PART 1. APA INI?

619 33 6
                                    

Dewo Pov.
Hari ini keramaian memenuhi Rumahku. Aku tak bisa membayangkannya. Aku yang seharusnya Menangis, tapi apa ini. Sama sekali kesedihan hilang dalam diriku. Aku tak perduli orang menganggapku Anak Durhaka Atau Apa. Aku sudah tak memperdulikannya. Rasanya Aku ingin Berteriak Sekencang Kencangnya, Ingin Marah pada Papa. Tapi Percuma, Tak akan Pernah ada jawaban dari Kemarahanku.

"Papa.... Papa Bangun Pa. Jangan Tinggalin Devie Pah. Papa Bangun." Berkali Kali Kakakku berteriak bahkan Memohon sambil menangis histeris meminta Papa bangun. Tapi Aku sangat yakin, semua itu percuma. Takdir Kematian tak akan pernah bisa dihalangi oleh siapapun.

Dilain sisi Aku melihat Mama. Dia menangis terdiam sambil memegang dadanya dan menutup mulutnya. kulihat badannya bergetar, dan sangat terlihat rapuh dan lemah di lantai. Aku sangat yakin jika dia begitu terpukul melihat orang yang dicintainya tak akan bisa lagi berada di sisinya, bahkan untuk memeluknya.

Perlahan Aku mendekati tempat dimana Papa di baringkan, tapi kakiku perlahan terhenti, kerumunan orang berteriak memanggil manggil nama Mamaku yang pingsan. Aku pun segera berlari kearah Mama, menepuk nepuk pelan pipi mama dan memanggil manggilnya. Tak ada reaksi, tubuh mama sangat lemah. Tanpa pikir panjang aku langsung membopongnya menuju kamar.

Skip Pemakaman.

Papa sudah dimakamkan sekarang. Orang orang perlahan lahan mulai bubar meninggalkan Pemakaman setelah tadi berdoa untuk mengantarkan kepergian Papa. Aku duduk berjongkok disamping makam Papa. Rasanya berat meninggalkannya sendiri disini. Bahkan hati ini masih terasa sesak atas permintaan Papa kepadaku sebelum dia pergi. Aku ingin sekali tak menuruti permintaan itu, tapi bagaimana caranya. itu permintaan terakhir Papa dan permintaan pertama Papa selama hidup kepadaku.

"Bapak tinggal ya Mas Dewo" Dengan menyentuh bahuku Pak Salim berpamitan Kepadaku.

Helaan nafas lolos begitu saja ketika Pak Salim meninggalkanku sendiri di Makam. Akupun akhirnya berdiri dan ingin meninggalkan makam Papa. "Dewo akan jalani permintaan Papa, Tapi jangan salahkan Dewo Pa, kalau Dewo ngk bisa bahagia'in dia saat jadi istri Dewo nanti. Selamat Jalan Pa. Dewo Pulang. Asalamualaikum....." Untuk terakhir kalinya aku mencium nisan Papa, sebelum akhirnya benar benar pergi dari pemakaman.

Skip Rumah.

"Sayang aku minta maaf ya telat dateng, tadi aku lagi ada pemotretan soalnya. Maafin aku ya?" Seseorang memegang lenganku dan berkata kepadaku saat aku turun dari mobil.

Aku melepaskan pegangannya dari lenganku dengan lembut. "Aku lelah Chika, aku ingin istirahat." Kataku lembut sebelum meninggalkannya masuk ke rumah. untuk saat ini aku hanya ingin sendiri.

AIR MATA HATI (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang