Aku bahkan tidak mengantarnya ke depan saat dia dan anakku mau pergi. Dengan alasan aku kebelet. Semalam saja aku tidur dengan Dei meskipun ketika pagi aku sudah dalam pelukan Sean.
Hari ini cuaca lumayan mendung, mungkin pada akhirnya turun hujan setelah sekian lama tidak hujan. Apa langit sama sedihnya seperti aku? Siulan burung dari ponselku berbunyi.
Jangan pergi keluar rumah
Aku tersenyum miris, jelas Sean belum tau yang terjadi saat itu. Buktinya dia mengingatkan aku akan hukumannya bukan meminta maaf sudah salah paham. What the hell !!