PART 2. PESAN TERAKHIR

189 15 9
                                    

Sepuluh Hari Kemudian.

Sesuai pesan dari sang Papa akhirnya keluarga dari Anwar Prakoso Hardiningrat pun menjalankan pesan yang telah disampaikan. Pesan terakhir yang diucapkan secara lisan itu, bagaimanapun caranya harus segera disampaikan. Devie, walaupun dia sangat terpukul tak ada sang papa disampingnya lagi untuk saat ini, namun kini dia harus mencoba tegar. Dia gadis tertua di keluarganya dan untuk saat ini hanya dia yang bisa menyampaikan pesan tersebut agar sang papa bisa tenang di alam sana.

"Dewo?" panggilan devie mengalihkan dewo dari sarapan pagi yang telah disantapnya. Dewo yang merasa terpanggil pun menghentikan makannya sebentar untuk memandang kakaknya.

"Hari ini kakak mau pergi ke rumah pak ridwan. Kamu ngk mau ikut."

Hhh, helaan nafas selalu saja lolos begitu saja dari mulut dewo jika membahas masalah pesan tersebut. Rasanya muak bagi dewo, kenapa harus pesan seperti itu yang diucapkan.

"Kalau kamu ngk mau ikut juga ngk apa apa, kakak ngk maksa kok. Kakak bakal minta pak roni aja nanti untuk nganterin."

"Kak"

"Ini pesan dewo, cuma ini yang diminta papa dari kamu kan. Kakak harap kamu mau mengabulkan pesan terakhir papa. Kakak mohon."

"Kak, tapi tolong jangan secepat ini. Dewo belum siap. Dewo masih punya chika kak. Kalau dewo masukin dia dalam kehidupan dewo sekarang. Bagaimana dengan chika. Dewo sayang sama chika kak." ucap dewo frustasi. Baginya untuk saat ini, Chika prioritasnya. Bagaimana bisa dia menyakiti hati orang yang dicintainya hanya untuk memasukkan gadis lain yang dia belum tau siapa bahkan seperti apa orangnya untuk masuk ke dalam kehidupannya hanya untuk menggantikan chika dihatinya. Apakah itu mudah.

"Kakak tau dewo, tapi kita juga ngk boleh nunda nunda ini terlalu lama. Ini pesan papa dewo."

Lagi lagi hanya helaan nafas dari dewo yang menjadi jawaban.

"Kamu tenang aja, kakak akan temuin pak ridwan sekarang buat bicara'in pesan papa tersebut dan kita juga ngk akan tau kan apa putri dari pak ridwan itu mau menerima pesan papa ini atau ngk. Jadi kakak mohon sama kamu, apapun keputusan mereka kakak harap kamu sudah siap." ucap devie penuh tekat, untuk sekarang dia tidak akan lagi menunda nunda pesan papanya terlalu lama.

###

"Sayang, kamu kesini? Tumben, ada apa?" Pertanyaan lembut chika membuat pikiran dewo yang kacau justru semakin menjadi kacau. Bukan menjawab dewo justru menatap chika pilu, pikirannya melayang. Memikirkan jika dia sangat mencintai chika, tapi kenapa papanya malah ingin memisahkan mereka. Apa papanya tak memikirkan perasaannya.

"Sayang, kamu baik baik aja kan?" Lagi lagi dewo tetap tak memberi jawaban, justru dia malah merengkuh chika ke dalam pelukannya agar chika tak melihat tangisnya. Untuk saat ini mungkin cuma dengan memeluk chika sedikit mengobati kekacauan dalam dirinya.

"Sayang?"

"Chika tolong, bisakah kamu jangan pergi. Aku sayang sama kamu, aku ngk mau kehilangan kamu. Apapun akan aku lakukan. Tapi tolong tetaplah disisiku, jangan tinggalkan aku. Aku mohon." Gumaman pedih dewo membuat chika yang tak mengerti malah membuatnya tambah tak mengerti. Sebenarnya apa yang terjadi. Ada apa dengan dewonya, tapi dia takkan memaksa dewo untuk menceritakan apa yang terjadi. Melihat kekasihnya seperti ini saja sudah membuatnya ikut terluka.

"Iya sayang, aku janji apapun yang terjadi aku ngk akan pernah ninggalin kamu, sampai kamu sendiri yang memaksa aku untuk pergi menjauh dari kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AIR MATA HATI (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang