Siang hari, identik dengan yang namanya udara panas terik tanpa adanya angin yang berhembus namun siang hari itu berbeda untuk dua remaja yang kini tengah berlarian di sebuah jalanan. Salah satu dari remaja itu memakai pakaian kemeja putih berlambangkan osis di dadanya terus memanggil nama temannya yang berlari menjauh darinya. Rasa lelah mulai menderanya. Dia sudah lelah berlari sepanjang 1 KM dari sekolah mereka namun sosok teman yang di kejarnya ini sungguh berharga baginya.
Devin, nama dari remaja tampan yang tengah bermandikan keringat itu. Dia terus saja memanggil teman masa kecilnya yang selalu menganggunya dengan ungkapan-ungkapan cinta anak tetangganya itu. Tak peduli atas umpatan kasar dari para pejalan kaki yang terus di lontarkan untuk remaja tampan itu. Bagi Devin semua itu tidak masalah untuknya, dia hanya ingin teman masa kecilnya itu terkejar olehnya.
"Andin, Tunggu."
Sosok yang bernama Andin itu terus berlari darinya. Devin tidak tahu harus bagaimana lagi. Dia tahu dirinya yang salah. Dia terlalu gengsi untuk mengatakan bahwa dirinya juga mencintai sosok mungil yang di kejarnya saat ini. Dia terlalu di butakan dengan yang namanya rasa cemburu. Rasa yang selalu muncul jika teman masa kecilnya itu berdekatan dengan Andra, sahabat sekaligus rivalnya di sekolah.
Dia seharusnya tidak boleh bersikap seperti itu. Dia bagaikan anak kecil yang menyia-nyiakan mainannya namun ketika ada seseorang yang bermain dengan mainannya, dia tidak menerimanya bahkan ingin memiliki mainannya itu sendiri, tidak ada yang boleh memilikinya. Dia egois dan dia tidak terlalu peka terhadap betapa sensitivenya perasaan teman masa kecilnya itu. Dia seharusnya mengerti jika Andini dapat tersakiti akibat kata-kata yang di lontarkannya barusan.
"Andin, tolong berhenti."
Nafas Devin terputus-putus , dia terlalu lelah dan dadanya mulai sakit. Dia tidak tahu lagi berapa jarak yang telah di tempuhnya untuk menghentikan Andini, dirinya hanya mengetahui jika kakinya sudah membawanya ke sebuah jejeran pertokoan dimana sebuah jalan raya di tengah-tengah pertokoan itu. Jalan raya itu memang tidak terlalu ramai namun beberapa truk melintasinya. Laju kakinya di percepat ketika mengetahui bahwa tak jauh dari tempatnya kini berada Andini telah berhenti akibat lampu hijau yang telah menyala. Kesempatan ini tak di sia-siakan oleh Devin, segeralah dia mempercepat larinya berharap bisa menggapai gadis mungil itu.
Namun apa yang di pikirkan pemuda tampan itu tak semulus yang di inginkannya. Andini, teman masa kecilnya itu telah mengetahui jika dia mengejarnya dan gadia mungil itu tak membiarkan Devin mengerjarnya. Tanpa mempedulikan keadaan lalu lintas di sekitarnya Andini nekat berlari terus di tengah-tengah mobil yang melintas dan itu membuat Devin semakin berlari mengejarnya, pasalnya Devin tak menginginkan hal burum terjadi pada temannya itu.
"Andin, Berhenti."
Gadis itu berhenti, Gadis berkuncir kuda itu tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Andini tersenyum ke arah Devin, sebuah senyuman tulus di tunjukan untuk pemuda tampan itu lalu bibir mungil Andini bergerak dan tentu saja Devin menangkap apa yang di ucapkan oleh gadis manis itu.
Tiiiin... Tiiin...
Bruak
Segalanya terjadi begitu cepat, tubuh mungil Andini terlempar akibat sentuhan keras dari sebuah truk yang melaju kencang. Tubuh Devin serasa terpasung di sisi jalan melihat tubuh Andini terbujur kaku di tengah jalan bersimbah darah. Orang-orang segera mengerubungi tubuh Andini, membuat pandangan Devin terhalangi. Pemuda itu tak ingin tubuh Andini terhalangi dengan langkah terseok-seok pemuda itu menembus kerubungan itu. Dia melihat tubuh Andini benar-benar terbujur kaku di dekati dan di peluknya tubuh gadis itu. Berbagai kata-kata ingin di lontarkannya namun tidak ada yang keluar dari mulutnya, hanya sebuah isakan kecil lah yang keluar. Dia menangis, dia ingin sosok di pelukannya terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sorrow
RomanceAku hanya bisa melihatnya tapi tak bisa menyentuhnya. Ya hanya itu yang dapat ku lakukan untuknya. Aku hanya ingin dia tau kalau aku disini melihatnya dan tersenyum padanya. Mungkin aku hanya angin yang berhembus yang dia rasakan. Atau hanya...