Bagian 1

132 5 1
                                    


Terakhir Zahra mendengarkan lagu Glommy Sunday. Ia berharap lagu ini mejadi pengantar akhir cerita hidupnya. Dengan cara bunuh diri. Mungkin. Sebelumnya, Ia tidak pernah menyiksa dirinya, sampai-sampai kata mati adalah hal yang harus ia lakukan.

" Aku harus pergi. Berilah aku kesempatan suatu saat. Kumohon. Ini pilihan sulit. Nanti aku jelaskan semua jika Tuhan mempertemukan kita kembali. Aku memaksamu untuk mengerti. Berilah aku kesempatan."

" Tidak!!! Kau egois, Anjas!! Egois!! Apa maksudmu?! Kau bilang semua akan baik-baik saja!"

" Berilah aku kesempatan. Berilah aku kesempatan."

" Come On, Baby! Give me explanation."

Semua menjadi gelap. Kabut hitam melenyapkan bayangan kekasihnya. Kini, ia berada di dalam ruangan. Banyak sekali kabel-kabel yang menempel pada tubuh seseorang laki-laki. Rambutnya sedikit memutih. Napasnya terengah-engah dipasang alat pernapasan. Di sampingnya ada wanita yang menangisi.

Zahra mendekat ingin melihat wajah mereka. Namun di belakangnya segerombolan orang datang. Wanita itu? Ia kenal. Ibu. Itu Ibu Zahra. Berarti laki-laki yang berbaring adalah Ayahnya, kemudian wanita itu adalah dirinya.

"Ayah? Kenapa kau tidak bernapas lagi? Ayah!! Ayah! Kau hanya tidurkan? Ayah! Ayaahh!!"

"Zahra kau mendengarkanku? Zahra ada apa? Kau mimpi buruk lagi? Zahra bangun!" ucap Farhan.

Wajah Zahra pucat. Ini lebih buruk lagi. Sudah setengah jam Farhan membangunkan Zahra. Keringatnya dingin. Ia menangis dan terus mengigau.

" Zahra kau baik-baik saja kan? Ayo bangun. Zahra! Bangun!"

Zahra kembali ke tempat asing. Tak jauh berbeda saat ia bertemu laki-laki yang dianggapnya Anjas. Hanya ruang hampa. Luas. Zahra tidak bisa mengukur luasnya,tidak ada dinding.

" Selamat tinggal Zahra." Suara itu terdengar bersamaan. Zahra pikir ada dua laki-laki di sini. Tapi, ia tidak melihat seorang pun di antaranya.

" Siapa? " Kali ini Zahra bisa melihatnya. Anjas dan ayahnya. Mereka menghilang, muncul lagi, hilang, muncul, dan hilang tidak lagi kembali.

"Kau harus tetap bertahan," ucap Ayah.

" Tunggu aku!" ucap laki-laki itu kemudian.

***

" Bawa aku pergi, Tuan!"

" Apa itu karena mimpi buruk semalam?"

" .... " Hening. Air mata Zahra kembali menyeruak. Ia tidak mungkin terus-terusan seperti ini. Bayang-bayang masa lalu akan terus mengejarnya.

" Aku akan membuang Zahra. Bisakah kau membantuku?"

" Maksudmu?"

" Bawalah Aku pergi!" Zahra menutupi seluruh wajah dengan telapak tangan. Lalu menatap diri pada cermin yang ada di hadapannya. " Jika Tuan tidak mau, bukan masalah. Aku akan kembali pada keputusan pertama."

" Keputusan pertama? Apa maksudmu?"

" Mati."

" Tidak! Jangan lagi berpikir seperti itu. Baiklah kita akan pergi besok."

Farhan keluar untuk menemui ibu Zahra dan paman-pamannya. Mereka sedang berkumpul di ruang tamu. Farhan mencium bau caramel gosong. Ia mendekat ke dapur.

" Ya Tuhan," ucap Farhan. Untung saja ia tidak telat.

" Ya ampun aku melupakan caramel kesukaan Ayah. Dia pasti marah. Pasti marah," ucap Ibu kemudian.

" Ibu sudah, kasihan Ayah jika Ibu terus bersedih seperti ini. Kasihan juga pada Zahra. Ia kehilangan Anjas, Ayah, dia tidak ingin melihat ibunya menangis." Ada kesedihan yang mendalam namun Farhan pikir mereka lebih kuat dibanding Zahra.

" Nak Farhan, bawalah Zahra. Buatlah ia bahagia."

" Ibu sudahlah jangan menangis, Farhan berjanji."

Besok adalah dunia baru bagi keluarga ini. Ibu Zahra memilih menetap di jakarta bersama Paman Sam dan istrinya. Sementara Zahra akan kubawa pergi ke Jogja.

***

Di perjalanan Zahra menjadi pendiam. Jika yang dikatakan Zahra, ia ingin membuang Zahra yang dulu. Farhan tidak rela. Berarti ia akan kehilangan senyum Zahra. Oh tidak.

Lagu Roberta Flack- The First Time Ever I Saw Your Face membuat Zahra tertidur pulas. Farhan kembali konsentrasi menyetir. Ini akan butuh waktu panjang tapi Farhan yakin tentang kekuasaan Tuhan.

Farhan meraih ponselnya. Ada BBM dari Boby. Farhan ingat terakhir kali membalas BBM dari teman-temannya. Ya, sejak ia berada di rumah sakit. Ia tidak yakin Boby sangat perhatian padanya. Kemudian lamunan Farhan kembali ke masa itu.

***

{$<![


Zahra and about his memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang